
Panel pemerintah Prancis kemarin merekomendasikan agar pemakaian burka, pakaian yang menutupi hampir seluruh bagian tubuh, dibatasi.
Panel bahkan meminta agar pemberlakuan larangan pemakaian burka diberlakukan di tempat-tempat umum seperti rumah sakit, sekolah, dan transportasi massal.
Namun, menurut cucu pendiri komunitas Muslim Afro-Amerika terbesar di Amerika Serikat (AS) "The Nation of Islam", Leila Muhammad, memakai burka adalah hak perempuan muslim agar merasa terlindung baik fisik maupun jiwa mereka.
"Burka dipakai bila mereka (perempuan muslim) merasa perlu untuk merasa terlindungi. Itu hak mereka untuk menutupi tubuh, untuk melindungi jiwa mereka," kata Leila, cucu pendiri "The Nation of Islam", Elijah Muhammad, yang ditemui dalam acara penutupan Dialog Kerja Sama Lintas Agama AS-Indonesia di Jakarta, Rabu 27 Januari 2010.
"Sangat disayangkan bila pemerintah mengambil hak tersebut dari perempuan," lanjutnya.
Menurut Leila, larangan pemakaian burka merupakan salah satu bentuk diskriminasi terhadap umat Islam. Maka, umat Islam di Prancis, khususnya kaum perempuan muslim, harus bertindak.
"Mereka harus protes, tetapi dengan intelek dan tanpa kekerasan, meminta dukungan negara lain yang tidak mengalami ini, dan bersabar," kata Leila.
Negara-negara Muslim juga harus ikut bereaksi dengan cara yang sama. "Semua Muslim, entah itu negara Muslim atau bukan, harus ikut merespon karena hak seseorang telah dilanggar," katanya sambil menambahkan bahwa bentuk respon itu harus dilakukan dengan rasional dan damai.
Direktur Eksekutif Ash-Shamsiyyah,The Umbrella Domestic Family Service, tersebut juga berharap bahwa larangan pemakaian burka di Prancis tidak semakin menambah kebencian kelompok muslim radikal terhadap negara-negara Barat.
"Saya harap amarah bisa diredakan dengan duduk bersama dan membahasnya. Kita semua tahu bila orang merasa disakiti, kadang menimbulkan respon negatif," kata Leila.
0 Komentar