REPUBLIKA.CO.ID, Ia adalah seorang cendekiawan dan ahli fiqih kenamaan dalam mazhab Hanbali yang hidup pada abad ke-13 M. Disamping itu, sosoknya juga dikenal sebagai seorang ahli tafsir, penghapal Alquran, ahli nahwu, ahli ushul fiqih, ahli ilmu kalam, sekaligus seorang mujtahid.
Nama lengkapnya Muhammad bin Abi Bakar bin Ayub bin Sa'ad Zur'i ad-Damsyiq, bergelar Abu Abdullah Syamsuddin. Dilahirkan di Damaskus, Suriah pada tahun 691 H/1292 M, dan meninggal pada tahun 751 H/1352 M. Ayahnya, Abu Bakar, adalah seorang ulama besar dan kurator (qayyim) di Madrasah Al-Jauziyah di Damaskus. Dari jabatan ayahnya inilah sebutan Ibnu Qayyim Al-Jauziyah diambil.
Semasa hidupnya, Ibnu Qayyim berguru kepada banyak ulama untuk memperdalam berbagai bidang ilmu keislaman. Dia mendalami fiqih mazhab Hanbali, tafsir, ilmu hadits, ushul fiqih, nahwu, tasawuf, dan ilmu teologi.
Ia berguru ilmu hadits pada Syihab An-Nablusi dan Qadi Taqiyyuddin bin Sulaiman; berguru ilmu ushul fiqih kepada Syekh Shafiyuddin Al-Hindi; berguru ilmu fiqih dari Isma'il bin Muhammad Al-Harrani; berguru tentang ilmu pembagian waris (faraidh) kepada ayahnya sendiri.
Namun, di antara sekian banyak gurunya itu, yang paling berpengaruh adalah Ibnu Taimiyah. Ia berguru kepada Ibnu Taimiyah selama 16 tahun. Ia merupakan murid Ibnu Taimiyah yang fanatik. Ia mengikuti metode sang guru untuk menentang dan memerangi orang-orang yang menyimpang dari agama.
Dalam Ensiklopedi Islam terbitan Ichtiar Baru Van Hoeve disebutkan, sebagaimana gurunya, Ibnu Qayyim sangat gencar menyerang kaum filsuf, Kristen, dan Yahudi. Ia juga kerap menyebarluaskan fatwa sang guru yang berseberangan dengan fatwa jumhur (mayoritas) ulama. Salah satunya adalah fatwa yang melarang orang pergi berziarah ke kuburan para wali. Karena hal inilah dia kemudian mendekam di penjara Damaskus dan baru dibebaskan setelah gurunya wafat.
Penguasaannya terhadap ilmu tafsir tiada bandingnya, pemahamannya terhadap ilmu ushuluddin mencapai puncaknya dan pengetahuannya mengenai hadits dan bidang-bidang ilmu Islam lainnya sulit ditemukan tandingannya. Sehingga dapat dikatakan ia amat menguasai berbagai bidang ilmu ini.
Karena pengetahuan yang dimilikinya, Ibnu Qayyim mempunyai murid yang tidak sedikit jumlahnya. Di antara murid-muridnya yang berhasil menjadi ulama kenamaan adalah Ibnu Katsir Ad-Dimasyqiy penyusun kitab Al-Bidayah wan Nihayah dan Ibnu Rajab Al-Hambali al-Baghdadi penyusun kitab Thabaqat al-Hanabilah.
Syekh Muhammad Sa'id Mursi dalam bukunya yang berjudul "Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah" menulis, Ibnu Qayyim dikenal sebagai seorang yang memiliki pengetahuan luas, pemberani dalam kebenaran, tidak pilih kasih kepada siapa pun, gemar menunaikan shalat dan membaca Alquran serta perangainya baik.
Mengenai sifatnya ini, Imam Syaukani pernah berkata, "Dia menguasai semua ilmu, disenangi teman dan termasyhur di antara para ulama dan memahami mazhab-mazhab salaf."
Ibnu Qayyim juga dikenal sebagai seorang Muslim puritan yang teguh pendiriannya dalam mempertahankan kemurniaan akidah dan anti-taklid buta. Karena sikapnya ini, dalam banyak hal ia kerap berbeda pendapat dengan para tokoh mazhab Hanbali, termasuk juga dengan pendiri mazhab itu sendiri, yakni Imam Ahmad bin Hanbal.
Seperti halnya Ibnu Taimiyah, Ibnu Qayyim berpendirian bahwa pintu ijtihad tetap terbuka. Menurutnya, siapa pun pada dasarnya dibenarkan berijtihad sejauh yang bersangkutan memiliki kesanggupan untuk melakukannya.
Karya-Karyanya
Selain dikenal sebagai ulama yang luas dan dalam ilmunya, Ibnu Qayyim juga termasuk dalam kelompok pengarang yang sangat produktif. Tulisannya sangat bagus, sehingga ia menulis karyanya dengan tangannya sendiri kemudian dicetak.
Taha Abdur Ra'uf, ahli fiqih dan sejarawan, menuliskan daftar karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyah sebanyak 49 buah yang meliputi berbagai disiplin ilmu. Di antara karyanya: Tahzib Sunan Abi Dawud, Safar al-Hijratain wa Bab as-Sa'adatain (Perjalanan Dua Hijrah dan Pintu Dua Kebahagiaan), Madarij as-Salikin (Tahapan-tahapan Ahli Suluk), Syarh Asma' al-Kitab al-Aziz (Ulasan tentang Nama-Nama al-Kitab), Zad al-Ma'ad fi Hadyil 'Ibad (Bekal untuk Mencapai Tujuan Akhir Seorang Hamba), Naqd al-Manqul wa al-Mahq al-Mumayyiz bain al-Mardud wa al-Maqbul (Kritik terhadap Hadits untuk Membedakan Yang Ditolak dan Diterima).
Karya-karyanya yang lain adalah Nuzhah al-Musytaqin wa Raudah al-Muhibbin (Hiburan bagi Celaka dan Taman bagi Pecinta), Tuhfah al-Wadud fi Ahkam al-Maulud (Kehancuran Pecinta dalam Menentukan Hukum-Hukum Maulid), Miftah Darisi as-Sa'adah (Kunci bagi Pencari Kebahagiaan), Tafdilu Makkah 'ala al-Madinah (Keutamaan Makkah dan Madinah), Butlan al-Kimiya' min Arba'ina Wahjan (Kebatilan Kimia dari 40 Aspek), As-Sirat al-Mustaqim fi Ahkam Ahl al-Jahim (Jalan Lurus mengenai Hukum-Hukum Ahli Neraka), dan I'lam al-Mawaqqi'in 'an Rabbi al-'Alamin (Pemberitahuan tentang Tuhan Semesta Alam).
0 Komentar