Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Ticker

6/recent/ticker-posts

Aisyiyah Terus Bergerak

oleh
Januari 16, 2015 0 Komentar
Berdirinya Muhammadiyah telah mengilhami berdirinya hampir seluruh organisasi otonom yang ada di Muhammadiyah, termasuk Aisyiyah. Sejak mendirikan Muhammadiyah, Kiai Haji Ahmad Dahlan sangat memperhatikan pembinaan terhadap wanita.
——————

Sejarah Aisyiyah
Berdirinya Muhammadiyah telah mengilhami berdirinya hampir seluruh organisasi otonom yang ada di Muhammadiyah, termasuk Aisyiyah. Sejak mendirikan Muhammadiyah, Kiai Haji Ahmad Dahlan sangat memperhatikan pembinaan terhadap wanita.
Anak-anak perempuan yang potensial dibina dan dididik menjadi pemimpin, serta dipersiapkan untuk menjadi pengurus dalam organisasi wanita dalam Muhammadiyah. Di antara mereka yang dididik Kiai Dahlan ialah Siti Bariyah, Siti Dawimah, Siti Dalalah, Siti Busyro (putri beliau sendiri), Siti Dawingah, dan Siti Badilah Zuber.
Anak-anak perempuan itu (meskipun usianya baru sekitar 15 tahun) sudah diajak memikirkan soal-soal kemasyarakatan. Sebelum Aisyiyah secara kongkret terbentuk, sifat gerakan pembinaan wanita itu baru merupakan kelompok anak-anak perempuan yang senang berkumpul, kemudian diberi bimbingan oleh KH Ahmad Dahlan, dan Nyai Ahmad Dahlan dengan pelajaran agama.
Kelompok anak- anak ini belum merupakan suatu organisasi, tetapi kelompok anak-anak yang diberi pengajian. Pendidikan dan pembinaan terhadap wanita yang usianya sudah tua pun, juga dilakukan oleh KH Ahmad Dahlan bersama istrinya (Nyai Dahlan).

Siti_Walidah—-
Nyai Dahlan, isteri KH Ahmad Dahlan
—–




Sapa Tresna
Ajaran agama Islam tidak memperkenankan mengabaikan wanita. Mengingat pentingnya peranan wanita yang harus mendapatkan tempat yang layak, KH Ahmad Dahlan bersama Nya Ahmad Dahlan, mendirikan kelompok pengajian wanita yang anggotanya terdiri para gadis-gadis dan wanita yang sudah tua. Dalam perkembangannya, kelompok pengajian wanita itu diberi nama Sapa Tresna.
Sapa Tresna belum merupakan organisasi, hanya suatu gerakan pengajian saja. Oleh karena itu, untuk memberikan suatu nama yang kongkrit menjadi suatu perkumpulan, KH Mokhtar, mengadakan pertemuan dengan KH Ahma Dahlan yang  juga dihadiri oleh H Fakhrudin, dan Ki Bagus Hadikusumo, serta pengurus Muhammadiyah lainnya di rumah Nyai Ahmad Dahlan.
Awalnya diusulkan nama Fatimah, untuk organisasi perkumpulan kaum wanita Muhammadiyah itu, tetapi nama  itu tidak diterima oleh rapat.

