KONFERENSI PERS MUHAMMADIYAH:
Berdasarkan maklumat PP Muhammadiyah No 04/MLM/I.0/E/2013 tentang Penetapan Hasil Hisab Ramadan, Syawal, dan Dzulhijjah 1434 H, Muhammadiyah akan memulai Ramadan lebih dahulu ketimbang Pemerintah. Muhammadiyah dan siapa saja yang meyakini hisab Wujudul Hilal akan puasa mulai tanggal 9 Juli 2013. Maklumat ini juga telah resmi disiarkan ke media melalui Jumpa Pers di kantor PP Muhammadiyah di Jl. Cik Ditiro Yogyakarta pada Kamis, 13 Juni 2013 selepas Dhuhur waktu setempat. Dalam konferensi pers tersebut tampil 2 nara sumber Prof. Dr. Yunahar Ilyas, Lc., M.Ag., selaku Ketua PP Muhammadiyah, Drs. H. Oman Fathurrohman, M.Ag., selaku ahli menghitung data-data astronomis, pakar falak MTT Muhammadiyah.
Sesi pertanyaan, setidaknya ada 2 pertanyaan dari Wartawan:
1. Apakah Muhammadiyah nanti kembali tidak akan ikut sidang Itsbat?
Jawaban Prof. Yunahar Ilyas: TIDAK. Karena yang diutus akan jadi ‘sasaran’ forum sidang itsbat; dan para pengikut Muhammadiyah di seluruh Indonesia akan merasa diadili, jadi mending Muhammadiyah memutuskan untuk tidak ikut.
2. Bagaimana dengan ukhuwwah islamiyah dengan ormas islam lainnya? Dan bagaimana konsep Ulil Amri menurut Muhammadiyah?
Jawaban Prof. Yunahar Ilyas: Ukhuwwah itu tidak musti sama dalam semua hal. Ukhuwwah itu dalam hati, meski berbeda pengamalannya namun asal mampu menjalin kebersamaan dan saling memahami masing-masing, itu ukhuwwah..!
Ulil Amri itu artinya pemangku amanat atau pemegang urusan tertentu. Dalam hal urusan ibadah, ulil amri adalah bukan menteri Agama, karena menteri Agama dipilih berdasarkan kepentingan politis dan bukan karena dia ahli agama. Lagi pula kalau urusan haji dan zakat ulil amri, namun ketika urusan lain seperti pencurian dan sejenisnya lepas tangan. (video under construction…)
PENYEBAB PERBEDAAN:
Ramadhan 1434 H akan dimulai berbeda disebabkan oleh : Perbedaan Cara Memaknai Hadits Rasulullah SAW tentang Awal Ramadhan.
Akhirnya lahirlah 2 kubu besar, yakni:
HISAB vs RUKYAT
HISAB adalah:Menentukan awal Ramadhan (Syawwal, Dzulhijjah) menggunakan perhitungan matematis terhadap pergerakan benda-benda langit khususnya Bulan, Bumi dan Matahari. Dengan HISAB, kapan Ramadhan sudah dapat diketuai dan ditentukan jauh-jauh hari sebelumnya asal dipenuhi 3 syarat (1-Sudah konjungsi/ijtimak, 2-Ijtimak sebelum Sunset, 3-Saat sunset posisi Bulan di atas ufuk). Bahkan dengan kemajuan teknologi, 1 Ramadhan 100 tahun ke depan pun sudah dapat diprediksi dengan sangat akurat dengan tingkat kesalahan 3/1000. Jadi kalau ada 1000 kali Ramadhan, maka dengan Hisab Kontemporer, akan salah 3 kali saja perhitungannya.
Mengapa Muhammadiyah menggunakan hisab dan tidak mengakui rukyat, alasannya karena hisab lebih memberikan kepastian dan bisa menghitung tanggal jauh hari ke depan. Selain itu, hisab mempunyai peluang dapat menyatukan penanggalan, yang tidak mungkin dilakukan dengan rukyat, karena faktor yang mempengaruhi rukyat terlalu banyak, yaitu:
(1) faktor geometris (posisi Bulan, Matahari dan Bumi),
(2) faktor atmosferik, yaitu keadaan cuaca dan atmosfir,
(3) faktor fisiologis, yaitu kemampuan mata manusia untuk menangkap pantulan sinar dari permukaan bulan,
(4) faktor psikologis, yaitu keinginan kuat untuk dapat melihat hilal sering mendorong terjadinya halusinasi sehingga sering terjadi klaim bahwa hilal telah terlihat padahal menurut kriteria ilmiah, bahkan dengan teropong canggih, hilal masih mustahil terlihat.
