Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Ticker

6/recent/ticker-posts

Idul Fitri, 1 Syawal 1430


Apakah lebaran kali ini akan kita rayakan bersama-sama? Berdasarkan pengalaman yang sudah-sudah, maka kondisi hilal pada akhir bulan Ramadhan kali ini memberi peluang kita akan lebaran bersama-sama. Apakah demikian? Berikut prediksi awal Syawal 1430 Hijriyah.


Rukyatul hilal untuk menentukan awal bulan Syawwal 1430 Hijriyah akan dilaksanakan pada Sabtu sore (19/9) bertepatan dengan 29 Ramadhan 1430 H. Data rukyat untuk Yogyakarta: Matahari terbenam pada pukul 17:35 WIB pada azimuth 271°14' - Tinggi Bulan saat Matahari terbenam 5°25' di atas ufuk Hakiki pada azimuth 264°21' atau di sebelah kiri-atas posisi Matahari. Bulan terbenam pada 18:02 WIB pada azimuth 263°23'. Walaupun rukyat menggunakan mata telanjang adalah mustahil pada kondisi seperti ini, namun dalam kondisi cuaca yang cerah dan didukung oleh peralatan bantu penglihatan (teleskop/binokuler) maka masih ada peluang hilal dapat dirukyat.

RHI Yogyakarta merencanakan akan melakukan rukyatul hilal bersama Tim BHR DIY pada Sabtu, 19 September 2009 di beberapa lokasi rukyat di DIY. Antara lain POB Bela-belu Parangkusumo Yogyakarta, POB Bukit Brambang Pathuk Gunungkidul dan POB Pantai Trisik Kulonprogo. Kesemua lokasi akan dilengkapi peralatan rukyat yang cukup standard. Bahkan di lokasi rukyat utama di POB Bela-belu akan dipasang teleskop yang sangat canggih yang dapat mencari dan mengikuti gerakan Bulan secara otomatis yaitu Teleskop VIXEN dengan hand controlnya yang dinamakan Starbook.



Konjungsi (Ijtimak) Awal Bulan



Terjadi pada :

Sabtu, 19 September 2009 @ 01:46 WIB - 02:46 WITA - 03:46 WIT

atau Jum'at, 18 September 2009 @ 18:46 UT



Visibilitas (kenampakan) Hilal pada hari terjadinya Ijtimak selepas matahari terbenam di seluruh dunia khususnya kawasan Indonesia ditunjukkan pada gambar peta di bawah ini. Peta visibilitas mengacu pada Kriteria Odeh yang mengadopsi Limit Danjon sebesar 6° yaitu syarat ketinggian hilal agar terlihat dengan mata telanjang. Kriteria tersebut dikemas dalam sebuah software Accurate Times yang menjadi acuan pembuatan peta visibilitas ini.



KETERANGAN :

1.

Sangat tidak mungkin daerah yang berada di bawah arsiran MERAH dapat menyaksikan hilal, sebab pada saat itu bulan terbenam lebih dulu sebelum matahari terbenam atau ijtimak lokal (topocentric conjunction) terjadi setelah matahari terbenam.
2.

Daerah yang berada pada area BIRU TUA (tak berarsiran) juga tidak memiliki peluang menyaksikan hilal walaupun menggunakan peralatan optik (binokuler/teropong) sekalipun, sebab kedudukan hilal masih sangat rendah ( <6° ) dan terang cakram bulan masih terlalu kecil sehingga cahaya hilal tidak mungkin teramati.
3.

Hilal baru mungkin dapat teramati menggunakan peralatan optik seperti teleskop maupun binokuler pada area di bawah arsiran BIRU MUDA. Pada area ini pun masih sangat sulit karena dibutuhkan kondisi langit yang sangat cerah terutama di langit Barat.
4.

Wilayah yang berada dalam arsiran UNGU hanya dapat menyaksikan hilal menggunakan peralatan optik sedangkan untuk melihat langsung dengan mata diperlukan kondisi cuaca yang sangat cerah dan ketelitian pengamatan.
5.

Hilal dengan mudah dapat disaksikan pada area di bawah arsiran HIJAU baik menggunakan mata langsung maupun terlebih menggunakan peralatan optik dengan syarat kondisi udara dan cuaca cukup baik.
6.

Peta ini dibuat dan hanya berlaku untuk daerah 60° Lintang Utara sampai 60°Lintang Selatan.

Peta Ketinggian Hilal di Wilayah Indonesia



Tanggal Rukyatul Hilal :

Sabtu, 19 September 2009 @ sunset ( Kriteria MABIMS/Danjon )



Diagram ketinggian di atas hanya berlaku untuk wilayah Yogyakarta dan sekitarnya. Sedangkan untuk wilayah lain memungkinkan terjadi perbedaan terhadap posisi dan ketinggian Bulan saat Matahari terbenam.



