Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Ticker

6/recent/ticker-posts

Metode Induktif dan Deduktif dalam Artikel


Seberapa pentingkah data dan fakta dalam sebuah artikel?
Data dan fakta merupakan materi yang paling penting dalam sebuah artikel. Sebab tanpa data dan fakta yang kuat, maka artikel akan berubah menjadi opini. Misalnya, ketika terjadi sebuah kecelakaan lalulintas hebat yang menewaskan puluhan siswa SMU, maka seorang penulis artikel yang baik akan segera membuka file tantang kecelakaan lalulintas yang memakan korban cukup banyak, jenis kendaraannya, jumlah korbannya, lokasi dan waktu kejadiannya, penanganannya oleh pihak yang berwajib dll. Dengan data-data tersebut, si penulis artikel bisa membuat analisis sederhana dan menyimpulkan, apakah kecelakaan lalulintas di negeri kita selama sepuluh tahun terakhir ini meningkat atau menurun? Kalau meningkat mengapa? Kalau menurun mengapa? Sebab tekanan utama pada penulisan artikel adalah pada pertanyaan mengapa dan bagaimana.

Apakah penulisan artikel mutlak harus menggunakan metode induktif/deduktif?
Tidak harus. Bahkan sebenarnya tidak pernah ada pedoman baku bagaimana seharusnya sebuah artikel ditulis. Selain metode induktif deduktif, bisa pula digunakan metode thesis - antithesis dan sinthesis. Bisa pula dengan metode pengajuan pertanyaan 5 W 1 H yang akan dibahas lebih rinci pada bab VII dan VIII, khususnya tentang alinea.

Mengapa metode induktif/deduktif menjadi populer?
Karena metode ini paling mudah diterapkan bagi para pemula. Misalnya, ketika terjadi bencana tanah longsor (contoh kasus = hal khusus), semua pihak pasti segera mengkaitkannya dengan penggundulan hutan dan perusakan lingkungan (gejala umum). Metode berpikir induktif ini juga bisa dibalik menjadi deduktif. Pertama kita kemukakan gejala penggundulan hutan dan perusakan alam dengan bergagai data dan faktanya, dari gejala umum ini, kita tarik kesimpulan pada contoh-contoh khusus yang sangat spesifik namun cukup kuat. Misalnya perubahan iklim makro, pemanasan global dll.

Apakah menulis artikel perlu latar belakang, tujuan, permasalahan dst?
Metode penulisan ilmiah dengan latar belakang, tujuan, kerangka pikir, permasalahan, pemecahan permasalahan, kesimpulan dan saran dsb, tetap bisa digunakan dalam menulis artikel. Namun dalam mengemukakan latar belakang misalnya, tetap harus digunakan data dan fakta aktual. Misalnya kalau kita menggunakan metode deduktif, kerusakan hutan dan lingkungan yang kita jadikan sebagai latar belakang, harus disertai dengan fakta dan data yang jelas, lengkap dan akurat. Analisis dan opini yang disampaikan pun, harus berupa data. Misalnya, kita bisa mengatakan bahwa perusakan hutan dan alam akan berakibat pada kerusakan seluruh ekosistem seperti telah terjadi di negara A, B dan C. Hingga kita perlu melakukan penghijauan dan reboisasi seperti telah dilakukan oleh negara D, E dan F yang dulu hutannya pernah rusak tetapi pulih kembali.

Bolehkah dalam menulis artikel kita hanya menggunakan pernyataan umum?
Tidak boleh. Sebab artikel demikian pasti akan ditolak oleh redaktur penerbitan yang bonafid. Misalnya kita menyebut bahwa: “Akhir-akhir ini telah terjadi penggundulan hutan dan perusakan alam secara membabibuta oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab dst.” Pernyataan tersebut sangat umum dan dangkal karena tidak disertai dengan fakta dan data. Beda kalau misalnya kita sebutkan bahwa: “Tahun ini sekian juta hektar hutan primer telah ditebang habis oleh pengusaha HPH di provinsi A, B, C dan D. Dibanding dengan tahun lalu, angka penebangan ini telah naik empat kali lipat dst.

7 Faktor Human Interest dalam Feature

Apakah yang disebut sebagai human interest?
Human interest bisa diartikan sebagai rasa kemanusiaan. Hingga feature yang disebut sebagai tulisan yang menekankan segi human interest dimaksudkan sebagai tulisan yang menekankan segi yang bisa menyentuh rasa kemanusiaan pembacanya.

