Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Ticker

6/recent/ticker-posts

Di Prancis, Islam Mulai Gusur Sekularisme


Oleh Dyah Ratna Meta Novia

Meski bukan kelompok mayoritas, komunitas Muslim Prancis mulai menunjukkan pengaruh. Perlahan tapi pasti, nilai-nilai Islam mulai menggusur sekularisme Prancis. Ini bukan sekadar omongan seorang pengamat, melainkan hasil penelitian sosiologi paling mutakhir.

Fakta ini setidaknya tergambar dari apa yang terjadi di dua kota pinggiran di dekat Paris, yakni Clichy-sous-Bois dan Montfermeil. "Kaum imigran di kota pinggiran itu memilih menggunakan nilai-nilai Islam sebagai aturan hidup mereka daripada menggunakan nilai-nilai sekuler yang dianut Prancis," demikian bunyi sebagian laporan penelitian tersebut.

Penelitian yang berlangsung selama setahun ini dipimpin oleh peneliti sekaligus pakar dunia Islam, Gilles Kepel. Dari penelitian di Clichy-sous-Bois dan Montfermeil, ditemukan, praktik ibadah dan institusi keagamaan di kawasan ini kian semarak.

Nilai-nilai sekularisme yang telah menjadi tradisi kuat sejak dulu di Prancis pun kian terpinggirkan. Keluarga-keluarga di daerah ini yang didominasi para imigran dari Afrika Utara dan Afrika Barat secara teratur pergi ke masjid. Mereka taat beribadah puasa selama bulan Ramadhan dan melarang anak-anaknya mengonsumsi makanan dari sekolah yang tidak halal.

Saat ini, jumlah warga Muslim di Prancis berkisar lima hingga enam juta jiwa. Ini menjadikan Prancis sebagai negara anggota Uni Eropa dengan penduduk Muslim terbanyak.

Dibanding penelitian sebelumnya yang dilakukan 25 tahun silam, kata Kepel, pengaruh Islam dalam kehidupan sehari-hari oleh warga di kota pinggiran tersebut kian meningkat. Salah seorang pegawai sekolah mengatakan, saat makan siang, siswa-siswa Muslim lebih memilih pulang ke rumahnya masing-masing demi mengonsumsi makanan yang terjamin halal daripada makan siang di sekolah yang belum tentu halal.

Wali Kota Monfermeil Xavier Lemoine mengatakan, sejumlah murid bahkan tidak pernah lagi menginjakkan kaki di kantin sekolah. "Kalaupun mereka pergi ke kantin, mereka hanya makan makanan pembuka dan pencuci mulut," ungkapnya kepada radio Eropa 1.

Hasil penelitian ini menunjukkan, sebagian besar warga Prancis tidak masalah dengan perkawinan campuran. Namun, di daerah pinggiran, para peneliti mendapati sebagian besar responden Muslim mengatakan, mereka menentang perkawinan dengan orang non-Muslim. Mereka hanya mau menikah dengan sesama Muslim.

Berdasarkan penelitian ini, nilai-nilai Islam telah menggantikan nilai-nilai sekularisme yang gagal memenuhi janjinya, yakni adanya persamaan derajat untuk semua orang. "Penduduk di kota pinggiran melihat diri mereka bukan sebagai orang Prancis," kata Kepel.

Wali Kota Clichy-sous-Bois Claude Dilain memperingatkan, salah satu alasan kuatnya nilai-nilai Islam disebabkan oleh kurang pedulinya pemerintah. "Orang-orang yang merasa ditinggalkan akan mencari identitas lain dan Islam memberikan kepuasan itu dengan baik," katanya.

Saat ini, Clichy dan Monfermeil menjadi daerah percontohan dalam hal pembauran kota. Berbagai batas-batas fisik yang menghalangi terjadinya integrasi dihilangkan. Transportasi publik, jaringan, dan keamanan publik ditingkatkan. Meski demikian, angka pengangguran tetap tinggi di daerah itu. Begitu pun dengan prestasi murid sekolah, tetap rendah.
ed: wachidah handasah

Posting Komentar

0 Komentar