Prediksi Awal Bulan Menurut Berbagai Kriteria

1. Menurut Kriteria Rukyat Hilal ( Limit Danjon )

Melihat lokasi Indonesia menurut peta visibilitas di atas, kalau Kriteria Limit Danjon diberlakukan maka di wilayah Indonesia ada peluang dapat menyaksikan hilal walaupun harus menggunakan alat bantu teleskop maupun binokuler serta pada kondisi cuaca yang bagus. Sementara rukyat menggunakan mata telanjang adalah mustahil pada kondisi hilal seperti ini. Dan sangat besar kemungkinan akan ada laporan rukyat dari lokasi-lokasi yang bahkan hanya menggunakan mata telanjang. Namun demikian, walaupun hal ini mustahil laporan tersebut akan dijadikan acuan penetapan awal bulan pada sidang isbat yang digelar di Jakarta dan menetapkan awal bulan jatuh pada : Ahad, 20 September 2009







2. Menurut Kriteria Imkanur Rukyat

Pemerintah RI melalui pertemuan Menteri-menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia dan Singapura (MABIMS) menetapkan kriteria yang disebut Imkanur Rukyah yang dipakai secara resmi untuk penentuan awal bulan bulan pada Kalender Islam negara-negara tersebut yang menyatakan :



Hilal dianggap terlihat dan keesokannya ditetapkan sebagai awal bulan Hijriyah berikutnya apabila memenuhi salah satu syarat-syarat berikut:

(1)· Ketika Matahari terbenam, ketinggian Bulan di atas horison tidak kurang dari 2° dan

(2). Jarak lengkung Bulan-Matahari (sudut elongasi) tidak kurang dari 3°. Atau

(3)· Ketika Bulan terbenam, umur Bulan tidak kurang dari 8 jam selepas konjungsi/ijtimak berlaku.



Menurut Peta Ketinggian Hilal di atas pada hari pertama ijtimak syarat Imkanurrukyat MABIMS sudah terpenuhi. Dengan demikian awal bulan jatuh pada : Ahad, 20 September 2009



3. Menurut Kriteria Wujudul Hilal

Kriteria Wujudul Hilal dalam penentuan awal bulan Hijriyah menyatakan bahwa : "Jika setelah terjadi ijtimak, bulan terbenam setelah terbenamnya matahari maka malam itu ditetapkan sebagai awal bulan Hijriyah tanpa melihat berapapun sudut ketinggian bulan saat matahari terbenam". Berdasarkan posisi hilal saat matahari terbenam di beberapa bagian wilayah Indonesia maka syarat wujudul hilal sudah terpenuhi. Maka awal bulan ditetapkan jatuh pada : Ahad, 20 September 2009



4. Menurut Kriteria Kalender Hijriyah Global

Universal Hejri Calendar (UHC) merupakan Kalender Hijriyah Global usulan dari Komite Mawaqit dari Arab Union for Astronomy and Space Sciences (AUASS) berdasarkan hasil Konferensi Ke-2 Atronomi Islam di Amman Jordania pada tahun 2001. Kalender universal ini membagi wilayah dunia menjadi 2 region sehingga sering disebut Bizonal Hejri Calendar. Zona Timur meliputi 180° BT ~ 20° BB sedangkan Zona Barat meliputi 20° BB ~ Benua Amerika. Adapun kriteria yang digunakan tetap mengacu pada visibilitas hilal (Limit Danjon).



Pada hari pertama ijtimak zone Barat maupun zone Timur sudah masuk dalam kriteria Limit Danjon. Dengan demikian awal bulan di masing-masing zona akan jatuh pada :

Zona Timur : Ahad, 20 September 2009

Zona Barat : Ahad, 20 September 2009





5. Menurut Kriteria Rukyat Hilal Saudi

Kurangnya pemahaman terhadap perkembangan dan modernisasi ilmu falak yang dimiliki oleh para perukyat sering menyebabkan terjadinya kesalahan identifikasi terhadap obyek yang disebut "Hilal" baik yang "sengaja salah" maupun yang tidak disengaja. Klaim terhadap kenampakan hilal oleh seeorang atau kelompok perukyat pada saat hilal masih berada di bawah "limit visibilitas" atau bahkan saat hilal sudah di bawah ufuk sering terjadi. Sudah bukan berita baru lagi bahwa Saudi kerap kali melakukan istbat terhadap laporan rukyat yang "kontroversi".

Kalender resmi Saudi yang dinamakan "Ummul Qura" yang telah berkali-kali mengganti kriterianya hanya diperuntukkan sebagai kalender untuk kepentingan non ibadah. Sementara untuk ibadah Saudi tetap menggunakan rukyat hilal sebagai dasar penetapannya. Sayangnya penetapan ini sering hanya berdasarkan pada laporan rukyat dari seseorang tanpa terlebih dahulu melakukan klarifikasi dan konfirmasi terhadap kebenaran laporan tersebut apakah sudah sesuai dengan kaidah-kaidah sains astronomi modern yang diketahui memiliki tingkat akurasi yang sangat tinggi.



