Naskah Arab kuno menjulukinya ‘Permata dari Timur’. Orang-orang Eropa menyebutnya ‘Tanah Para Saintis’.
Kota nan megah dan indah itu sama tuanya dengan Romawi, Athena, dan Babilonia. Tanah legenda yang tahun ini berusia 2.758 tahun itu bernama Samarkand—kota terbesar kedua di Uzbekistan.
Keindahan Samarkand yang begitu populer sempat membuat Kaisar Aleksander Agung terpikat. Tatkala menginjakkan kakinya untuk pertama kali di tanah Samarkand, Aleksander pun berseru, "Aku telah lama mendengar keindahan kota ini, namun tak pernah mengira kota ini ternyata benar-benar cantik dan megah."
Selain tersohor dengan keindahannya, Samarkand pun dikenal sebagai kota yang strategis. Kota legenda itu berada di tengah ‘Bayangan Asia’ yang menghubungkan Jalur Sutera antara Cina dan Barat.
Di era kejayaan Islam, Samarkand menjadi pusat studi para ilmuwan. Itulah mengapa, orang-orang Eropa mendaulatnya sebagai ‘Tanah Para Saintis’. Samarkand merupakan salah satu kota tertua di dunia. Awalnya, kota itu bernama Maracanda.
Pada 329 SM, kota itu ditaklukkan Aleksander Agung. Dua abad kemudian, Samarkand menjadi bagian dari wilayah kekuasaan Kerajaan Himyar (115 SM - 33 M). Saat itu, kota itu menjadi tempat bertemunya tiga kebudayaan yakni Barat, Cina, dan Arab. Pada abad ke-6 M, Samarkand jauh ke dalam kekuasaan Kerajaan Turki.
Samarkand memasuki babak baru ketika Islam menaklukkan wilayah itu pada abad ke-8 M. Dinasti Umayyah yang saat itu dipimpin Khalifah Abdul Malik (685 M - 705 M) menugaskan Qutaibah bin Muslim sebagai gubernur di wilayah Khurasan. Ketika itu, Samarkand dipimpin Tarkhum yang telah melepaskan diri dari kekuasaan dinasti Cina.
Qutaibah dan Tarkhum pun menjalin kesepakatan damai. Namun, pengganti Tarkhum memaksa pasukan Muslim pimpinan Qutaibah untuk menaklukkannya. Pemerintahan Umayyah pun lalu menempatkan pasukannya di wilayah itu. Perlahan namun pasti ajaran Islam mulai diterima penduduk Samarkand.
Bahkan wilayah itu bersama dengan Bukhara sempat menjadi pusat Islamisasi penting di Asia Tengah. Setelah Dinasti Umayyah digulingkan Abbasiyah, pasukan Islam dan Cina terlibat pertempuran yang dikenal sebagai Perang Talas pada 751 M. Umat Islam pada masa keemasan itu mulai mentransfer ilmu dan cara pembuatan kertas dari dua tahanan perang asal Cina.
Tak salah, bila Samarkand dijuluki sebagai kota tonggak revolusi budaya dunia. Sebab, di kota itulah pertama kali industri kertas pertama muncul. Industri kertas pun akhirnya menyebar ke seluruh dunia Islam hingga Eropa.
Khalifah Al-Ma’mun dari Dinasti Abbasiyah memberikan jabatan gubernur kepada putra-putra Asad bin Saman untuk memerintah Transoksania dari Samarkand. Keluarga Saman pada 875 M memproklamirkan berdirinya Dinasti Samanid dan menguasai Samarkand.
***
Setelah itu, Samarkand pun secara bergantian dikuasai dinasti-dinasti Islam. Pada 999 M, kota itu di bawah kekuasaan Dinasti Qarakhanid.
Setelah itu, Samarkand dikuasai Dinasti Seljuk (1073 M), Dinasti Qarakhitai (1141 M) dan Dinasti Khawarizmian (1210 M). Saat dikuasai dinasti-dinasti itu, Samarkand belum mencapai masa kejayaannya.
Pada abad ke-10 M, populasi penduduk di kota itu lebih dari setengah juta jiwa. Samarkand mencapai masa keemasannya di era Islam, ketika Dinasti Timurid (1370 M - 1506 M) berkuasa.
Dinasti itu menundukkan Samarkand dari tangan Shah Sultan Muhammad—penguasa Dinasti Khawarizmia. Di bawah kepemimpinan Timur Lenk, dua penjelajah terkemuka Marco Polo dan Ibnu Batutta sudah melihat geliat kemajuan yang dicapai Samarkand.
