JAKARTA--
Daerah-daerah terpencil dan tertinggal yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia sangat membutuhkan kehadiran dai--juru dakwah Islam. Wakil Ketua Pimpinan Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus (MTDK) PP Muhammadiyah, Fakhrurazi Reno Sutan, mengungkapkan, saat ini, permintaan terhadap dai dari berbagai daerah terpencil dan tertinggal sangat tinggi.Namun, tingginya permintaan terhadap dai belum mampu terpenuhi karena terbatasnya kader dai yang siap dikirim ke daerah-daerah pelosok. ''Tak mudah mencari dai yang siap dikirimkan ke daerah terpencil,'' ungkap Fakhrurazi saat berkunjung ke Republika, Selasa (31/3). Terbatasnya sumber daya manusia, kata dia, menjadi salah satu kendala yang harus segera diatasi.
Menurut Fakhrurazi, untuk mencari dai yang akan dikirimkan ke Kepulauan Nias saja membutuhkan waktu berbulan-bulan. ''Menjadi dai di daerah seperti itu tentu tantangannya sangat besar. Sehingga, dibutuhkan seorang dai yang bermental baja,'' tuturnya. Terlebih, medan yang harus dijangkau seorang dai yang berdakwah di daerah terpencil dan tertinggal sangat sulit.
''Masalah lainnya adalah persoalan dana. MTDK Muhammadiyah baru bisa memberikan tunjangan bagi para dai di wilayah terpencil sebesar Rp 500 ribu per bulan,'' ujar Fakhrurazi menegaskan. Menurut dia, MTDK telah memiliki 150 dai khusus yang berdakwah di daerah terpencil di seluruh Indonesia.
MTDK Muhammadiyah, tutur Fakhrurazi, saat ini sedang merekrut sebanyak 20 calon dai baru untuk ditempatkan di wilayah Indonesia Timur, daerah-daerah bencana, dan minoritas Muslim. Pihaknya mengungkapkan, daerah yang sangat membutuhkan kehadiran dai berada di Nusa Tenggara Timur (NTT), Maluku, dan Papua.
Menurut Fakhrurazi, program dakwah khusus bagi masyarakat tertinggal dan terpencil telah dilakukan Muhammadiyah sejak 1975. Dakwah khusus yang dikembangkan Muhammadiyah memiliki enam daerah binaan, antara lain, daerah terpencil dan tertinggal, daerah rawan pemurtadan, daerah minoritas Islam, daerah transmigrasi, masyarakat korban bencana, dan komunitas adat.
Wakil Bendahara MTDK PP Muhammadiyah, Wirman Yusar, mengatakan, dai khusus yang dikirimkan ke daerah binaan tak hanya sekadar berdakwah. Namun, para dai khusus juga berperan sebagai motivator untuk memberdayakan masyarakat di bidang ekonomi, pendidikan, sosial, dan budaya.
''Di tempat itu, kita bangun masjid dan sekolah Muhammadiyah,'' papar Wirman. Khusus di wilayah Badui, Banten, MTDK Muhammadiyah juga menampung anggota suku terasing yang terpaksa harus keluar dari komunitasnya setelah masuk Islam. Menurut dia, guna mendukung program dai khusus yang ditempatkan di berbagai daerah terpencil, membutuhkan dukungan dana yang tak sedikit.
Fakhrurazi menegaskan, penempatan dai di daerah-daerah terpencil dan tertinggal membutuhkan perhatian seluruh umat Islam. Pihaknya bersyukur karena Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah berencana untuk membentuk divisi dakwah khusus. ''Kami juga berharap pemerintah bisa mendukung program dai khusus ini,'' katanya.
Dai khusus yang hadir di daerah tertinggal dan terpencil berupaya untuk mengajak komunitas adat ke peradaban mulia. ''Yang tak beragama Islam kita ajak masuk Islam,'' tutur Fakhrurazi. Selain itu, kata dia, yang tak memakai baju diajak untuk memakai baju. ''Yang tak berilmu kita jadikan mereka berilmu. Dan, yang miskin kita dorong untuk terbebas dari kemiskinan.''
Guna meningkatkan motivasi dan kualifikasi para dai yang bertugas di daerah terpencil, MTDK PP Muhammadiyah berencana menggelar 'Silaturahim dan Lokakarya Dai Daerah Terpencil' pada 23-26 April 2009 mendatang di Jakarta.
0 Komentar