Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Ticker

6/recent/ticker-posts

Islamofobia Dipicu Oleh Politisi dan Media

Peserta konferensi mengajak agar masyarakat Inggris menghentikan perang atas muslim

Hidayatullah.com--Para aktivis, jurnalis dan serikat dagang mendesak agar berbagai komunitas di seluruh penjuru Inggris melawan Islamofobia yang disebutnya sebagai "bentuk rasisme yang diterima secara sosial" oleh masyarakat.

Seperti dilansir Morning Star, dalam konferensi "Stop Islamophobia" yang digelar Sabtu lalu, para pembicara menyoroti hubungan antara serangan terhadap muslim yang terjadi setiap hari yang didukung oleh kelompok politik arus besar dengan kampanye "war on teror" yang dilakukan oleh media.

Menurut peserta konferensi yang didukung oleh sejumlah organisasi termasuk Stop The War Coalition, British Muslim Initiative dan Unite itu, merebaknya paranoia atas Islam dan menjamurnya English Defence League bukanlah sebuah kebetulan belaka.

Tokoh politik muslim Salma Yaqoob mengatakan, sikap Islamofobi tidak hanya terdapat di partai-partai berhaluan kanan-jauh seperti BNP dan Ukip, tapi juga meluas ke ranah arus besar politik.

"Mengejutkan, sebuah negara seperti Swiss yang kita anggap netral dan progresif begitu paranoid sehingga melarang pembangunan masjid dengan menara, meskipun di negara itu hanya baru ada empat buah saja," katanya.

Seumas Milne yang merupakan seorang jurnalis mengatakan, "politisi kulit putih di Eropa mendikte kaum perempuan pakaian apa yang harus mereka kenakan dengan alasan nilai-nilai kebebasan dan liberal." Hal itu sesungguhnya merupakan pengulangan apa yang dilakukan oleh bangsa ketika dulu Inggris dan Perancis menjajah Afrika Utara.

"Mereka berusaha untuk melarang hijab dengan alasan kemajuan dan kebebasan, padahal sebenarnya atas nama penjajahan dan penindasan," katanya.

"Dalam inkarnasi Islamophobia moderen, itu merupakan akibat langsung dan merupakan ideologi yang mendukung perang imperialisme moderen, penjajahan dan intervensi," tegas Milne.

Moazzam Begg, sebagai seorang mantan tahanan Guantanamo dan korban serangan brutal atas muslim, menggambarkan betapa Islamofobia menyebabkan muslim mendapat perlakukan yang tidak adil, dipenjara tanpa disidang, dan dilecehkan oleh petugas intel. Serta menjadi korban dari peraturan perundangan anti-teror, kebijakan dan ide-ide lain yang belum pernah ada sebelumnya.

Anggota parlemen dari Partai Buruh, James Corbyn, menenkankan perlunya menyoroti kaitan antara perang imperialis, peningkatan jumlah pencari suaka dari negera konflik, resesi dan meningkatnya sikap-sikap fasis.

"Ini adalah masalah identitas, budaya, ras, dan juga tentang solidaritas kelompok, untuk melindungi pelayanan, dunia kerja dan masyarakat kita dari hal-hal yang akan memecahbelahnya," kata Corbyn.[di/ms/www.hidayatullah.com]

Posting Komentar

0 Komentar