Oleh Rizki Ridyasmara
www.eramuslim.com
Rasulullah SAW telah mengajarkan kepada kita semua bahwa umat Islam itu laksana satu bangunan yang kokoh, di mana jika ada satu bagian yang disakiti, maka bagian yang lain juga turut merasakan. Satu merasakan lapar, maka yang lain harus bersikap empati untuk tidak berfoya-foya menghamburkan uang. Inilah yang saya ingat kuat-kuat dan saya berusaha untuk sekuat mungkin tidak ingin melukai perasaan saudara-saudara seiman saya.
Beberapa hari lalu, sejumlah teman mengajak saya berikut keluarga untuk pergi ke
Saya sudah lama mendengar rencana ini. Bahkan saya tahu siapa aktor utama di belakang pemilihan
maksiat, tapi itulah yang saya alami sendiri.
Mengetahui saya agak berat untuk ikut ke
Astaghfirullah. saya mengurut dada. Belum kering lidah ini berteriak-teriak selamatkan Muslim Gaza dalam demo kemarin di
saudara-saudara seiman kita di
Saya masih terdiam. Saya tidak sampai hati untuk mengatakan apa yang berkecamuk di dalam dada saya. Sebagai seorang kader inti yang sudah mengaji sejak tahun 1980-an, seharusnya dia tahu apa yang membuat saya sangat berat untuk ikut ke
Saya akhirnya menggeleng. Saya tidak sampai hati bersenang-senang, bermalam di kamar ber-AC, menikmati breakfast, lunch, dan dinner di hotel yang berkecukupan, pergi ke pantai di antara jejeran tubuh bugil para turis bule, sedangkan saudara-saudara saya di Gaza, Falujah, dan di belahan bumi lainnya masih hidup bagaikan di neraka jahanam. Saya tidak tega.
Kawan saya akhirnya menyerah. Dia tetap pergi bersama keluarganya ke
Ya Allah. Kian hari, saya kian merasa sendiri. Kian hari saya kian merasa terasing dari kawan-kawan sendiri. kian hari kian merasa sunyi.. kian terasa senyap dan perih.. Saya mencoba menghibur diri, "Toh, jika kita mati, kita pun akan sendirian." (Elegi akhir Januari 2008)
0 Komentar