LONDON - Badan Pangan Dunia PBB (FAO) memperkirakan, jumlah penduduk dunia yang menderita kelaparan mencapai satu miliar atau 963 juta jiwa, dibandingkan 915 juta jiwa tahun 2008.
Hal tersebut berdasarkan analisa dari Departemen Pertadian AS (USDA) dan "Economic Research Service" (ERS) tentang pengaruh krisis ekonomi global terhadap persentasi jumlah penduduk yang kelaparan di berbagai wilayah, demikian Atase Pertanian KBRI Roma, Erizal Sodikin di London, Sabtu (26/6).
Sebelumnya, FAO memperkirakan jumlah penduduk lapar dunia mencapai 963 juta jiwa, tetapi di luar perkiraan ternyata suplai pangan global membaik, sehingga perkiraan ini dikoreksi menjadi 915 juta jiwa.
Namun, akibat adanya krisis keuangan/ekonomi global tahun 2009 serta masih belum stabilnya harga pangan dan minyak dunia, FAO memperkirakan tahun 2009 ini penduduk lapar akan bertambah sekitar 100 juta jiwa.
Data yang dikemukakan FAO, menunjukkan kurun waktu 1995-1997 terdapat 825 juta jumlah penduduk dunia lapar, tahun 2000-2002 jumlah ini mengalami peningkatan menjadi 857 juta jiwa, sementara kurun waktu 2004-2006 jumlah ini meningkat menjadi 873 juta jiwa.
Menurut Erizal Sodikin, dari data tersebut target dari "Millenium Development Goal" yang lebih dikenal dengan MDG's mengurangi separuh jumlah penduduk lapar dunia tahun 2015, akan sangat sulit dicapai, bahkan dapat dikatakan mustahil tercapai.
Adanya fenomena jumlah penduduk lapar terus meningkat, menyebabkan ketahanan pangan (food security) menjadi tema sentral pembahasan dalam diskusi komunitas dunia baik negara, organisasi internasional, maupun institusi perbankan serta LSM.
Selain itu, akan menjadi salah satu tema yang akan dibahas dalam pertemuan G8 di Laquila, Italia bulan Juli mendatang. FAO sejak tahun 1974 membentuk komite yang khusus menangani soal pangan yang disebut dengan "Committee on Food Security" (CFS).
Dengan adanya kenyataan semakin bertambahnya jumlah penduduk dunia yang lapar, keberadaan CFS dikaji ulang dan didiskusikan secara intensif oleh utusan negara anggota FAO untuk memformulasikan kembali peranan dan strategi baru CFS.
Diharapkan, pada pertemuan CFS ke-35 pertengahan Oktober mendatang akan dihasilkan CFS yang lebih berperan dan berdaya guna untuk menciptakan dan menjamin ketahanan pangan di seluruh dunia, demikian Erizal Sodikin, Atase Pertanian. (ant/itz)
0 Komentar