Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Ticker

6/recent/ticker-posts

AKKBB Dan Lingkarannya

Bulan Mei lalu, ada dua isu panas di tengah masyarakat kita. Pertama soal
rencana pemerintah menaikkan harga BBM. Yang kedua, soal kelompok sesat
Ahmadiyah yang hendak dibubarkan namun mendapat dukungan dari koalisi
liberal dan kelompok non-Muslim.

Di saat itulah, Abdurrahman Wahid terbang ke Amerika Serikat memenuhi
undangan Shimon Wiesenthal Center (SWC) untuk menerima Medal of Valor,
Medali Keberanian. Selain untuk menerima medali tersebut, Durahman juga
menyatakan ikut merayakan hari kemerdekaan Israel, sebuah hari di mana
bangsa Palestina dibantai besar-besaran dan diusir dari tanah airnya. Medali
ini dianugerahkan kepada mantan presiden RI ini dikarenakan Durahman
dianggap sebagai sahabat paling setia dan paling berani terang-terangan
menjadi pelindung kaum Zionis-Yahudi dunia di sebuah negeri mayoritas Muslim
terbesar seperti Indonesia.

Acara penganugerahan medali tersebut dilakukan dalam sebuah acara makan
malam istimewa yang dihadiri banyak tokoh Zionis Amerika dan Israel,
termasuk aktor pro-Zionis *Will Smith* (The Bad Boys Movie), di Beverly
Wilshire Hotel, 9500 Wilshire Blvd., Beverly Hills, Selasa (6 Mei), dimulai
pukul 19.00 waktu Los Angeles.

Lazimnya acara penganugerahan penghargaan, maka dalam acara ini pun selain
medali, ada juga sejumlah dollar yang dihadiahkan *Shimon Wiesenthal
Center*kepada sang penerima. Hanya saja, berapa besar jumlah hadiah
berupa uang ini
tidak disebutkan dalam situs resmi Wiesenthal Center tersebut (
www.wiesenthal.com ).

Dalam acara dinner yang dihadiri tokoh-tokoh Zionis Amerika dan Israel, di
antaranya *C. Holland Taylor* (CEO LibForAll <http://www.libforall.org/>),
Rabbi Marvin Hier (Pendiri SWC, dinobatkan oleh Newsweek Magazines sebagai
Rabbi paling berpengaruh nomor satu di AS tahun 2007-2008), Rabbi Abraham
Cooper (menempati urutan ke-25 Rabbi paling berpengaruh di AS tahun 2008),
CEO Sony Corporation, dan lainnya, antara penerima penghargaan dengan tuan
rumah—para Zionis Amerika dan Israel tersebut—berlangsung obrolan santai
namun serius.

Selain isu Ahmadiyah, topik kontroversi kenaikan harga BBM yang tengah
hangat di dalam negeri (Indonesia) diduga kuat menjadi salah satu bahan
pembicaraan mereka mengingat kebijakan pemerintahan SBY tersebut
sesungguhnya mengikuti Grandesign Washington agar harga minyak di Indonesia
bisa sama dengan harga minyak di New York, sesuai Letter of Intent (LOI)
dengan IMF pada tahun 1999. DI tahun 2000, USAID pun telah mengucurkan
dollar dalam jumlah besar kepada pemerintah RI untuk memuluskan liberalisasi
sektor Migas (silakan baca wawancara eramuslim dengan *Revrisond
Baswir*<http://eramuslim.com/berita/bc2/8527161342-revrisond-
baswir-kenaikan-bbm-cuma-alasan-ciptakan-liberalisasi-sektor-migas.htm>
dalamrubrik bincang-bincang).

[image: image]Target IMF untuk menyamakan harga BBM di New York dengan di
Indonesia
sebenarnya sudah harus tercapai pada tahun 2005, namun
tersendat-sendat karena penolakan dari rakyat Indonesia sangat kuat. Sebab
itu, di tahun 2008 ini Amerika agaknya tidak mau hal tersebut tersendat
lagi. "*Penyesuaian*" harga BBM harus terus jalan. *Zionis-Amerika* sangat
berkepentingan dengan hal ini, sebab itu mereka mendesak pemerintahan SBY
yang memang sangat takut dan tunduk tanpa reserve pada AS agar segera
menaikkan harga BBM. Bagaimana takutnya SBY terhadap AS bisa kita lihat
sendiri saat Presiden Bush datang ke Bogor, 20 November 2006, di mana
persiapan yang dilakukan pemerintah ini sangat keterlaluan berlebihan dan
cenderung paranoid.

