Oleh: Muhaimin Iqbal
Bila Yahudi menjual air, kita tidak ikut-ikutan menjual air – tetapi menggratiskannya!
BAHWASANNYA air dijual –
belikan itu sudah dilakukan oleh Yahudi sejak jaman Nabi Shallallahu
‘Alaihi Wasallam dan bahkan juga sebelumnya. Kaum Muhajirin yang
terbiasa memperoleh air gratis dari air Zam-Zam di Makkah, menjadi
tambah berat beban hidupnya ketika air-pun harus dibelinya setiba mereka
hijrah ke Madinah. Tetapi ini tidak berlangsung lama karena setelah itu
air bisa digratiskan kembali, bagaimana caranya ? tidakkah kita ingin
belajar untuk menggratiskan air ini?
Ketika prihatin umatnya harus membeli air,
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memberi penawaran yang sangat
menarik kepada siapa saja yang bisa mengatasinya. Sabda beliau : “Wahai
sahabatku, siapa saja diantara kalian yang menyumbangkan hartanya untuk
dapat membebaskan sumur itu, lalu menyumbangkannya untuk umat, maka akan
mendapatkan surgaNya Allah Ta’ala.” (HR. Muslim)
Maka Utsman bin Affan Radhiyallahu
‘Anhu-lah orangnya yang selain memiliki kemampuan juga terkenal akan
kedermawannya – yang mengambil peluang itu. Didatanginya Yahudi pemilik
sumur satu-satunya yaitu sumur Raumah, dinegosiasikan untuk dibeli
dengan susah payah – akhirnya setuju untuk dibeli hanya separuh sumur.
Sehari untuk Utsman dan hari berikutnya untuk si Yahudi, begitu
seterusnya.
Namun ketika tiba giliran hak Ustman untuk
mengambil air di sumur tersebut, diinfaqkan untuk kaum muslimin di
Madinah – agar mereka mengambil air hingga cukup untuk dua hari. Begitu
seterusnya sampai si Yahudi kehilangan pasarnya – karena kebutuhan air
kaum muslimin tercukupi dari hari-hari mengambil air haknya Utsman.
Akhirnya sumur Raumah tersebut dijual sepenuhnya oleh si Yahudi ke
Utsman – yang menjadi waqf Utsman hingga kini.
Waqf Utsman tersebut menumbuhkan pohon
kurma di sekitarnya dan terus bertambah, waqf ini kemudian selalu
dipelihara oleh pemerintahan Islam dan kini oleh pemerintah Arab Saudi.
Hingga sekarang ada hotel yang dibangun dari waqf Utsman ini dan bahkan
ada rekening bank yang dipakai untuk menampung hasil-hasil dari waqf
tersebut yang masih diatas-namakan Utsman bi Affan.
Cerita waqf sumurnya Utsman tersebut
lengkapnya sangat indah, tetapi kebanyakan kita berhenti sampai
mengaguminya. Kita belum bergerak lebih lanjut apa makna dari cerita
tersebut, perintah apa yang tersembunyi di dalam kisahnya? Strategi apa
yang hendak diajarkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam kepada
umatnya melalui tawarannya di hadits tersebut di atas?
Bukankan kita sekarang juga harus membeli
air ? bukankah sekarang yang memperdagangkannya mayoritasnya juga Yahudi
baik in person maupun in sistem ? Bukankah perintah Nabi semua harus
kita ikuti dan semua larangannya harus kita jauhi?
وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
“….Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu tinggalkanlah…” (QS: al-Hasyr [59]:7)
Bagaimana kalau kita pahami tawaran Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tersebut diatas juga untuk kita jaman ini, untuk membeli sumur-sumur yang dikuasai Yahudi di seluruh dunia kemudian me-waqfkan-nya untuk umat? Tentu akan ideal sekali apabila ini bisa kita lakukan.
Tetapi siapa yang mampu melakukannya kini? Umat Islam yang kaya dan mampu membeli sumur atau mata air malah ikut-ikutan menjual air. Maka disinilah pelajaran yang sesungguhnya – bahwa Al-Qur’an adalah petunjuk, penjelasan dari petunjuk-petunjuk itu dan pembeda! ( QS 2 :185).