"Samarkand merupakan salah satu kota terbesar dan paling cantik dan indah di dunia," ungkap Ibnu Batutah berdecak kagum.
Saat Timur Lenk berkuasa, Samarkand menjelma menjadi kota yang berkembang pesat. Hampir separuh dari aktivitas perdagangan di Asia berputar di kota Samarkand. Pada masa itu, di pasar Samarkand sudah biasa ditemukan beragam produk seperti kulit, linen, rempah-rempah, sutera, batu mulia, melon, apel, dan beragam barang lainnya.
Di era itu, Samarkand sudah memiliki monumen-monumen arsitektur yang megah. Kota itu pun sudah memiliki banyak seniman dan sarjana. Pengganti Timur Lenk, Syahrukh memindahkan ibukota Timurid dari Samarkand ke Heart. Meski begitu, hingga masa pemerintahan Ulugh Beg, masyarakat Samarkand hidup dalam kemakmuran. Pada masa kekuasaan Ulugh Beg, Samarkand menjadi pusat studi ilmu pengetahuan. Dia adalah raja yang gandrung dengan ilmu, khususnya astronomi.
Salah satu bukti sejarah yang menunjukkan Samarkand menjadi pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan adalah didirikannya Observatorium Ulugh Beg. Selain itu, di kota itu juga banyak berdiri madrasah atau perguruan tinggi. Selama satu abad Dinasti Timurid berkuasa, Samarkand mencapai puncak kejayaannya. Sekitar tahun 1500 M, kekuasaan Dinasti Timurid mulai rapuh. Kota itu ahirnya jatuh ke tangan bangsa Uzbek di bawah pimpinan Ozbeg Khan Shaibani.
Setelah itu, Samarkand berada di bawah Keemiran Bukhara. Pada 1868 M, Samarkand ditaklukan Rusia dan menjadi bagian dari Uni Soviet hingga 1991. Sejak Uni Soviet pecah, Samarkand pun menjadi bagian dari negara Uzbekistan. Secara geografis, Samarkand merupakan salah satu kota tua dan utama di wilayah Transoksania, yakni daerah antara Sungai Amudarya (Oxus) dan Syrdarya di Asia Tengah. Kini Samarkand menjadi salah satu provinsi di Uzbekistan. Kota itu berada di ketinggian 702 meter. Pada 2005 populasi penduduknya mencapai 412 ribu jiwa.
Penguasa Dinasti Timurid di Samarkand
Timur Lenk (1370 M - 1405 M)
Pendiri Dinasti Timurid ini terlahir di kota Kish, sebelah selatan Samarkand, Provinsi Transoksania pada 1336. Dia adalah anak gubernur di wilayah yang terletak di antara Sungai Amudarya dan Sungai Sydarya di Asia Tengah.
Timur masih merupakan keturunan Jengiz Khan. Masa kecilnya dihabiskan dengan menggembala kambing. Ia dijuluki Lenk (Leme) yang berarti ‘pincang’ pada nama belakangnya.
Sejatinya, dia memang pincang, karena salah satu kakinya cacat akibat terluka saat mencuri kambing, waktu masih kecil. Ia pun tumbuh menjadi seorang pemuda yang berbakat dan menguasai bidang militer.
Pada 10 April 1370, Timur memproklamirkan diri sebagai pemimpin dan penguasa tunggal atas daerah kekuasaan Dinasti Chaghatayi. Dia pun membentuk Dinasti Timurid yang berpusat di Samarkand. Timur dikenal sebagai tokoh yang memiliki perhatian besar dalam penyebaran ajaran Islam. Itulah mengapa dia didukung para ulama.
Sultan Khalil (1405 M - 1409 M)
Khalil merupakan pengganti Timur Lenk. Dia adalah anak Miran Shah sekaligus cucunya Timur. Saat Timur berkuasa, Khalil ikut bersama Timur menundukkan wilayah hingga ke India. Pada 1402 M, Timur memberinya daerah kekuasaan di Ferghana. Setelah Timur tutup usia, Khalil pun didaulat untuk meneruskan kekuasaan Timurid. Selama berkuasa, dia mampu memperluas kekuasaan Timurid.
Syahrukh Mirza (1409 M - 1447 M)
Dia adalah anak bungsu Timur Lenk. Sejatinya, dialah putera mahkota yang menggantikan tahta sang ayah. Namun, menjelang kematiannya, Timur membagi wilayah Dinasti Timurid kepada anak-anaknya. Akibatnya terjadi ketidak-jelasan dan Dinasti Timurid nyaris pecah. Syahrukhlah yang kemudian menyelamatkan Timurid dari tubir kehancuran.
