Islam dan nasionalis adalah dua kata yang selalu mendapat perhatian luas oleh siapa saja. Tak pelak AR Baswedan pun mencurahkan pikiran dan sikapnya tentang Islam dan nasionalisme. Uraian pandangan soal ini bisa kita lihat dalam buku berjudul AR Baswedan. Saya Muslim, Saya Nasionalis.
Nama Negara memang mewujudkan nama satu bangsa. Jika saja Negara ini bukan Negara kesatuan, barangkali tidak akan ada nama bangsa Indonesia. Buktinya saja Malaysia. Walaupun mereka itu masih satu rumpun dengan Indonesia, tetapi tidak bisa disebut bangsa Indonesia, karena Malaysia berdiri sebagai negera sendiri. Demikian pula dengan Brunei Darussalam.
Ketika saya mulai dengan Partai Arab Indonesia (PAI), saya dan teman-teman pendiri yang lain mengakui adanya Indonesia di dalam ide dan di dalam pengakuan adanya nasionalisme Indonesia. Ini perlu dikemukakan, karena ada satu hal yang kelihatannya kecil di zaman Belanda, yakni terjadinya petentangan keras antara apa yang disebut dengan golongan nasionalis dengan golongan Islam.
Kaum nasionalis mengangggap seakan-aka golongan Islam itu tidak nasionalis. Itu keliru! Sebab Sarekat Islam yang memelopori politik non co itu nasionalis, tertapi perjuangannya berdasarkan Islam. Contoh yang ditawarkan AR Basewedan di luar negeri. Partai di Maroko misalnya disebut Partai Nasional. Padahal kita tahu, Maoko itu Negara Islam. Maka, nasionalisme itu artinya antipenjajah.
Di Indonesia, nasionalisme idak dipahami secara deikian. Di zaman Belanda, nasionalisme itu dipahami sebagai orang yang tidak memakai dasar Islam. Sayangnya, sampai sekarang pemahaman seperti itu masih ada.
Ketika pada tahun 1950an AR Baswedan masuk partai Masyum. Orang-orang terkejut. Kalangan nasionalis heran. Mengapa saya yang nasionalis masuk Masyumi. AR Baswedan menjawab keheranan itu, Dari dulu sampai sekarang saya ini nasionalis. Hanya saja nasionalisme saya berdasarkan Islam.”
Nah, jadi seorang muslim di Indonesia pastilah nasionalis.
0 Komentar