Mengapa segi human interest paling diutamakan dalam sebuah feature?
Karena berita (news) sudah ditampilkan dengan lugas dan dengan bahasa yang sangat formal. Dalam artikel, fakta dan data juga harus dianalisis dengan serius dan diberi opini yang juga harus serius. Agar pembaca media cetak tidak bosan, maka diperlukan sebuah bentuk tulisan yang menekankan segi human interest. Itulah sebabnya segi ini paling diutamakan dalam feature. Dalam perkembangan lebih lanjut, berita pun bisa dikembangkan menjadi news feature, feature reporting, feature story dll. Bahkan dalam perkembangan lebih lanjut, feature juga melahirkan bentuk tulisan yang lebih baru (generasi baru) yang disebut sebagai How To Do It Article (HTDI). Cabang jurnalisme yang pertamakali memperkenalkan bentuk tulisan ini adalah jurnalisme kedokteran/kesehatan pada abad XVI dan XVII.

Apakah segi human interest tersebut sudah melekat pada meteri tulisan, atau merupakan kreasi penulisnya?
Segi human interest dalam sebuah feature, harus benar-benar faktual (berupa fakta nyata) yang melekat pada materi (bahan) tulisan. Keterampilan penulis hanya dituntut untuk menyeleksi dan mengolah bahan-bahan tersebut, hingga ketika telah menjadi tulisan dan disampaikan ke pembaca, akan bisa menyentuh perasaan. Kalau segi human interest tersebut merupakan hasil imajinasi atau keterampilan berpikir si penulis, maka tulisan tersebut merupakan fiksi, bukan feature.

Apa sajakah yang bisa dikatagorikan sebagai human interest?
Yang bisa dikatagorikan sebagai human interest antara lain: masalah percintaan; perjalanan/perjuangan hidup manusia, hewan, tumbuhan maupun alam (gunung api, bintang); kelahiran/kematian; penderitaan (misalnya derita TKI yang disiksa majikan di LN); ketabahan/ketegaran dalam menghadapi cobaan/godaan dll.

Apakah feature dengan tema penderitaan bisa digunakan untuk menjelek-jelekkan pihak yang mengakibatkan penderitaan tersebut?
Bisa, namun feature tersebut akan menjadi feature propaganda. Nilai sebuah feature propaganda, akan lebih rendah dibanding dengan feature yang benar-benar hanya menceritakan penderitaan seseorang atau sekelompok orang. Sebab yang harus geregetan, marah dsb. adalah pembaca media massa, setelah membaca feature tersebut. Bukan penulisnya.

8 Kekuatan Individu dalam Esai

Apakah kekuatan individu penulis hanya dipentingkan dalam penulisan esai?
Kekuatan karakter individu penulis, diperlukan dalam semua bentuk tulisan, mulai dari news, reportase, artikel dan feature. Namun bentuk-bentuk tulisan tersebut memiliki teknik dan sistematika yang jelas. Karenanya, penulis yang tidak terlalu kuat pun, tetap bisa menghasilkan news, reportase, artikel dan feature yang baik. Dalam esai, kekuatan individu lebih diperlukan karena tidak bakunya teknik dan sistematika.

Apakah yang disebut kekuatan individu dalam penulisan esai?
Yang dimaksud sebagai kekuatan individu, terutama adalah faktor tingkat kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual yang di atas rata-rata. Namun kekhasan dari masing-masing individu akan sangat menentukan kualitas esai yang dihasilkan. Karakter khas yang kuat ini diperoleh bukan karena faktor teknik melainkan karena muncul dari dalam diri si penulis.

Dari manakah penulis esai memperoleh kekuatan karakter individunya?
Kekuatan karekter individu, bukan diperoleh dari pendidikan formal, melainkan dari kekayaan pengalaman hidup, bacaan yang luas dan lingkungan pergaulan yang beragam. Meskipun faktor genetik, juga ikut pula mempengaruhi kekuatan karekter individu seseorang. Namun tanpa kekayaan pengalaman, luasnya bacaan dan variasi pergaulan, karakter dasar serta pendidikan formal belum merupakan jaminan kekuatan individu seseorang.

Apakah skil (keterampilan) juga diperlukan dalam penulisan esai?
Skil tetap diperlukan dalam penulsan esai, namun hal tersebut bukan merupakan faktor utama. Sebab apabila skil yang diutamakan, maka esai yang dihasilkan justru akan merosot kualitasnya. Sebab esai justru diharapkan tidak dihasilkan sebanyak artikel, feature dan lebih-lebih news.

Apakah esai memiliki bobot lebih tinggi dibanding artikel dan feature?
Esai tidak bisa dibandingkan dengan artikel dan feature, sebab masing-masing memiliki fungsi yang berbeda. Artikel lebih berfungsi untuk mengajak pembaca memahami suatu pokok persoalan. Feature digunakan untuk menggugah rasa human interest pembaca. Sementara esai bermanfaat untuk melakukan refleksi dan perenungan. Meskipun fungsi tiga bentuk tulisan ini berbeda, honorarium yang akan diterima oleh penulisnya sama.

Posting Komentar

0 Komentar