Pada tanggal 24 Mei 2008, pemerintah menaikkan harga BBM. Abdurrahman Wahid
sudah tiba di tanah air. Untuk menekan penolakan, pemerintah SBY (lagi-lagi)
memberi 'permen' kepada sebagian rakyat miskin bernama *Bantuan Langsung
Tunai* (BLT). Namun Social bumper ini malah menjadi bulan-bulanan kecaman ke
pemerintah. Gelombang unjuk rasa dilakukan mahasiswa dan elemen-elemen
rakyat. Tokoh-tokoh nasional seperti Amien Rais dan Wiranto pun sudah
terbuka menyatakan 'perang' terhadap sikap pemerintah menaikkan harga BBM.
Banyak kalangan berfikir, demo-demo ini akan meningkat eskalasinya hingga
jadi besar, bahkan bukan mustahil rusuh Mei 1998 terulang kembali. Teriakkan
"*Turunkan SBY-JK!*" sudah terdengar di mana-mana. Pihak kepolisian
menerapkan status Siaga Satu saat itu.

Sejak itu tiada hari tanpa demo. Istana merupakan tempat paling favorit para
pendemo. Hari ahad, 1 Juni 2008, sejumlah elemen masyarakat termasuk massa
dan anggota PDIP dan elemen umat Islam seperti FUI, HTI, dan FPI, sudah
mengantungi izin untuk melakukan aksi unjuk rasa di Monas, Jakarta.
Sedangkan AKKBB menurut laporan ke pihak kepolisian hanya melakukan aksi
unjuk rasa di Bundaran HI, sekitar tiga kilometer dari kawasan Silang Monas.

*Jalur Demo dan Polisi Yang Aneh*
Dari Bundaran HI, tiba-tiba massa AKKBB bergerak long-march ke kawasan
silang Monas yang sudah dipenuhi massa umat Islam yang tengah berdemo.
Padahal pemberitahuannya hanya ke Bundaran HI. Aparat kepolisian berusaha
mencegah massa AKKBB yang sebagiannya merupakan pendemo bayaran yang
sesungguhnya tidak tahu apa-apa menuju silang Monas di mana massa elemen
umat Islam tengah melakukan demo, agar tidak terjadi bentrok.

Namun massa *AKKBB*
membandel<http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/
2008/bulan/06/tgl/04/time/151653/idnews/950396/idkanal/10>
dan
polisi (anehnya) tidak mampu menghalangi massa AKKBB mendekati massa umat
Islam. Setelah berdekatan, orator dari massa AKKBB memprovokasi massa umat
Islam yang banyak terdiri dari para laskar meneriakkan, "*Laskar setan!*"
dan sebagainya. Terang, mendapat provokasi seperti ini anak-anak muda dari
massa Islam marah. Apalagi di antara massa AKKBB yang berada di dekat massa
Islam ada yang membawa-bawa spanduk besar berisi *penolakan SKB Ahmadiyah*.
Ini jelas provokasi. Anak-anak Laskar Islam pun menyerbu massa AKKBB. Dan
terjadilah rusuh Monas.

Dalam tulisan ketiga, akan dipaparkan keanehan lainnya ba'da peristiwa Monas
yaitu sikap SBY yang tiba-tiba cepat tanggap (biasanya peragu dan lamban),
respon Kedubes AS dan pejabat Kedubes AS yang menjenguk korban, plintiran
media massa baik itu cetak maupun teve, dan sebagainya.

Apa pun itu, semua ini telah berhasil membelokkan isu utama negeri ini dari
yang tadinya menyoroti kenaikan BBM dan penolakan Ahmadiyah, menjadi isu
sentral pembubaran FPI. Baik SBY maupun para liberalis dan non-Muslim yang
tergabung dalam AKKBB (termasuk kelompok sesat Ahamdiyah) diuntungkan.
(rizki/eramuslim).

Posting Komentar

0 Komentar