Bila kita mengikuti apa saja langkah
mereka, mereka buat bank – kita ikut buat bank, mereka buat pasar – kita
ikut buat pasar, mereka jual air – kita ikut jual air – tetapi tanpa
pembeda yang jelas antara yang mereka lakukan dan yang kita lakukan –
maka umat ini tidak bisa unggul dengan mengikuti cara-cara mereka ini,
bahkan sebaliknya ikut masuk lubang biawak sebagaimana hadits dari Abu
Sa’id (al-Khudry) bahwasanya Nabi Shallallâhu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
“Sungguh kalian akan mengikuti sunnah (cara/metode) orang-orang sebelum
kamu, sejengkal-demi sejengkal, sehasta demi sehasta, hingga andaikata
mereka memasuki lubang masuk ‘Dlobb’ (binatang khusus padang sahara,
sejenis biawak-red), niscaya kalian akan mengikutinya pula”. Kami (para
shahabat) berkata: “Wahai Rasulullah! (mereka itu) orang-orang Yahudi
dan Nashrani?”. Beliau bersabda: “Siapa lagi (kalau bukan
mereka-terj.).” (HR: Bukhari).
Jadi harus ada pembeda yang jelas antara
yang Yahudi lakukan dengan yang harus kita lakukan. Kisah sumur Utsman
tersebut memberi contoh nyata bagaimana pembeda ini bekerja secara riil
di lapangan. Bila Yahudi menjual air, kita tidak ikut-ikutan menjual air
– tetapi menggratiskannya! Bila ini bisa kita lakukan – pasti Yahudi
akan terusir dari pasar air ini.
Tetapi sekarang kita belum punya uang
sabanyak yang dimiliki Utsman untuk membeli kembali sumur-sumur yang
dikuasai sistem Yahudi di seluruh dunia, lantas apa yang bisa kita
lakukan?
Kita mungkin belum bisa membeli
sumur-sumur tersebut, tetapi untuk menggratiskan air bersih di seluruh
dunia – insyaAllah ada jalannya yang terang benderang.
Kita diberi tahu oleh Allah bahwa air yang sangat bersih itu adalah air hujan.
وَنَزَّلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً مُّبَارَكاً فَأَنبَتْنَا بِهِ جَنَّاتٍ وَحَبَّ الْحَصِيدِ
“….Dan Kami turunkan dari langit air yang
sangat bersih” (QS 25:48), dan bukan hanya sangat bersih, tetapi juga
membawa berkah : “Dan dari langit kami turunkan air yang memberi
berkah…” (QS 50:9).
Tetapi air yang sangat bersih dan membawa
berkah tersebut hingga kini lebih banyak yang kita sia-siakan,
tertampung di kolam-kolam kotor, diusir ke laut – bahkan sebelum sempat
turun ke bumi, atau malah dipersepsikan sebagai pembawa bencana banjir
dan tanah longsor.
Maka dari sinilah kita bisa memulainya,
yaitu mempersepsikan air sebagaimana Allah gambarkan bahwa itulah air
yang sangat bersih dan air yang membawa keberkahan. Bahwasanya dia
terlanjur jatuh ke tanah dan belum sempat kita tampung, mengalir di
sungai-sungai sehingga terkesan kotor – tinggal kita cari jalan untuk
membersihkannya kembali.
Dalam tulisan saya sebelumnya (12/12/14),
saya berikan salah satu contoh menjernihkan air dengan cara yang mudah
dan murah yaitu menggunakan biji kelor baik secara langsung maupun biji
yang sudah diambil minyaknya – keduanya bisa digunakan dengan sama
baiknya.
Nah melalui pembersih air biji kelor inilah insyaAllah kita bersama-sama bisa membuat program air bersih gratis bagi masyarakat luas.
Bagaimana caranya?
Pertama kita mengadakan gerakan menanam
kelor banyak-banyak – bibit berupa stek pohon dan biji Alhamdulillah
sudah mulai terkumpul dan mulai kita tanam. Gerakan yang sama bisa
diikuti masyarakat luas karena keberadaan kelor ini menyebar dan mudah
sekali menanamnya.
Bila nantinya buah kelor tersebut berbuah
dan mulai ekonomis dikumpulkan, maka masyarakat bisa langsung
mengumpulkannya – atau menggunakannya untuk membersihkan airnya
masing-masing, dengan cara seperti dalam tulisan saya tersebut di atas.
Biji kelor yang tidak dimanfaatkan masyarakt setempat, bisa dikumpulkan secara berjenjang dan dibeli dengan harga yang wajar – agar ada insentif untuk mengumpulkan dan mengirimkannya.
Biji kelor yang terkumpul banyak dari
masyarakat tersebut insyaAllah dalam waktu dekat sudah bisa kita beli
dan kita proses menjadi minyak. Minyaknya yang dikenal sebagai ben oil
kita jual dan dia minyak trebaik nomor dua setelah minyak zaitun –
harganya masih tinggi hingga sekarang.
