Di Ankara,Turki, para penulis dan ilmuwan, Kamis kemarin, memperingati kematian seorang pemikir besar Islam, dan karya-karyanya telah mengguncangkan Barat, dibunuh, 23 tahun yang lalu. Ismail Raji al-Faruqi, yang masih keturunan Palestina, dan menetap di AS, dan menjadi ilmuwan terkemuka, tapi kemudian dibunuh. Sebuah konspirasi menghilangkan nyawanya, saat ia berusaha keras, ingin menampilkan sebuah paradigma baru bagi dunia Barat.
Dr.Ismail Raji Faruqi yang berusaha keras menciptakan harapan dan horizon baru, khsusunya dalam menghadapi budaya materialisme di Barat, yang lahir dari pemikir-pemikir Yahudi. Faruqi, seorang ilmuwan terkemuka Palestina, yang ada di AS, dan berusaha dengan keras dengan pemikirannya itu, melawan kejahatan Zionisme dan paradigma pemikiran Barat di abad 20, yang lalu.
Dalam komentarnya yang disampaikan kepada World Bulletin, ilmuwan Turki, Atasoy Muftuoglu, mengatakan, ‘Pandangan Faruqi telah menciptakan kesadaran baru, dan moral baru’, bagi Gerakan Islam, ucap Atasoy, di Ankara. Demikian pula, seorang ilmuwan Turki, dari Universitas Gazi, di Ankara, menyebutkan, bahwa Faruqi, ‘Orang yang pertama yang menghadapi tantangan Barat dengan menggunakan kacamata Islam”, ujarnya.
Media di AS, tak menaruh perhatian dengan kematian Faruqi, meskipun pemikir muslim ini, berusaha dengan keras, ingin menciptakan sebuah pemikiran yang lebih mengarah kepada sebuah ‘rujuk’ dengan masyarakat Barat.
Sebuah Komite Peringatan al-Faruqi, Persatuan Masyarakat Islam di Amerika Utara (ISNA), Dewan Nasional Gereja-Gereja di AS, dan Komite Anti Diskriminasi Arab-Amerika, ikut berpartisipasi dan mengantarkan jenezahnya, ketika tokoh itu diantarkan ke pekuburan.
Siapa Ismail Raji al-Faruqi?
Faruqi lahir di Jaffa, Palestina. Ayahnya, Abdul al-Huda al-Faruqi, adalah seorang qadi (judge), yang masyhur di wilayah itu. Abdul al-Huda, selain qadi, juga seorang ilmuwan Islam yang sangat terkemuka. Dr.al-Faruqi menerima pendidikan agama dari ayahnya, dan ulama setempat, yang belajar di masjid,yang tak jauh dari rumahnya di Jaffa. Sekalipun demikiran al-Faruqi juga pernah mereguk pendidikan di sekolah milih penjajah Perancis, di Dominican College Des Freres (St.Joseph), sekitar tahun 1936.
Ilmuwan yang pernah mengajar di berbagai kampus terkemuka di AS ini, sesudah Israel menduduki tanah Palestina, dan berdiri sebagai negara tahun 1948, Faruqi pindah (berimigrasi) ke Beirut, Lebanon, dan belajar di Universitas Amerika di Beirut. Tak lama di Beirut, Faruqi berpindah ke AS, dan melanjutkan kuliahnya di Indiana University, dan mendapatkan master di bidang filsafat, di tahun 1949. Karena, kecerdasan yang luar biasa, maka Faruqi melanjutkan ke Harvard University, dan mengambil bidang filsafat. Di Harvard sampai tahun Maret 1951, dan mendapatkan gelar Phd, dibidang yang sama di tahun 1952. Ismail Raji al-Faruqi mendalami pemikiran klasik, dan tradisi pemikiran barat.
Al-Faruqi, masih tak puas dengan gelar yang didapatkan di Harvard, maka ia pergi mendalami ilmu ke timuran (Islam) di Cairo. Di Cairo, Faruqi mempelajar tentang filsafat Islam, dan pergi ke Pakistan, dan juga mengilingi negara-negara Arab lainnya. Semuanya itu, masih belum memuaskannya untuk mendalami imu. Kemudian, ia kembali ke AS, dan belajar dan meniliti di Syracuse University, sebagai professor.
Ismail Raji al-Faruqi dan Istrinya dibunuh, tahun l986, dan dibunuh oleh orang yang tak dikenal, pembunuh masuk ke rumahnya dengan merusak pintu rumah, yang ada Wyncote, Pennsylvania, dan menyerang anak perempuannya, anak lakinya Ammar al-Zein. Tapi, anak perempuannya selamat.
Sebuah kekejian terhadap seorang ilmuwan Palestina, yang ada di AS, yang tengah berjuang ingin membangun peradaban pemikiran baru, yang lebih terang, dan bersumber dari Islam. Masyarakat Barat, memerlukan sumbangan pemikiran Ismail Faruqi, yang akan menciptakan ufuk baru. (m/wb)
0 Komentar