Sebagian pengguna jembatan Surabaya-Madura (Suramadu) datang ke Bangkalan untuk berwisata, dan melihat secara langsung keindahan jembatan yang baru diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini.
Seperti yang diakui Awaludin (32) asal Mojokerto, Jawa Timur. Menurutnya, ia sengaja berlibur ke Madura bersama keluarganya untuk melihat secara langsung jembatan terpanjang se-Indonesia itu.
"Ya, selagi ada kesempatan saya ke Bangkalan. Sebab, jembatan Suramadu sudah dibuka dan masih gratis lagi serta bertepatan dengan hari libur," katanya.
Hanya saja, lanjut dia, setelah sampai di Kabupaten Bangkalan tidak ada tempat wisata lain yang enak untuk dinikmati. Sehingga, ia bersama keluarga setelah keluar dari jalan akses Suramadu sisi Madura dan makan, langsung pulang.
"Seandainya ada tempat wisata yang bagus, saya bersama keluarga pasti bertamasya ke sana. Tapi karena tidak ada, kami sekeluarga lebih baik langsung pulang saja. Yang penting sudah tahu Suramadu," katanya.
Hal senada juga disampaikan Mohammad Andi. Dosen ilmu pariwisata di salah satu perguruan tinggi swasta di Surabaya ini mengatakan, ke depan Pemkab Bangkalan perlu mengembangkan dan mengelola sektor pariwisata.
"Saya amati sebenarnya di Bangkalan ini banyak potensi alam yang bisa dikembangkan menjadi objek wisata," katanya.
Ia menyebutkan seperti Taman Basmalah di Kecamatan Labang, Pantai Rongkang di wilayah Kecamatan Kwanyar, termasuk kaki jembatan Suramadu sendiri di Kecamatan Labang, Bangkalan.
Tempat lainnya, menurut Andi adalah Api Tak Kunjung Padam yang ada di wilayah Kecamatan Konang, Gua Tomlan (Socah), Bujel Tasek (Geger) dan disusul Siring Kemuning (Tanjung Bumi). Juga, Pantai Maneron yang terletak di Kecamatan Sepuluh.
"Yang diurus Pemkab Bangkalan saat ini baru di dua lokasi, yakni Bukit Geger dan Taman Rekreasi Kota (TRK), tapi belum maksimal dan perlu pengelolaan yang lebih baik," katanya.
Beradasarkan pantauan di lapangan, sejak jembatan Suramadi dibuka, kendaraan yang masuk ke Bangkalan memang bukan hanya kendaraan warga Madura yang datang dari Surabaya tapi banyak juga yang berasal dari kabupaten lain, seperti Kediri, Sidoarjo, dan Jakarta.
Bahkan, ada yang berasal dari luar pulau yakni Bali, sesuai dengan nomor polisi (nopol) kendaraan yang mereka pakai seperti AG, B, AD, W, dan DK.
Rata-rata mereka membawa mobil yang berjenis keluarga yakni Panther, Kijang, dan Avanza. Bahkan, ada juga yang menaiki bus pariwisata. (*)
0 Komentar