Syahrukh mulai mengendalikan kekuasaannya pada 1409 M. Di bawah kepemimpinannya, Samarkand tumbuh menjadi wilayah berkembang pesat. Kerajaannya mampu mengendalikan rute perdagangan utama antara Timur dan Barat termasuk di antaranya Jalur Sutera. Masyarakat Samarkand pun hidup dalam kecukupan. Dia memindahkan ibukota Timurid dari Samarkand ke Herat.
Ulugh Beg (1447 M - 1449 M)
Nama lengkapnya Muhammad Taragai Ulugh Beg (1393 M - 1449 M). Dia adalah penguasa Samarkand yang menaruh perhatian terhadap astronomi. Ketertarikannya dalam astronomi bemula ketika dia mengunjungi Observatorium Maragha yang dibangun ahli astronomi Muslim terkemuka, Nasiruddin At-Tusi. Ketika dia berkuasa, astronomi berkembang begitu pesat. Dia membangun Observatorium Ulugh Beg pada 1420 M.
Abdul Latif (1449 M - 1450 M)
Abdul Latif adalah putera Ulugh Beg. Ia melakukan pemberontakan yang akhirnya membuat sang ayah terbunuh. Selepas terbunuhnya Ulugh Beg, Abdul Latif pun menduduki tampuk kekuasaan. Namun, dia hanya berkuasa selama enam bulan, karena mati terbunuh.
Abdullah Mirza (1450 M - 1451 M)
Dia adalah cucu Syahrukh. Abdullah Mirza menggantikan posisi Abdul Latif. Ia pun hanya memimpin Dinasti Timurid sekitar satu tahun. Tahtanya direbut Abu Said.
Abu Said (1451 M - 1469 M)
Abu Said sebenarnya bukanlah keturunan Timurid. Ia tumbuh langsung di bawah asuhan Ulugh Beg. Dia pun menguasai ilmu pengetahuan dan militer. Pengaruhnya begitu kuat di militer. Di bawah kepemimpinannya pemerintahan Timurid relatif stabil. Masyarakat Samarkand juga kembali mencapai kemakmuran.
Ahmad (1469 M - 1494 M)
Sepeninggal Abu Saud, wilayah kekuasaan Timurid dibagi dua, yakni Samarkand dan Khurasan. Ahmad, putera Abu Said memerintah Samarkand. Di bahwa kepemimpinannya, Samarkand terbilang damai. Dia banyak mendirikan bangunan yang indah. Ulama dan seniman dari berbagai penjuru berdatangan ke pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan itu.
Mahmud bin Abu Said (1449 M - 1450 M)
Inilah akhir kekuasaan Dinasti Timurid di Samarkand. Kota itu akhirnya jatuh ke tangan bangsa Uzbek.
Saksi Sejarah Kejayaan Samarkand
Organisasi Kebudayaan dan Pendidikan PBB (UNESCO) telah menetapkan Samarkand sebagai kota tua yang masuk dalam daftar warisan dunia.
Kota itu dianggap sebagai persimpangan kebudayaan. "Ketika kita berbicara Samarkand, kita membayangkan sebuah kota cantik dan besar yang memikat setiap jiwa. Begitu Anda melihat kota ini sekali, maka akan bermimpi untuk melihatnya lagi," ujar Presiden Uzbekistan, Islam Karimov.
Kini, Samarkand menjadi salah satu kota tujuan wisata. Pesona bangunan-bangunan tua yang bertengger megah di kota itu mampu memikat para pelancong untuk datang dan kembali lagi, ke salah satu kota penting dalam sejarah Islam di Asia Tengah itu.
Sejumlah bangunan tua hingga kini masih kokoh berdiri menjadi saksi kejayaan Islam di masa lalu.
Samarkand memiliki sederet monumen bersejarah. Kubah Pirus Samarkand merupakan simbol arsitektur Samarkand yang paling luar biasa. Tempat penting lainnya di kota tua yang paling banyak menarik perhatian adalah Registan Square—sebuah pusat kota tradisional.
Di tempat itu terdapat tiga bangunan yang menjadi peninggalan Ulugh Beg yakni, Madrasah Ulugh Beg, Sherdor, dan Tilla Qari. Madrasah itu adalah perguruan tinggi zaman dulu.
Tempat bersejarah lainnya adalah Mausoleum of Tamerlane. Inilah yang membuat Samarkand disanjung lewat puisi dan dirindui para pelancong.
0 Komentar