1.
DEMOKRASI LIBERAL
Pada masa berlakunya
Konstitusi RIS ( 1949 ) dan UUDS ( 1950 ) bangsa kita melaksanakan pesta
Demokrasi Liberal dengan menggunakan sistem pemerintahan secara parlementer, di
mana kepal negara adalah presiden sedangkan kepala pemerintahan dipimpin oleh
Perdana Menteri dan bertanggung jawab pada Parlemen ( DPR ). Pada masa itu
situasi politik tidak stabil karena sering terjadi nya pergantian kabinet dan
sering terjadi pertentangan politik di antara partai-partai yang ada. Adapun
kabinet yang pernah memerintah antara lain
a.
Kabinet Natsir ( 6 September 1950 – 20 Maret 1951 )
Kabinet
ini jatuh karena ada mosi tidak percaya bahwa M. Natsir tidak mampu
menyelesaikan masalah Irian Barat dan sering terjadi pemberontakan sehingga
muncul gerakan DI/TII, Andi Azis, APRA, RMS dsb.
b. Kabinet Sukiman ( 26 April 1951 – 3 April 1952 )
Masalah
yang dihadapinya adanya pertukaran nota antara Menlu Ahmad Subarjo dengan Duber
AS Merle Cochran tentang bantuan ekonomi dan militer berdasarkan Mutual
Security Act ( MSA ) atau UU kerjasama keamanan.
c. Kabinet Wilopo ( 3 April 1952 – 3 Juni 1953 )
Masalah
yang dihadapinya yaitu :
1.
Gerakan separatis di Sumatera dan Sulawesi
2.
Peristiwa 17 Oktober
3.
Peristiwa Tanjung Morawa
d. Kabinet Ali I ( 31 Juli 1953 – 12 Agustus 1955 )
Masalah
yang dihadapinya yaitu pemberontakan DI/TII di Jawa Barat, Aceh dan Sulawesi
serta pergantian KSAD dari Bambang Sugeng pada Bambang Oetoyo
e. Kabinet Burhanudin Harahap ( 12 Agustus 1955 – 3 maret 1956 )
Pada masa ini
berhasil melaksanakan Pemilu I dengan 2 periode , tanggal 29 September 1955
memilih anggota DPR dan tanggal 15 Desember 1955 memilih anggota Badan
Konstituante. Pemilu I ini dimenangkan oleh 4 partai besar yaitu PNI, Masyumi,
NU dan PKI.
f.
Kabinet Ali II ( 24 Maret 1956 – 14 Maret 1957 )
Masalah
yang dihadapinya yaitu timbulnya gerakan anti China dan pemberontakan
PRRI/PERMESTA.
g. Kabinet Djuanda
Kabinet
ini jatuh karena Badan Konstituante tidak bisa membuat UUD yang baru pengganti
UUDS sehingga presiden mengeluarkan Dekritnya tanggal 5 Juli 1959 dan
mengumumkan berlakunya Demokrasi Terpimpin.
2. DEMOKRASI TERPIMPIN
Karena
Badan Konstituante tidak dapat membuat UUD baru pengganti UUDS maka pada
tanggal 5 juli 1959 jam 17.00 hari jum’at Presiden Soekarno mengeluarkan
Dekritnya yang berisi :
a.
Pembubaran Badan Konstitiante
b.
Berlaku kembalinya UUD 1945 dan tidak berlakunya UUDS
c.
Pembentukan MPRS dan DPAS dalam waktu singkat
Sejak
saat itu Presiden mengumumkan berlakunya sistem Demokrasi Terpimpin yang di
dalamnya banyak terjadi penyimpangan dan penyelewengan terhadap
UUD 1945 antara lain :
a.
MPRS mengangkat Soekarno sebagai presiden seumur hidup
b.
Presiden mengangkat MPRS
c.
Pidato presiden yang berjdul ” Penemuan Kembali Revolusi kita ” dijadikan GBHN
d.
Lembaga tinggi dan tertinggi negara dijadikan pembantu presiden
e.
Presiden membubarkan DPR hasil pemilu dan menggantikannya dengan DPR-GR
Pada
masa Demokrasi Terpimpin Presiden lebih anyak dipengaruhi oleh PKI dan PKI
memainkan peranan pentingnya sehingga mendapatkan perlakuan istimewa dari
presiden. Dalam rangka mewujudkan tujuannya maka PKI melakukan tindakan antara
lain :
a.
Dalam Negeri
1.
Berusaha menyusup ke parpol dan ormas yang menjadi lawan
politiknya
kemudian memecah belah
2.
Dalam bidang pendidikan mengusahakan agar ajaran Marxis
Leninisme
menjadi salah satu masta pelajaran wajib
3.
Dalam bidang militer, mengindoktrinasi perwira ABRI dengan ajaran Komunis
b.