Aisyiyah
Haji Fakhrudin kemudian mengusulkan nama Aisyiyah yang kemudian diterima oleh rapat tersebut. Nama Aisyiyah dipandang lebih tepat bagi gerakan wanita ini, karena didasari pertimbangan bahwa perjuangan wanita yang akan digulirkan ini diharapkan dapat meniru perjuangan Aisyah, isteri Nabi Muhammad SAW, yang selalu membantu Rasulullah dalam berdakwah.
Peresmian Aisyiyah dilaksanakan bersamaan peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad pada 27 Rajab 1335 Hijriyah, bertepatan 19 Mei 1917 Miladiyah. Siti Bariyah mendapatkan amanah sebagai Ketua pertama ‘Aisyiyah.
Peringatan Isra’ Mi’raj tersebut merupakan peringatan yang diadakan Muhammadiyah untuk pertama kalinya. Selanjutnya, KH Mukhtar memberi bimbingan administrasi dan organisasi, sedang untuk bimbingan jiwa keagamaannya dibimbing langsung oleh KH Ahmad Dahlan.
Pesan KH Ahmad Dahlan setelah kepengurusan Aisyiyah secara resmi terbentuk ialah sebagai berikut:
1. Dengan keikhlasan hati menunaikan tugasnya  sebagai wanita Islam sesuai dengan bakat dan  percakapannya, tidak menghendaki sanjung puji  dan tidak mundur selangkah karena dicela.
2. Penuh keinsyafan, bahwa beramal itu harus berilmu.
3. Jangan mengadakan alasan yang tidak dianggap sah oleh Allah, hanya untuk menghindari suatu tugas yang diserahkan.
4. Membulatkan tekad untuk membela kesucian agama Islam.
5. Menjaga persaudaraan dan kesatuan kawan sekerja dan seperjuangan.

Pendidikan Dini Frobel
Pada tahun 1919, dua tahun setelah berdiri, Aisyiyah merintis pendidikan dini untuk anak-anak dengan nama Frobel, yang merupakan Taman Kanan-Kanak pertama kali yang didirikan oleh bangsa Indonesia. Selanjutnya Taman kanak-kanak ini diseragamkan namanya menjadi TK Aisyiyah Bustanul Athfal.
Gerakan pemberantasan kebodohan yang menjadi salah satu pilar perjuangan Aisyiyah dicanangkan dengan mengadakan pemberantasan buta huruf pertama kali, baik buta huruf Arab, maupun Latin, pada tahun 1923.
Dalam kegiatan ini, para peserta yang terdiri dari para gadis dan ibu-ibu rumah tangga, belajar bersama dengan tujuan meningkatkan pengetahuan dan peningkatan partisipasi perempuan dalam dunia publik.

Majalah Suara Aisyiyah
Selain itu, pada tahun 1926, Aisyiyah mulai menerbitkan majalah organisasi yang diberi nama Suara Aisyiyah, yang awal berdirinya menggunakan Bahasa Jawa. Melalui majalah bulanan inilah, Aisyiyah antara lain mengkomunikasikan semua program dan kegiatannya, termasuk konsolidasi internal organisasi.

Kongres Perempuan Indonesia - Muhammadiyah——
KONGRES Perempuan Indonesia Tahun 1928, dihadiri dari kiri ke kanan: Ismoediati (Waniota Oetomo), Soenarjati (Poetri Indonesia), St Soekaptinah (Jong Islamieten Bond), Nyi Hadjar Dewantoro (Wanita Taman Siswa), RA Soekonto (Waniota Oetomo), St Moenjiyah (Aisyiyah), RA Harjadiningrat (Wanita Katholiek), Soejatien (Poetri Indonesia), St Hajinah (Aisyiyah), B Moejati (Jong Java Meisjeskring)
——–

Kongres Perempuan Indonesia
Dalam hal pergerakan kebangsaan, Aisyiyah juga termasuk organisasi yang turut memprakarsai dan membidani terbentuknya organisasi wanita pada tahun 1928. Dalam hal ini, Aisyiyah bersama dengan organisasi wanita lain, bangkit berjuang untuk membebaskan bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan dan kebodohan.
Badan federasi ini diberi nama Kongres Perempuan Indonesia yang sekarang menjadi KOWANI (Kongres Wanita Indonesia). Lewat federasi ini berbagai usaha dan bentuk perjuangan bangsa dapat dilakukan secara terpadu.
Kongres Bayi Aisyiyah————
Kongres Bayi maupun Baby Show yang diadakan ‘Aisyiyah menjadi upaya nyata‘Aisyiyah mewujudkan kesehatan bayi.
——–



Nasyi’atul Aisyiyah
Aisyiyah berkembang semakin pesat dan menemukan bentuknya sebagai organisasi wanita modern. Aisyiyah mengembangkan berbagai program untuk pembinaan dan pendidikan wanita. Di antara aktivitas Aisyiyah ialah Siswa Praja Wanita bertugas membina dan mengembangkan puteri-puteri di luar sekolah sebagai kader Aisyiyah.
Pada Kongres ke-20 Muhammadiyah, tahun 1931, Siswa Praja Wanita diubah menjadi Nasyi’atul Aisyiyah (NA). Selain itu, Aisyiyah juga mendirikan Urusan Madrasah bertugas mengurusi sekolah/madrasah khusus puteri, Urusan Tabligh yang mengurusi penyiaran agama lewat pengajian, kursus dan asrama, serta Urusan Wal’asri yang mengusahakan beasiswa untuk siswa yang kurang mampu.

