AL-HAKAM AL-MUNSTANSHIR BILLAH atau Abu al-Ash
al-Mustashir Billah al-Hakam. Merupakan khalifah kesembilan di Andalusia
apabila Abdurrahman ad-Dakhil dihitung sebagai khalifah pertama dan khalifah
kedua setelah ayahnya, Abdurrahman III.
Dia mampur menduduki dan mempertahankan mahkota kekuasaannya selama enam belas
tahun setelah ayahnya wafat dan hidup hingga usia enam puluh tiga tahun.
Al-Hakam Al-Mustanshir Billah merupakan sosok pemimpin yang baik, baik ucapan,
sikap maupun perilakunya serta memuliakan orang yang menghadap kepadanya.
Al-Hakam mampu mengoleksi buku-buku dalam jumlah besar, menarik, dan istimewa,
dengan ketenaran, memiliki reputasi yang pengetahuan, kecerdasan, keagungan,
baik, dan perilaku yang terhormat.
AI-Hakam seringkali mendatangkan karya-karya ilmiah dari berbagai penjuru
negeri dan daerah dengan menggelontorkan dana dalam jumlah besar untuk
mensukseskan agenda tersebut hingga menguras simpanan kekayaannya.
Meskipun
demikian, Al-Hakam sangat menyukainya lebih mengutamakannya dibandingkan
kesenangan-kesenangan para penguasa pada umumnya. Karena itu, tidak
mengherankan apabila ilmu dan pengetahuannya semakin luas sehingga
pandangan-pandangannya semakin mendalam dan tajam.
Di masa pemerintahannya sangat bagus dan cukup terpandang. Para sejarawan
menyebut masa ini dengan sebutan “puncak keemasan sastra Arab di Spanyol”.
Lebih dari itu, ia merupakan seorang cendekiawan dan negarawan yang terkenal
dengan kecintaan akan perdamaian.
Di
masa kekuasaannya, Kota Cordova mencapai puncak kemajuan dan keemasannya.
Apalagi kota ini dijadikan sebagai ibu kota Daulah Umayyah II dan tempat istana
kekhalifahan di dunia Barat.
Al-Hakam memiliki pengetahuan yang bait tentang tokoh-tokoh dan nasab mereka
serta berbagai peristiwa penting yang menemani kesendiriannya.
Saudaranya
bernama Abdullah, yang lebih dikenal dengan AI-Walad juga memiliki karakter
yang sama, yaitu sangat mencintaì ilmu. Abdullah dibunuh ketika ayahnya masih
berkuasa.
Al-Walad
adalah istilah masyarakat Andalusia yang hanya disematkan kepada para pemimpin,
dan biasanya menjadi sebutan khusus bagi Putra Mahkota.
Al-Hakam
merupakan sosok yang dapat dipercaya dalam periwayatan yang dikutip dan
disampaikannya. Ibnul Abar berkata; “Inilah realitanya dan masih banyak
buku-buku yang berhasil dikoleksinya.”
Dalam
kesempatan lain, Ibnul Abar berkata, “Sungguh mengherankan, bagaimana lbnu
Al-Faradhi dan lbnu BasykAwwal tidak menyebutkannya. Gelarnya Abu Al-Ash dan
menjabat sebagai kepala pemerintahan pada tahun tiga ratus lima puluh Hijriyah
setelah ayahnya.
Jarang
kami mendapati sebuah buku koleksinya, kecuali ia telah membacanya terlebih
dahulu atau memperhatikan klasifikasinya, termasuk bidang apa buku tersebut.
Al-Hakam juga menulis nasab penulis, kelahiran, dan wafatnya.
Kemudian mengemukakan tentang peristiwa-peristwia asing, yang
tiada ditemukan kecuali darinya. Karena ia mempunyai kepedulian tentang hal
itu.
Al-Hakam
Al-Mustanshir Billah wafat di Istana Cordova pada tanggal dua Shafar tahun 366
H. Semoga Allah Swt senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepadanya.
Al-Hakam
merupakan salah seorang pemimpin yang tegas dan keras dalam membersihkan budaya
minum-minuman keras dari lingkungan pemerintahannya. Al-Hakam wafat di
Al-Falij.
Kekuasaan
selanjutnya diserahkan kepada puteranya bernama Al-Mu’ ayyad Billah Hisyam,
yang ketika itu baru berusia sembilan tahun. Jalannya roda pemerintahan
diserahkan kepada Al-Hajib Abu Amir Muhammad bin Abdullah bin Abu Amir Al-Amiri
Al-Qahthani yang bergelar Al-Manshur, dan kepada dialah semua urusan
pemerintahan dilimpahkan.*
Sumber: https://hidayatullah.com/kajian/hikmah/2024/01/18/266425/al-hakam-billah-dan-perhatiannya-pada-ilmu.html
0 Komentar