Sebagian besar media di Australia dinilai cenderung sensasional dan negatif dalam pemberitaan tentang Islam dan umat Islam. Hal itu telah memicu mispersepsi sebagian warga negeri Kanguru itu terhadap Muslim. Meski begitu, mayoritas rakyat Australia bisa menerima kehadiran umat Islam. Mereka tak menganggap Muslim sebagai ancaman bagi negara.
Fakta itu terungkap dalam sebuah dialog terbuka yang diikuti belasan remaja dan pemuda Muslim Australia dalam acara ''Muslim Youth Speaks Out'' di kampus Universitas Griffith, Mt Gravatt, Brisbane, Ahad (24/5). Dialog yang mengusung tema "diskriminasi, prasangka, dan peminggiran sosial" itu dipandu Wakil Direktur Unit Riset Islam Universitas Griffith, Dr Halim Rane.
Menurut Halim, adanya ketakutan akibat merasa asing terhadap Islam dan penganutnya merupakan salah satu akar penyebab munculnya kesalahpahaman dan aksi diskriminasi terhadap Muslim di Australia. Kondisi itu diperparah dengan adanya anggapan umat Muslim cenderung menentang kebiasaan menyenangkan yang telah umum di negeri itu.
Meski begitu, papar Halim, berdasarkan hasil riset yang digelar pada 2006 terhadap sejumlah responden non-Muslim di Kota Brisbane dan sekitarnya, kehadiran Islam di Australia semakin diterima. Hasil riset itu menunjukkan, sekitar 67 persen responden non-Muslim Australia dapat menerima Muslim sebagai bagian dari masyarakat Australia.
Yang lebih menarik lagi, sebanyak 78 persen responden juga tidak memandang Muslim sebagai ancaman terhadap negara. Untuk itu, Halim mengingatkan, agar kalangan remaja dan pemuda Muslim Australia tetap berprasangka baik terhadap pandangan mayoritas rakyat terhadap mereka.
''Sekalipun representasi media masih cenderung sensasional tentang Islam, tingkat kepercayaan publik terhadap media di Australia relatif rendah,'' papar Halim. Guna memperbaiki pemahaman publik yang lebih baik tentang Islam dan umat Islam Australia, para peserta dialog sepakat untuk terus membangun dialog antariman dan lebih berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
Komunitas Muslim pun kerap mengundang para warga non-Muslim untuk menghadiri kegiatan-kegiatan sosial keislaman. Selain itu, mereka juga memandang perlunya para akademisi Muslim lebih aktif menulis dan menjadi kolumnis tetap media cetak arus utama Australia, serta para pemuda terdidik Muslim menjadi wartawan berbagai media negara itu.
Tak mengerti Islam
Diskusi itu juga menghadirkan selebritas Muslim Australia, Nazeem Hussain. Ia menilai, mayoritas warga non-Muslim di negaranya belum mengerti Islam dan umat Islam. Hal itu, kata dia, terlihat dari isi surat-surat elektronik (e-mail) yang dikirim para pemirsa "Salam Cafe", sebuah acara talkshow komedi populer Stasiun TV SBS.
"Sekitar 95 persen e-mail yang dikirim pemirsa acara ''Salam Cafe'' SBS memperlihatkan rendahnya pengetahuan mereka tentang Islam dan umat Islam di Australia," tutur personel "Salam Cafe" itu.
Bahkan, papar dia, di antara para pemirsa yang mengirim surat, ada yang berterus-terang mengaku tidak tahu bahwa wanita Muslim Australia juga bisa lancar berbahasa Inggris. ''Ternyata Muslim juga berpendidikan,'' ungkap seorang pemirsa dalam suratnya yang diterima Nazeem. ant/hri/kem
0 Komentar