Gedung ‘Aisyiyah dan Koperasi
Selain itu, Aisyiyah pada tahun 1935 juga mendirikan Urusan Adz-Dzakirat yang bertugas mencari dana untuk membangun Gedung ‘Aisyiyah, dan modal mendirikan koperasi.
Perkembangan Aisyiyah selanjutnya pada tahun 1939 mengalami titik kemajuan yang sangat pesat. Aisyiyah menambah Urusan Pertolongan (PKU) yang bertugas menolong kesengsaraan umum. Oleh karena sekolah-sekolah putri yang didirikan sudah semakin banyak, maka Urusan Pengajaran pun didirikan di Aisyiyah.
Aisyiyah juga mendirikan Biro Konsultasi Keluarga. Demikianlah, Aisyiyah menjadi gerakan wanita Islam yang mendobrak kebekuan feodalisme dan ketidaksetaraan gender dalam masyarakat pada masa itu, serta sekaligus melakukan advokasi pemberdayaan kaum perempuan.

Identitas, Visi, dan Misi
Aisyiyah, organisasi perempuan Persyarikatan Muhammadiyah, merupakan gerakan Islam dan  dakwah amar makruf nahi mungkar, yang berazaskan Islam serta bersumber pada Al-Quran  dan Assunnah.
Visi ideal: Tegaknya agama Islam dan terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Visi pengembangan: Tercapainya usaha-usaba Aisyiyah yang mengarah pada penguatan dan  pengembangan  dakwah amar makruf nahi mungkar secara lebih berkualitas menuju masyarakat madani, yakni masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Misi Aisyiyah diwujudkan dalam bentuk amal usaha, program dan kegiatan meliputi:
1. Menanamkan keyakinan, memperdalam dan memperluas pemahaman, meningkatkan pengamalan serta menyebarluaskan ajaran Islam dalam segala aspek kehidupan.
2. Meningkatkan harkat dan martabat kaum  wanita sesuai dengan ajaran Islam.
3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pengkaian terhadap ajaran Islam.
4. Memperteguh iman, memperkuat dan menggembirakan ibadah, serta mempertinggi akhlak.
5. Meningkatkan semangat ibadah, jihad zakat, infaq, shodaqoh, wakaf, hibah, serta membangun dan memelihara tempat ibadah, dan amal usaha yang lain.
6. Membina AMM Puteri untuk menjadi pelopor, pelangsung, dan penyempurna gerakan Aisyiyah.
7. Meningkatkan pendidikan, mengembangkan kebudayaan, mempertuas ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menggairahkan penelitian.
8. Memajukan perekonomian dan kewirausahaan ke arah perbaikan hidup yang berkualitas.
9. Meningkatkan dan mengembangkan kegiatan dalam bidang-bidang sosial, kesejahteraan    masyarakat, kesehatan, dan lingkungan hidup.
10. Meningkatkan dan mengupayakan penegakan hukum, keadilan, dan kebenaran serta memupuk    semangat kesatuan dan persatuan bangsa.
11. Meningkatkan komunikasi, ukhuwah, kerjasama di berbagai bidang dan kalangan masyarakat (dalam dan luar negeri).
12. Usaha-usaha lain yang sesuai dengan maksud dan tujuan organisasi.
——-
Diedit oleh Asnawin
@Sumber:
— http://www.muhammadiyah.or.id/id/content-199-det-aisyiyah.html
— http://id.wikipedia.org/wiki/%27Aisyiyah
— http://aisyiyah.or.id/sejarah-aisyiyah/

Posting Komentar

0 Komentar