Hasil penjualan minyak ini insyaAllah akan
cukup untuk mengongkosi seluruh kegiatan pengumpulan biji kelor tadi,
hingga memprosesnya dan menjualnya sebagai minyak. Produk samping dari
pembuatan minyak ini akan berupa chip atau pellet dari biji kelor – yang
tidak berkurang kapasitasnya untuk menjernihkan air – karena hanya
diambil minyak/lemaknya , sedangkan zat-zat yang lain terbawa di tepung
biji kelor yang sudah berupa chip atau pellet tersebut.
Karena operasi minyak akan menghasilkan
dana yang insyaAllah cukup, maka operasi chip atau pellet sebagai
penjernih air bisa dibuat gratis untuk mesyarakat luas. Bahkan
keuntungan dari operasi minyak – sebagian ataupun seluruhnya – akan
dapat dipakai untuk mengepak, mengirim dan mendistribusikan penjernih
air gratis tersebut sampai tempat-tempat jauh yang membutuhkannya,
sampai saudara-saudara kita di luar negeri yang jauh sekalipun bila
perlu!
Apa dampaknya bila ini kita lakukan?
Masyarakat luas tidak perlu lagi membeli air. Dengan penjernih air
gratis, mereka bisa mengolah sendiri air-air yang ada di sekitar mereka
yang selama ini tidak bisa mereka minum – menjadi air minum yang aman –
karena selain menjernihkan air, biji kelor juga membunuh 90-99 % bakteri
yang ada di dalam air yang semula kotor tersebut.
Setelah mayoritas orang tidak membeli air –
insyaAllah cerita Utsman tersebut akan berulang, (Sistem) Yahudi-Yahudi
akan kehilangan pasar airnya dan akan mulai melepas kepemilikannya atas
sumur-sumur atau mata air-mata air yang ada. Saat itulah umat ini bisa
membelinya rame-rame untuk kemudian juga digratiskan untuk seluruh umat.
Konsep ‘gratis’ inilah yang bisa melawan
(sistem) Yahudi di hampir seluruh bidang kehidupan – sehingga Yathrib
yang didominasi Yahudi pasarnya, produknya dan sumber-sumber kapitalnya –
bisa berubah sepenuhnya menjadi dalam penguasaan Islam dalam perode
kurang dari 10 tahun ketika Yathrib telah berubah menjadi Madinah.
Lebih jauh coba kita perhatikan pendekatan
air gratis dari sumur Utsman tersebut dengan prinsip-prinsip ekonomi
secara keseluruhan yang diatur di Islam.
Dalam hal capital misalnya, Sistem Yahudi
menjual capital it dengan harga mahal – yaitu dengan riba. Dalam Islam
capital itu gratis, kalau dipinjamkan tidak boleh ada tambahan. Kalau
dikerjasamakan – dia berbagi hasil dan juga berbagi kerugian (profit and
loss sharing).
Pasar-pun demikian, bila dalam sistem
Yahudi pasar itu dijual mahal , dalam sistem Islam pasar itu harus
terbuka dan bisa diakses oleh seluruh umat dan bahkan tidak
diperkenankan ada biaya-biaya atasnya – falaa yuntaqashanna, walaa
yudrabanna.
Lantas dari mana pendapatan kita kalau
semua-semuanya gratis ? Allah Maha Kuasa dalam memberikan rezeki kepada
hambaNya. Utsman yang menggratiskan air dari sumurnya tersebut di atas –
terbukti dalam beberapa tahun kemudian menjadi orang yang paling banyak
sedekahnya pada saat umat Islam menempuh perjalanan perang yang mahal
yang menuntut banyak sekali perbekalan – yaitu perang Tabuk.
Pada perang tersebut Utsman bisa memberi
bekal untuk 1/3 pasukan, 950 unta, 50 kuda dan 1,000 Dinar. Artinya
tindakannya untuk membeli sumur Yahudi dan kemudian men-infaqkan
seluruhnya untuk umat, tidak mengurangi sedikitp un kemampuannya untuk
men-generate harta yang lain.
Jadi siapa yang mau ikut untuk menjadi
aktivis (menyumbangkan tenaga) dan para sponsor (menyumbangkan dana)
untuk program air bersih gratis ini ? InsyaAllah kita akan membuat
event-nya untuk vision sharing-nya dalam waktu dekat. InsyaAllah.*
Penulis adalah Direktur Gerai Dinar
0 Komentar