Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Ticker

6/recent/ticker-posts

Gaza dan Sebuah Keheningan yang Ganjil

Program konstruksi Gaza seperti "gula-gula pada permen lollipop". Harusnya bisa menutupi semua rangkaian kejadian yang memalukan

Oleh: Dr. Terry Lacey

Indonesia seperti jika para aktivis dan pemimpin politik yang ikut terlibat telah menemukan sebuah kaleng berisi cacing.

Konflik-konflik dan kompleksitas batas-batas politik antar rakyat Palestina telah sangat mengejutkan rakyat Indonesia yang telah mempelajari tentang mereka sebagai hasil dari konflik yang terjadi baru-baru ini.

Para aktivis telah berburu melalui website untuk berusaha memahami apa yang terjadi antara Fatah dan Hamas sehingga memicu pada perang sipil dan kemudian perang Israel terhadap Gaza.

Kronologi baru-baru ini di website BBC telah merumuskannya. Pada bulan Januari 2006 Hamas memenangkan pemilihan umum Palestina. Pada bulan Maret pemerintahan Hamas disumpah. Israel, Amerika Serikat dan Uni Eropa dengan segera menunda (tepatnya memutus)seluruh link dengan mereka.

Negara Barat tidak menggubris demokrasi rakyat Palestina dan gagal untuk membantu memimpin pemerintahan baru yang demokratis terhadap dialog dan moderasi dan bukan dipimpin oleh boikot dan blokade yang memicu perang saudara Palestina dan juga perang antara Israel dan Gaza.

Pecahnya rakyat Palestina tidak bisa hanya menyalahkan politik Palestina. Pecahnya Palestina diprakarsai oleh Israel dan negara Barat dan mereka setidaknya harus disalahkan atas konsekuensinya.

Pada bulan Februari-Maret 2007 Fatah dan hamas sepakat untuk membentuk sebuah koalisi baru untuk mengakhiri peperangan fraksi yang sedang berkembang ditengah boikot dan blokade Israel dan negara Barat yang semakin diperketat.

Menjadi semakin mudah untuk memahami bagaimana pemerintah persatuan Palestina bisa hancur dan calon pemerintahan West bank diangkat, selagi peperangan faksi rakyat Palestina meningkat.

Kemudian Hamas merebut kembali dengan paksa di Gaza dimana mereka telah menang melalui pemungutan suara secara demokratis. Negara Barat berpihak dan mendukung pasukan militan kepresidenan dan berharap mereka akan menang, tapi mereka tidak memenangkannya.

Pikirkan apa yang akan terjadi jika Inggris mengabaikan kesuksesan electoral atas Sinn Fein di Irlandia Utara dan disamping merancang sebuah `pemerintahan moderat' di Irlandia Utara dengan mengabaikan hasil pemilihan dan tidak memasukkan Sinn Fein di dalamnya. Perang dengan IRA akan terus berlangsung, dan bisa menyebar ke Inggris dan Skotlandia.

Rakyat Israel harus mengambil hikmah dari kejadian yang serupa. Bagi mereka dan negara Barat yang telah membantu untuk mendestabilisasi West Bank melalui manuver-manuver tersebut dan perang Gaza.

Saat ini perundingan di mesir diperlukan tidak hanya untuk mencoba mempromosikan rekonsiliasi nasional Palestina tapi juga untuk mencoba menyelamatkan kota-kota di West Bank dari nasib yang sama seperti yang dialami oleh Gaza.

Jika hal itu terjadi, tekanan akan dialami oleh Yordania dan mesir, dan kekerasan bisa jadi akan menyebar luas ke kota-kota di Israel dan kota dengan populasi warga Arab.

Tujuan utama dari perundingan di Mesir bukan untuk mengamankan negara kembar, tapi untuk menyelamatkan West Bank dari konflik politik, ketika kepresidenan Palestina sangat lemah, dan mengakhiri blokade Gaza untuk mencegah perang lainnya dengan Israel.

Program konstruksi Gaza adalah seperti "gula-gula pada permen lollipop, suatu kepentingan moral bagi pihak-pihak yang ikut membantu menyebabkan terjadinya perang ini, dan merupakan sebuah pengungkit untuk mencoba membawa perubahan ke jalan lain. Hal ini seharusnya juga bisa menutupi semua rangkaian kejadian yang memalukan dan dampak yang mungkin terjadi.

Saat ini masyarakat Indonesia telah membaca di Jakarta Globe, dari Associated Press, (26.02.09) bahwa Hamas percaya pemerintahan Abbas dari partai Fatah di west Bank melakukan mata-mata di Gaza untuk mencari informasi yang akan diberikan kepada Israel selama perang, ketika Fatah menuduh Hamas melakukan pembunuhan dan melukai aktivis Fatah di gaza yang melakukan penyamaran di perang tersebut.

Sesungguhnya kebenaran itu secara perlahan akhirnya akan terungkap bagi kita setelah masa keheningan dan masa sulit terlewati.

Pemerintahan Hamas yang dipilih secara demokratis telah dijatuhkan dengan sebuah kudeta yang didukung oleh Israel, Negara Barat dan Fatah dan saat ini kita semua harus tersenyum dan mendukung rekonsiliasi nasional. Kudeta telah gagal, blokade telah gagal, kebijakan untuk menjatuhkan Hamas telah gagal. Hamas sekarang bahkan lebih kuat daripada dahulu.

Hal tersebut bukan suatu kondisi dimana Presiden Barack Obama bisa berharap untuk membawa partai-partai yang bertikai secara bersama-sama untuk melakukan diskusi atas solusi negara kembar, ketika para pemilih Palestina dan Israel telah memutuskan untuk tidak terburu-buru dalam memutuskan akhir dari pembicaraan perdamaian menuju negara kembar tersebut.

Fokus pertama adalah tetap memegang prinsipnya dan mencegah destabilisasi regional. Solusinya pasti akan muncul baik cepat ataupun lambat, mungkin bukan suatu jalan yang telah diperkirakan banyak orang.

Penulis adalah ekonom yang berdomisili di Jakarta, Indonesia yang menulis tentang modernisasi dalam dunia muslim, investasi dan hubungan perdagangan dengan Uni Eropa dan juga Islamic Banking.

Posting Komentar

0 Komentar