Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Ticker

6/recent/ticker-posts

Walah...Israel Minta Mubarak Bungkam Demonstran


Jam malam tak diindahkan warga Mesir tadi malam. Mereka tetap berkumpul di jalanan meneriakkan berakhirnya rezim Mubarak

REPUBLIKA.CO.ID,YERUSALEM--Sejumlah politisi dan keamanan Zionis mengungkapkan keheranannya atas seruan dari pemerintah Amerika dan Negara-negara Arab agar tidak menghalangi para demonstran mengungkapkan tuntutanya.

Mereka mengungkapkan, aksi rakyat Mesir dimana terdapat di dalamnya Ikhwanul Muslimin akan menyampaikan gerakan tersebut ke kursi pemerintahan. Hal ini yang mendorong militer Zionis untuk merombak sistem pemerintahan di kala jatuhnya system lama.

Mantan Kepala intelijen militer Zionis, Aharon Zeivi pada radio Zionis, Ahad (30/1) mengatakan, "Kami tidak mengerti dengan pernyataan AS dan Negara-negara Eropa yang meminta demokratisasi di Mesir. Saya tidak mengerti, bagaimana Negara-negara barat tidak faham tentang kekacauan yang terjadi, bukankah mereka menginginkan pemecahan solusi dengan perundingan, seperti rezim Husni Mubarak, sementara kelompok lain menginginkan pemecahan masalah dengan senjata dan perlawanan."

Ia mengisyaratkan, kemungkinan militer Mesir berhasil untuk meredakan suasana masih sangat besar. Sebagaimana disebutkan Koran Haaretz, bahwa keraguan pihak Israel terkait sikap plinplan Amerika terhadap masalah Timteng, tampak dari pidato Barack Obama setahun setengah lalu di Kairo. Kini tampak sikap tersebut makin nyata dari Washington dalam dua hari ini.

Kekhawatiran tersebut, berupa munculnya Ikhawanul Muslimin yang akan memanfaatkan revolusi massa untuk menguasai pemerintahan. Dinas intelijen Zionis tampaknya tidak memperkirakan situasi ini separah begitu.

Bahkan sebelumnya, kepala staf intelijen militer Israel, Afiv Cohen, sebelumnya berbicara di depan komisi luar negeri dan keamanan parlemen Knesset bahwa rezim Mesir masih stabil. Walau sebelumnya dinas intel Zionis memberikan akan terjadinya kudeta di Negara-negara Arab pada tahun 2011 ini, namun mereka tidak mengira bahwa kudeta ini terjadi dari bawah (rakyat).

Dengan tumbangnya rezim Mubarak, maka Zionis harus kembali menata dirinya. Karena selama 30 tahun, militer Israel tidak memperkirakan kemungkinan adanya ancaman dari Mesir. Selama beberapa decade Zionis hidup berdampingan dengan Kairo.

Situasi ini menyebabkan pasukanya secara bertahap menurunkan kewaspadaanya. Sumber daya manusia yang ada selama ini, lebih diarahkan untuk mengembangkan sector ekonomi dan social.

Menteri perang Zionis, Ehud Barak bersama kepala staf militer, Gaby Askenazi melakukan serangkaian pertemuan untuk membahas kondisi Mesir. Mereka memperkirakan rezim Mubarak tidak akan hilang. Namun tentunya kondisi paska revolusi ini tidak akan kembali pada kondisi sebelumnya.

Posting Komentar

0 Komentar