Diagram ketinggian Hilal di Mekkah pada hari pertama ijtimak.



Menurut Kalender Ummul Qura' :

Kalender ini digunakan Saudi bagi kepentingan publik non ibadah. Kriteria yang digunakan adalah "Telah terjadi ijtimak dan bulan terbenam setelah matahari terbenam di Makkah" maka sore itu dinyatakan sebagai awal bulan baru. Pada hari pertama ijtimak/konjungsi kondisinya sudah memenuhi syarat. Dengan demikian awal bulan akan jatuh pada : Ahad, 20 September 2009



Menurut Kriteria Rukyatul Hilal Saudi :

Rukyatul hilal digunakan Saudi khusus untuk penentuan bulan awal Ramadhan, Syawal dan Zulhijjah. Kaidahnya sederhana "Jika ada laporan rukyat dari seorang atau lebih pengamat/saksi yang dianggap jujur dan bersedia disumpah maka sudah cukup sebagai dasar untuk menentukan awal bulan tanpa perlu perlu dilakukan uji sains terhadap kebenaran laporan tersebut".

Kemungkinan hilal bisa dirukyat di Saudi pada hari pertama ijtimak. Dengan demikian sangat besar peluang ada yang mengaku berhasil melihat hilal sehingga awal bulan akan jatuh pada : Ahad, 20 September 2009.

Ada kemungkinan juga tidak ada laporan rukyat, sehingga awal bulan akan jatuh pada: Senin, 21 September 2009.



6. Kriteria Awal Bulan Negara-negara Lain



Seperti kita ketahui secara resmi Indonesia bersama Malaysia, Brunei dan Singapura lewat pertemuan Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia dan Singapura (MABIMS) telah menyepakati sebuah kriteria bagi penetapan awal bulan Komariyahnya yang dikenal dengan "Kriteria Imkanurrukyat MABIMS" yaitu umur bulan > 8 jam, tinggi bulan > 2° dan elongasi > 3°.

Menurut catatan Moonsighting Committee Worldwide ternyata penetapan awal bulan ini berbeda-beda di tiap-tiap negara. Ada yang masih teguh mempertahankan rukyat bil fi'li ada pula yang mulai beralih menggunakan hisab atau kalkulasi. Berikut ini beberapa gambaran penetapan awal bulan Komariyah yang resmi digunakan di beberapa negara :

1.

Rukyatul Hilal berdasarkan kesaksian Perukyat/Qadi serta pengkajian ulang terhadap hasil rukyat. Antara lain masih diakukan oleh negara : Banglades, India, Pakistan, Oman, Maroko dan Trinidad.
2.

Hisab dengan kriteria bulan terbenam setelah Matahari dengan diawali ijtimak terlebih dahulu (moonset after sunset). Kriteria ini digunakan oleh Saudi Arabia pada kalender Ummul Qura namun khusus untuk Ramadhan, Syawwal dan Zulhijjah menggunakan pedoman rukyat.
3.

Mengikuti Saudi Arabia misalnya negara : Qatar, Kuwait, Emirat Arab, Bahrain, Yaman dan Turki, Iraq, Yordania, Palestina, Libanon dan Sudan.
4.

Hisab bulan terbenam minimal 5 menit setelah matahari terbenam dan terjadi setelah ijtimak digunakan oleh Mesir.
5.

Menunggu berita dari negeri tetangga --> diadopsi oleh Selandia Baru mengikuti Australia dan Suriname mengikuti negara Guyana.
6.

Mengikuti negara Muslim yang pertama kali berhasil rukyat --> Kepulauan Karibia
7.

Hisab dengan kriteria umur bulan, ketinggian bulan atau selisih waktu terbenamnya bulan dan matahari --> diadopsi oleh Algeria, Tuki dan Tunisia.
8.

Ijtimak Qablal Fajr atau terjadinya ijtimak sebelum fajar diadopsi oleh negara Libya.
9.

Ijtimak terjadi sebelum matahari terbenam di Makkah dan bulan terbenam sesudah matahari terbenam di Makkah --> diadopsi oleh komunitas muslim di Amerika Utara dan Eropa
10.

Nigeria dan beberapa negara lain tidak tetap menggunakan satu kriteria dan berganti dari tahun ke tahun
11.

Menggunakan Rukyat : Namibia, Angola, Zimbabwe, Zambia, Mozambique, Botswana, Swaziland dan Lesotho.
12.

Jamaah Ahmadiyah, Bohra, Ismailiyah serta beberapa jamaah lainnya masih menggunakan hisab urfi.

Posting Komentar

0 Komentar