Selain itu, menurut penganut Hisab, melakukan hisab atau rukyat itu bukan amalan ta’abbudi (ibadah) namun ta’aqquli (penerapan akal). Penganut Hisab di Indonesia yang dominan adalah Organisasi Keagamaan Muhammadiyah yang bermarkas di Yogyakarta.
RUKYAT adalah:
Melihat atau mengobservasi (dengan mata atau bantuan alat optik) penampakan atau kemunculan bulan sabit (Hilal) paling awal selepas Matahari terbenam di hari terjadinya konjungsi atau ijtimak. Bila pada saat itu bulan sabit atau Hilal terlihat, maka tanggal baru dimulai. Nah, bila pada saat rukyat itu Hilal tidak terlihat, maka tanggal belum masuk namun ditambahkan atau digenapkan perhitungan hari menjadi 1 hari lagi; baru keesokan harinya tanggal baru mulai.
Syariat rukyat dilakukan di setiap hari terjadinya konjungsi atau ijtimak atau tanggal 29. Bila tgl 29 rukyat berhasil, maka malam itu juga tgl sudah masuk tgl 1 bulan berikutnya. Namun bila gagal, maka malam itu masih tgl 30 bulan berjalan; baru kesokan hari tgl 1 bulan baru.
Mengapa rukyat? para penganut meyakini inilah dhohirnya hadits penentuan awal Ramadhan dan Syawwal. “Shuumuu lirukyatihii…dst” Dan itulah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para Sahabat beliau. Jadi menurut penganut rukyat, melakukan rukyat hilal itu adalah bagian dari amalan sunnah yag masuk ranah ibadah (ta’abbudi).
Penganut Rukyat di Indonesia antara lain NU, Salafy.
Pemerintah dan PERSIS serta pengikut Imkan Rukyat yang lain sebenarnya adalah juga Hisab, namun menentukan patokan batas bawah menggunakan altitude 2 derajat dan menyebutnya Imkan Rukyat. Bukti bahwa Pemerintah dan PERSIS Hisab, adalah ketika mengawali Rojab 1434 H,: dimana Pemerintah, PERSIS dan Muhammadiyah memulainya SEREMPAK. Awal Sya’ban 1434 H ini juga SEREMPAK. Namun karena beda patokan bawah, akhirnya Pemerintah dan PERSIS akan berbeda dari Muhammadiyah, saat memulai Ramadhan 1434 H ini.
~
SEBUAH SIMULASI
Berikut saya simulasikan cara menentukan awal Ramadhan 1434 H menggunakan 2 cara HISAB dan RUKYAT.
CARA HISAB:
Untuk menentukan kapan awal Ramadan, diawali dari penentuan kapan akhir Sya’ban 1434 H dengan mengacu pada lokasi Solo Raya sebagai pusat penentuan. Tidak menjadi persoalan meski Pemerintah RI mengambil Pantai Pelabuhan Ratu, Sukabumi Jawa Barat pada koordinat 7° 01’ 44,6” LS, 106° 33’ 27,8” BT sebagai markasnya, karena selisih namun masih wilayatul hukmi (satu kesatuan hukum NKRI).
Hakikat alam antara akhir Sya’ban dan awal Ramadan adalah sama, karena akhir Sya’ban dan/atau awal Ramadan ditentukan dengan terjadinya fenomena alam yakni ijtimak atau konjungsi. Konjungsi adalah peristiwa dimana Matahari dan Bulan berada dalam satu bujur ekliptika. Secara astronomis (menggunakan aplikasi MoonCalc), konjungsi geosentris/ijtimak hakiki akhir Sya’ban 1434 H akan terjadi pada Senin Pon tanggal 8 Juli 2013 pukul 14:15.32 WIB.
Pada hari terjadi ijtimak/konjungsi, selanjutnya dihitung status Bulan pada saat Matahari terbenam. Di Pelabuhan Ratu, pada Senin (8/7) Matahari terbenam sekitar pukul 17:50.54 WIB, dan status Bulan adalah berusia sekitar 3 jam 37 menit (17:50.54 – 14:15.32), dengan ketinggian sekitar 1o 10’ 47”, elongasi Bulan-Matahari sebesar 4o 47’ 55”.
