Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Ticker

6/recent/ticker-posts

Pergolakan Muslim Uighur di Xinjiang dan Kebijakan Pemerintah China-3

Dok:The Independent

Data-data memperlihatkan, kebijakan pemerintah China terhadap Muslim Uighur di Xinjiang terakhir ini tidak lagi semata menghapus radikalisme, tetapi lebih diarahkan menghapus identitas minoritas Muslim.

Pertama, umat Islam di Indonesia hendaknya mengetahui tentang pelanggaran kemanusiaan yang tengah terjadi di Xinjiang dan sebisa mungkin ikut menyebarluaskannya dalam rangka membangun kesadaran publik. Angkat hal ini lewat media-media yang dimiliki oleh umat dan, jika mungkin, lewat media-media mainstream. Pada tingkat pribadi, sempatkan untuk berdoa dengan sungguh-sungguh bagi masyarakat Muslim Uighur, khususnya pada masa-masa sekarang ini.
Kedua, pemerintah Indonesia, bersama masyarakat internasional lainnya, perlu mengingatkan pemerintah China agar mengubah kebijakannya terhadap warga minoritas; melindungi hak-hak mereka dan menghapuskan diskriminasi yang menjadi akar permasalahan di Xinjiang; memberi ruang bagi identitas etnis minoritas untuk berkembang secara sehat serta tidak memaksakan asimilasi yang menghapuskan identitas dan nilai-nilai keagamaan mereka. Selain itu, pemerintah Indonesia hendaknya mengkaji kembali dan mengevaluasi kerja sama ekonominya dengan pemerintah China. Kerja sama ekonomi tersebut harus benar-benar memberi keuntungan yang berimbang bagi kedua belah pihak, jika tidak memberikan keuntungan lebih bagi Indonesia. Pemerintah juga harus benar-benar memastikan bahwa investasi dan tenaga kerja China yang masuk ke Indonesia sama sekali tidak ada yang memainkan peranan ganda (bisnis dan semi-militer), seperti yang terjadi di Xinjiang dan mungkin beberapa tempat lainnya, karena konsekuensinya akan sangat serius terhadap kedaulatan RI ke depan.
Ketiga, anggota dewan legislatif juga perlu mengkaji persoalan ini secara lebih mendalam dan mengawal pemerintah RI dalam menjalankan saran-saran di atas serta memastikan agar RI dapat memainkan peranan internasionalnya secara lebih aktif dan agar kerja sama yang ada dengan pemerintah China tidak melemahkan suara, apalagi kedaulatan, RI.*/Kuala Lumpur, 26 Desember 2018

 *) Penulis mendapat PhD di International Islamic University Malaysia (IIUM)
Daftar Pustaka
Anderson, Barbara A. & Silver, Brian D. (1995). Ethnic Differences in Fertility and Sex Ratios at Birth in China: Evidence from Xinjiang. Population Studies. Vol. 49, No. 2. Juli. Hlm. 211-226.
Becquelin, Nicolas. (2000). Xinjiang in the NinetiesThe China Journal, No. 44, Juli. Hlm. 65-90.
Beech, Hannah. (2014). If China Is Anti-Islam, Why Are These Chinese Muslims Enjoying a Faith Revival? 12 Agustus. Diambil pada 24 Desember 2018 dari http://time.com/3099950/china-muslim-hui-xinjiang-uighur-islam/.
Boehm, Dana Carver. (2009). China’s Failed War on Terror: Fanning the Flames of Uighur Separatist Violence. Berkeley Journal of Middle Eastern & Islamic Law. Vol. 2. Hlm. 61-124.
Buckley, Chris. (2018). China Is Detaining Muslims in Vast Numbers. The Goal: ‘Transformation.’ 8 September. Diambil pada 25 Desember 2018 dari www.nytimes.com/2018/09/08/world/asia/china-uighur-muslim-detention-camp.html.
Dailymail. (2018). ‘They want to eliminate Islam’. 17 Dec. Diambil pada 25 Desember 2018 dari www.dailymail.co.uk/news/article-6503083/Locked-away-forgotten-Muslim-Uighur-wives-Pakistani-men.html.
Davis, Elizabeth Van Wie. (2008). Uyghur Muslim Ethnic Separatism in Xinjiang, China. Asia-Pacific Center for Security Studies. Januari.
DAWN. (2018). In China’s Xinjiang, Big Brother moves into Uighur homes as ‘family’. 30 November. Diambil pada 24 Desember 2018 dari https://www.dawn.com/news/1448600.
Freeberne, Michael. (1966). Demographic and Economic Changes in the Singkiang Uighur Autonomous Region. Population Studies, Vol. 20, No. 1. Juli. Hlm. 103-124.
Haas, Benjamin. (2017). China bans religious names for Muslim babies in Xinjiang. 25 April. Diambil pada 25 Desember 2018 dari www.theguardian.com/world/2017/apr/25/china-bans-religious-names-for-muslims-babies-in-xinjiang.
Howell, Anthony & Fan, C. Cindy. (2011). Migration and Inequality in Xinjiang: A Survey of Han and Uyghur Migrants in UrumqiEurasian Geography and Economics. Vol. 52, No. 1. Hlm. 119-139.
Kellner, Thierry. (2002). China: The Uighur Situation from Independence for the Central Asian Republics to the Post 11 September Era. UNHCR Emergency & Security Service. WRITENET Paper No. 2/2002. Mei.
Mackerras, Colin. (1972). The Uighur Empire. Canberra: Australian National University Press.
Pannier, Bruce. (2018). Kazakhstan Confronts China Over Disappearances. 1 Juni. Diambil pada 24 Desember 2018 dari https://www.rferl.org/a/qishloq-ovozi-kazakhstan-confronts-china-over-disappearances/29266456.html.
RFA. (2018). Xinjiang Authorities Arrest Leading Kyrgyz Historian for ‘Undecided’ Crime. 30 November. Diambil pada 24 Desember 2018 dari https://www.rfa.org/english/news/uyghur/historian-11302018164026.html.
Tang, Li. (2005). A History of Uighur Religious Conversions (5th-16thCenturies). ARI Working Paper No. 44. Singapura. Juni.
Westcott, Ben. (2018). UN wants access to China’s Xinjiang ‘re-education camps’. 6 Desember. Diambil pada 24 Desember 2018 dari https://edition.cnn.com/2018/12/05/asia/xinjiang-united-nations-germany-intl/index.html.
Wong. (2018). China Applies Xinjiang’s Policing Lessons to Other Muslim Areas. 23 Desember. Diambil pada 25 Desember 2018 dari www.wsj.com/articles/china-applies-xinjiangs-policing-lessons-to-other-muslim-areas-11545566403.
Yan, Sophia. (2018). ‘I begged them to kill me’. 28 November. Diambil pada 24 Desember 2018 dari https://www.telegraph.co.uk/news/2018/11/28/begged-kill-uighur-woman-describes-torture-us-politicians/.
Zhao, Tong. (2010). Social Cohesion and Islamic Radicalization: Implications from the Uighur InsurgencyJournal of Strategic Security. Vol. 3, No. 3. Hlm. 39-52.
Sumber: https://www.hidayatullah.com/kajian/sejarah/read/2018/12/31/157460/pergolakan-muslim-uighur-di-xinjiang-dan-kebijakan-pemerintah-china.html/3

Posting Komentar

0 Komentar