
PARIS--Industri keuangan syariah terus bersinar. Lembaga ekonomi bergengsi kelas dunia, Moody's Investors Service, meramat potensi industri ini mencapai 5 triliun dolar AS.
Namun Moody's menambahkan bahwa lembaga-lembaga tersebut perlu mengembangkan instrumen derivatif sendiri dan menghindari praktik derivatif konvensional, jika mereka ingin mempertahankan popularitas mereka di kalangan investor Muslim. Dikatakan lembaga keuangan Islam memiliki total aset tahun 2009, sebesar 950 miliar dolar AS, ketika banyak industri keuangan terpuruk akibat krisis global.
Menurut lembaga ini, mengapa industri ini moncer di tengah krisis, karena perbankan Islam memiliki kode etik yang melarang keterlibatan dalam jenis bisnis yang berisiko, seperti yang dilakukan Lehman Brothers. Aturan syariah juga mengharamkan bisnis yang penuh spekulasi dan risiko, serta bertentangan dengan kaidah agama.
Hukum Islam melarang pembayaran dan penerimaan bunga, yang dipandang sebagai bentuk perjudian. Keuangan Islam juga beroperasi pada prinsip berbagi risiko antara bank penerbit dan pembeli dari produk keuangan, sehingga hal ini bisa menjadi alternatif untuk beberapa instrumen perbankan konvensional.
Vice President dan Senior Credit Officer Moody's, Hassoune Anwar, mengatakan bahwa badan-badan keuangan Islam sekarang ingin menggunakan instrumen derivatif untuk lindung nilai terhadap risiko dan untuk meningkatkan praktik pemantauan. Namun mereka melakukannya dengan cara syariah, daripada meniru instrumen derivatif konvensional. "Untuk ini, fase inovasi baru dalam industri sangat penting."
Red: siwi
Sumber: AP
0 Komentar