Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Ticker

6/recent/ticker-posts

AS Dibelakang Kisruh Politik Iran


Iran menuding Amerika Serikat (AS) terlibat dalam krisis politik yang terjadi di Iran pasca pemilu presiden 12 Juni lalu.''Tangan-tangan asing berada di balik krisis politik ini,'' kata sejumlah pejabat Iran seperti dikutip Associated Press, Kamis (18/6).

Pernyataan pemerintah melalui televisi pemerintah, Press TV, mengungkapkan Washington melakukan campur tangan melalui pernyataannya soal pemilu Iran dan aksi massa pendukung kandidat presiden kubu reformis, Mir Hossein Mousavi yang telah menyebabkan tujuh pengunjuk rasa tewas.

Pemerintah Iran melalui departemen luar negeri telah memanggil dubes Swiss, yang juga mewakili kepentingan AS di Iran, untuk menyampaikan protes atas campur tangan dalam masalah dalam negeri Iran. Iran berharap AS menghentikan campur tangan mereka atas masalah dalam negeri Iran.

Di Washington, Departemen Luar Negeri (Deplu) AS membantah keras tuduhan Teheran tersebut. Gedung Putih juga menegaskan bahwa Presiden Barack Obama akan terus membela hak warga Iran melakukan unjuk rasa secara damai menentang hasil pemilu presiden di Iran.

Seorang juru bicara Deplu AS, menyatakan Washington melakukan penilaian terhadap pemilu di Iran dan tak mencampuri urusan dalam negeri Iran. Apalagi, kata dia, Presiden Obama telah menawarkan dialog dengan para pemimpin Iran untuk mengakhiri terputusnya hubungan diplomatik kedua negara.

Di sisi lain, tiga pejabat AS mengungkapkan bahwa Deplu AS telah meminta Twitter menunda menghentikan pelayanan sementara untuk melakukan perawatan agar informasi dari Iran masih tetap bisa dipantau. Pemerintah Iran sendiri membatasi liputan jurnalis asing atas situasi di Iran karena dianggap bias.

Aksi Damai

Para pendukung Mousavi pada Kamis, juga melakukan aksi massa dan masa perkabungan terhadap pengunjuk rasa yang tewas dalam aksi massa sebelumnya. Dalam situsnya, Mousavi, mengajak warga Iran melakukan aksi massa damai atau berkumpul di masjid-masjid pada Kamis.

Mousavi mengatakan aksi massa menentang hasil pemilu, mendapatkan respons ilegal dan kekerasan dari pemerintah. Ini menyebabkan sejumlah warga, kata dia, terluka atau menjadi martir.''Saya meminta semua orang menyampaikan rasa simpatinya dengan mendatangi masjid atau ikut aksi massa damai.''

Menurut situs Mousavi, sejumlah ulama reformis, juga telah meminta izin dari gubernur Teheran untuk melakukan aksi massa pada Sabtu mendatang. Aksi itu rencananya akan dihadiri Mousavi dan mantan presiden, Mohammad Khatami. Mousavi telah mengirimkan surat keluhan pada dewan keamanan nasional.

Mousavi mengeluhkan petuga berpakaian preman bersenjatakan tongkat, balok baja, dan terkadang senjata api untuk menyerang pengunjuk rasa damai sebelum pasukan keamanan datang. Ia juga mengecam penangkapan teman-teman seperjuangannya dalam beberapa hari terakhir.

Sejumlah pejabat di provinsi Teheran yang dikutip kantor berita Iran, ISNA, menyatakan 88 orang telah ditangkap selama aksi massa di kota Mashhad. Selain itu, hingga 60 orang juga ditangkap di Tabriz. Penangkapan juga dilakukan di sejumlah kota yaitu Isfahan, Rasht, Orumiyeh, Zanjan, dan Zahedan.

Sejumlah pengamat mengatakan, aksi Mousavi nampaknya belum akan berdampak luas. Pemimpin agama masih secara luas mendapatkan dukungan publik. Namun gerakan oposisi Mousavi telah memaksa pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei turun tangan.

''Secara umum, ini telah mengubah warga Iran melihat pemimpin tertinggi dan sistem di Iran,'' kata Meir Javedanfar, seorang pengamat politik Iran. Ia menambahkan, ada dua hal yang mesti dilihat, apakah gerakan oposisi akan bisa mempertahankan kekuatannya di jalanan dalam beberapa pekan ke depan.

Hal yang lebih penting lagi, kata Javedanfar, apakah gerakan Mousavi ini akan mempengaruhi sikap para ulama Iran. Tak lama setelah pemilu, Mousavi memang mencoba mencari dukungan dari para ulama di Qom. Namun Mousavi yang pernah menjabat perdana menteri pada 1980-an, tak mendapat dukungan dari Qom.

Namun mereka juga tak mengungkapkan dukungannya pada Mahmoud Ahmadinejad. Banyak ulama dari Qom menyampaikan selamat kepada Khamenei atas terselenggaranya pemilu. Namun tak ada yang menyebutkan kata selamat atas kemenangan yang diraih Ahmadinejad.

Kunci dari gerakan Mousavi, kata Javedanfar, adalah mantan presiden Hashemi Rafsanjani, yang kini mengepalai Majelis Pakar. Selama ini, Rafsanjani melontarkan kritik tajam terhadap Ahmadinejad namun secara terbuka juga belum menyatakan dukungannya pada Mousavi.

Javefandar mengatakan, belum diketahui apakah Mousavi telah berupaya mendekati Rafsanjani atau belum untuk memberikan dukungan atas gerakan yang ia lakukan itu. - ap/reuters/fer/ahi

Posting Komentar

0 Komentar