Luar Negeri
Berusaha
mengubah politik luar negeri yang bebas dan aktif menjurus ke
negara-negara
yang komunis.
B. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEGAGALAN PENYUSUNAN UUD BARU
Badan
Konstituante yang terbentuk hasil pemilu 1955 bertugas merumuskan
konstitusi/UUD yang tetap sebagai pengganti UUD Asementara tahun 1950 bersidang
pada tanggal 20 Nopember 1956. Ternyata dalam sidangt tersebut diwarnai dengan
perdebatan sengit, para anggota Badan Konstituante lebih banyak mementingkan
urusan partainya sendiri daripada kepentingan rakyat. Untuk itulah maka pada 21
Pebruari 1957 mengajukan gagasan yang disebut Konsepsi Presiden yang
berisi :
a.
Demokrasi terpimpin
b.
Kabinet Gotong Royong yang beranggotakan semua wakil parpol
c.
Pembentukan Dewan Nasional yang beranggotakan semua wakil partai politik
Konsepsi
ini ditolak oleh beberapa partai seperti Masyumi, NU, PSII, Partai Katolik dan
PRI karena lebih banyak didominasi oleh PKI. Pada tanggal 22 April 1959
dihadapan sidang Badan Konstitante presiden mengumumkan kembali ke UUD 1945
namun jumlah pendukung tidak mencapai KUORUM sehingga situasi tetap tidak
menentu. Untuk itulah maka presiden mengeluarkan dekritnya pada tanggal 5 Juli
1959.
C. KEBIJAKAN EKONOMI
PEMERINTAH DENGAN KONDISI EKONOMI NASIONAL DAN DAERAHSAMPAI TAHUN 1965
1.
SISTEM EKONOMI LIBERAL
a.
Nasionalisasi De Javasche Bank
Sejak
tahun 1951 Bangsa Indonesia hanya mengandalkan hasil perkebunan tanpa ditunjang
oleh barang ekspor lain sedangkan barang impor semakin bertambah. Untuk itu
pemerintah pada masa kabinet Sukiman menasionalisasi Bank milik Belanda menjadi
milik Indonesia dengan nama Bank Indonesia. Usaha ini bertujuan untuk mengatasi
krisis keuangan saat itu dan untuk menata ekonomi9 ekonomi Indonesia ke arah
yang lebih baik.
b.
Sistem ekonomi Gerakan Benteng
Sistem
ini merupakan gagasan Dr. Soemitro Djoyohadikusumo yang intinya merupakan suatu
kebijakan untuk melindungi pengusaha pribumi namun gagal karena para pegusaha
Indonesia lamban dalam usahanya dan ada yang menyalahgunakan bantuan
pemerintah.
Usaha
ini dilanjutkan oleh Menteri Yusuf Wibisono, pengusaha Indonesia diberikan
pinjaman modal dengan harapan akan menjadi produsen dan dapat menghemat devisa
negara.
Usaha
selanjutnya dilakukan oleh Menteri Perekonomian Mr. Iskaq Cokrohadiosuryo yang
mengutamakan tumbuh dan berkembangnya pengusaha swasta nasional pribumi.
c.
Sistem ekonomi Ali-Baba
Merupakan bentuk
kerjasama antara pengusaha pribumi ( Ali ) dan non pribumi ( Baba). Ide inipun
mengalami kegagalan karena pengusaha non pribumi lebih berpengalaman dan
pengusaha pribumi hanya diperalat untuk mempermudah mendapatkan kredit.
2.
SISTEM EKONOMI PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN
a.
Devaluasi mata uang
Tanggal
24 Agustus 1959 pemerintah mendevaluasi mata uang Rp. 100,00 menjadi Rp. 100,00
dan Rp. 500,00 menjadi Rp. 50,00, sementara yang di bawah Rp. 100,00 tidak
didevaluasi. Tujuan devaluasi untuk meningkatkan nilai rupiah dan rakyat kecil
tidak dirugikan.
b.
Menekan laju inflasi
Dalam
upaya membendung aju inflasi pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah
Pengganti UU no. 2 tahun 1959 dan mulai berlaku sejak tanggal 25 Agustus 1959
dengan maksud untuk mengurangi banyaknya uang yang beredar agar dapat
memperbaiki kondisi keuangan dan pereknomian negara.
c.
Melaksanakan pembangunan nasional
Pada
tanggal 28 Maret 1963 Presiden Soekarno menyampaikan Deklarasi Ekonomi ( DEKON
) di Jakarta.Tujuannya adalah untuk menciptakan ekonomi nasional yang bersifat
demokratis dan bebas dari imperialisme untuk mencapai kemajuan ekonomi yang
berpegang pada sistem ekonomi berdikari.
0 Komentar