Syarat bulan masuk tanggal 1 Ramadan 1434 H selepas terjadinya ijtimak/konjungsi menurut Muhammadiyah (kriteria Wujudul Hilal) adalah bila saat Matahari terbenam posisi Bulan sudah di atas ufuk (positif). Sementara menurut Pemerintah RI (kriteria Imkan Rukyat) adalah bila saat Matahari terbenam tinggi hilal minimal 2o dengan usianya minimal 8 jam atau tinggi hilal minimal 2o dengan elongasi minimal 3o.
Melihat perhitungan di atas, maka dapat disimpulkan menurut kriteria masing-masing akan terjadi perbedaan dalam memulai awal Ramadan 1434 H ini. Menurut Muhammadiyah awal Ramadan 1434 H akan dimulai pada Selasa Wage, 9 Juli 2013 M karena di hari terjadinya konjungsi tinggi Hilal sudah di atas ufuk bila dilihat dari kota Yogyakarta. Sementara menurut kriteria Pemerintah RI, awal Ramadan 1434 H baru akan dimulai pada Rabu Kliwon, 10 Juli 2013 M, karena pada hari terjadinya konjungsi, tinggi hilal masih di bawah 2o.
Dengan Cara Hisab, maka:
1 Ramadhan 1434 H = Selasa Wage, 9 Juli 2013~~~~~~~~~~~~~~~
CARA RUKYAT:
Bila cara rukyat dipakai menentukan 1 Ramadhan 1434 H, maka pada Senin Pon, 8 Juli 2013 yang secara hisab berarti tgl 29 Sya’ban 1434 H itu harus dilakukan observasi atau rukyat terhadap objek yang namanya Bulan., mulai dari waktu Matahari terbenam sampai Bulan terbenam di ufuk barat. Rukyat yang dilakukan ummat Islam saat ini lebih dibantu dengan menggunakan peralatan optis modern, seperti teleskop robotic, dsj.
Pada tgl 8 Juli 2013, Hilal di seluruh wilayah Indonesia adalah di bawah 2 derajat. Bahkan d Solo Raya di bawah 1 derajat. Maka dipastikan secara astronomis, Hilal pada tgl 8 Juli 2013 TIDAK AKAN DAPAT DIRUKYAT. Sehingga berlaku ISTIKMAL, yakni menggenapkan hari menjadi tgl 9 Juli 2013 sebagai tanggal 30 Sya’ban 1434 H.
Gamar berikut menjelaskan posisi Hilal pada tgl 9 Juli 2013:
Dengan Cara Rukyat, maka:
1 Ramadhan 1434 H = Rabu Kliwon, 10 Juli 2013
MANA YANG BENAR?
Berbicara kebenaran hanya milik Allah SWT. Kalau sudah ranah fiqhiyah seperti kasus penentuan Awal Ramadhan dan Syawwal ini, maka semua kembali kepada keyakinan masing-masing asal tetap memiliki dasar hukum secara syar’i. Jadi, yang benar adalah yang beramal menurut perintah Allah SWT dengan tetap menjaga ukhuwwah sesama ummat Islam.
KOLEKSI PERBEDAAN TAHUN 2013 ini:
A. MUHAMMADIYAH :
1 Romadlon 1434 = Selasa Wage,9 Juli 2013
1 Syawal 1434 = Kamis Wage, 8 Agustus 2013
B. PEMERINTAH RI :
1 Romadlon 1434 = Rabu Kliwon,10 Juli 2013
1 Syawal 1434 = Kamis Wage, 8 Agustus 2013
C. KALENDER NU :
1 Romadlon 1434 = Rabu Kliwon,10 Juli 2013
1 Syawal 1434 = Kamis Wage, 8 Agustus 2013
D. PERSIS :
1 Romadlon 1434 = Rabu Kliwon,10 Juli 2013
1 Syawal 1434 = Kamis Wage, 8 Agustus 2013
E. UMMUL QURO (MATLA SAUDI) :
1 Romadlon 1434 = Selasa,9 Juli 2013 atau Rabu, 10 Juli 2013
1 Syawal 1434 = Kamis, 8 Agustus 2013
F. Kalender ASAPON :
1 Romadlon 1434 = Selasa Wage,9 Juli 2013
1 Syawal 1434 = Kamis Wage, 8 Agustus 2013
G. JAMAAH ABOGE :
1 Romadlon 1434 = Rabu Kliwon,10 Juli 2013
1 Syawal 1434 = Jumat Kliwon,9 Agustus 2013
0 Komentar