Perjalanan
kopi mengelana ke seluruh penjuru dunia tak bisa lepas dari sejarah penaklukan
Turki atas Semenanjung Arab pada awal abad ke-16. Dinasti Usmaniyahlah yang
berjasa membawa kopi ke tempat-tempat yang sama sekali baru, karena
alasan baru.
Kopi
menyebar dengan cepat di seluruh Kekaisaran Usmaniyah pada abad ke-16. Kedai
kopi didokumentasikan pertama kali dibuka di Konstantinopel (Istanbul) pada
1554, setelah sebelumnya populer di Kairo, Damaskus, Makkah, dan Madinah.
Awal
abad ke-17, kopi mulai berkelana ke Eropa, melalui tangan pedagang Nasrani
Venesia yang berhubungan intens dengan para saudagar Muslim di wilayah-wilayah
kekuasaan Usmaniyah. Kopi menyebar ke Eropa melalui dua rute dari daratan yang
dikuasai Kesultanan Usmaniyah, dan jalur laut dari pelabuhan di wilayah
penghasil kopi di Yaman, Mocha.
Dua
perusahaan asal Belanda dan Inggris merupakan pembeli utama di Mocha pada awal
abad ke-17, dan kargo mereka dibawa pulang melalui Tanjung Harapan atau
diekspor ke India dan seterusnya ke berbagai wilayah jajahannya. Kopi juga tiba
di Eropa melalui perdagangan di Mediterania dan dibawa oleh tentara Turki ke
Danube.
Awalnya,
kopi mendapat perlawanan yang kuat dari Gereja Katolik. Bahkan, saat itu muncul
petisi yang meminta Paus Clemente VIII untuk menyatakan minuman hitam itu
sebagai "minuman setan". Paus, seperti ditulis BBC dalam sebuah
ulasan mengenai kopi, memilih bersikap bijak. Ia bahkan kemudian dikabarkan
menyukainya, dan menyatakan, "Minuman iblis ini begitu lezat ... kita
harus menipu iblis dengan membaptisnya."
Kopi
dengan cepat menjadi populer di seantero Eropa. Kedai-kedai kopi berdiri di
berbagai wilayah, dan permintaan akan kopi terus meningkat.
0 Komentar