oleh asnawin
Nama aslinya Abdul Rozak Fachruddin dan seharusnya
dikenal dengan nama Abdul Rozak, tetapi beliau lebih dikenal dengan nama
AR Fachruddin, padahal Fachruddin itu adalah nama ayahnya. Pak
AR-sapaan akrabnya di Muhammadiyah-adalah ketua terlama Pimpinan Pusat
Muhammadiyah. Pria kelahiran Pakualaman, Yogyakarta, 14 Februari 1915,
menjabat Ketua Umum PP Muhammadiyah selama 22 tahun, tepatnya mulai
tahun 1968, sampai dengan tahun 1990.
———————AR Fachruddin, 22 Tahun Memimpin Muhammadiyah
Nama aslinya Abdul Rozak Fachruddin dan seharusnya dikenal dengan nama Abdul Rozak, tetapi beliau lebih dikenal dengan nama AR Fachruddin, padahal Fachruddin itu adalah nama ayahnya.
Pak AR-sapaan akrabnya di Muhammadiyah-adalah ketua terlama Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pria kelahiran Pakualaman, Yogyakarta, 14 Februari 1915, menjabat Ketua Umum PP Muhammadiyah selama 22 tahun, tepatnya mulai tahun 1968, sampai dengan tahun 1990.
Latar Belakang Keluarga
KH Fachruddin-nama ayah AR Fachruddin-yang berasal dari Kulonprogo, adalah seorang lurah naib atau penghulu di Puro Pakualaman, yang diangkat oleh kakek Sri Paduka Paku Alam VIII. Ibunya yang bernama Maimunah binti KH Idris, adalah keturunan Raden Pakualaman.
Dari pernikahannya dengan Siti Qamariah binti Kiai Abu Umar pada tahun 1938, Abdul Rozak Fachruddin mendapatkan tujuh orang putra-putri.
Pendidikan
Sejak kecil, Abdul Rozak belajar di sekolah-sekolah Muhammadiyah. Pada tahun 1923, untuk pertama kalinya Abdul Rozak bersekolah formal di Standaard School (Sekolah Dasar) Muhammadiyah Bausasran, Yogyakarta.
Setelah ayahnya tidak lagi menjadi penghulu dan usaha dagang batiknya juga jatuh, Abdul Rozal pulang ke desanya di Bleberan, Galur, Kulonprogo.
Pada tahun 1925, ia pindah ke Sekolah Dasar (Standaard School) Muhammadiyah Prenggan, Kotagede, Yogyakarta.
Setamat dari sana tahun 1928, ia masuk ke Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta. Setelah dua tahun belajar di Muallimin, ayahnya memanggil dia untuk pulang dan belajar kepada beberapa kiai, antara lain kepada ayahnya sendiri KH Fachruddin, dan KH Abu Amar.
Ba’da mahgrib sampai pukul 21.00, ia juga belajar di Madrasah Wustha Muhammadiyah Wanapeti, Sewugalur, Kulonprogo.
Setelah ayahnya meninggal di Bleberan dalam usia 72 tahun (1930), pada tahun 1932 Abdul Rozak masuk belajar di Madrasah Darul Ulum Muham¬madiyah Wanapeti, Sewugalur. Selanjutnya, pada tahun 1935, ia melanjutkan sekolahnya ke Madrasah Tablighschool (Madrasah Muballighin) Muhammadiyah kelas Tiga.
Setelah menyelesaikan seluruh rangkaian studinya, Abdul Rozal Fachruddin mulai mengabdikan ilmunya.
Karier
Pada tahun 1934 (ada juga yang menulis tahun 1935), Abdul Rozak dikirim oleh Hoofdbestuur Muhammadiyah untuk misi dakwah sebagai guru pada sepuluh sekolah dan sebagai mubaligh di Talangbalai (sekarang Ogan Komering Ilir). Di sana, ia mendirikan Sekolah Wustha Muallimin Muhammadiyah, setingkat SMP.
Pada tahun 1938, ia juga mengembangkan hal yang sama di Ulak Paceh, Sekayu, Musi Ilir (sekarang Kabupaten Musi Banyu Asin).
Pada tahun 1941, ia pindah ke Sungai Batang, Sungai Gerong, Palembang sebagai pengajar HIS (Hollandcse Inlanders School) Muhammadiyah, setingkat dengan SD.
Pada tanggal 14 Februari 1942, Jepang menyerbu pabrik minyak Sungai Gerong. Dengan sendirinya sekolah tempat mengajarnya ditutup.
Kemudian Abdul Rozak dipindahkan ke Tebing Grinting, Muara Meranjat, Palembang sampai tahun 1944. Selama bertugas itu, Pak AR mengajar di sekolah Muhammadiyah serta memimpin dan melatih HW, memberi pengajian dan sebagainya. Setelah itu barulah ia pulang ke kampung halamannya.
Pada tahun 1944, ia masuk BKR Hizbullah selama setahun. Sepulangnya dari Palembang, ia berdakwah di Bleberan, dan menjadi pamong desa di Galur selama setahun. Selanjutnya, ia menjadi pegawai Departemen Agama.
Pada tahun 1950, ia pindah ke Kauman dan belajar kepada tokoh-tokoh awal Muhammadiyah seperti KH Syudjak, KHA Badawi, KRH Hadjid, KH Muchtar, Ki Bagus Hadikusumo, KH Djohar, KH Muslim, KH Hanad, KH Bakir Saleh, KH Basyir Mahfudz, Ibu Hj Badilah Zuber, dan sebagainya.
Pengabdiannya bukan saja di lingkungan Muhammadiyah, melainkan juga di pemerintahan dan di perguruan tinggi.
Dia pernah menjabat sebagai kepala Kantor Urusan Agama, Wates (1947). Tidak lama di jabatannya itu, dia ikut bergerilya melawan Belanda.
Pada 1950-1959, ia menjadi pegawai di kantor Jawatan Agama wilayah Yogyakarta, lalu pindah ke Semarang, sambil merangkap dosen luar biasa bidang studi Islamologi di Unissula, FKIP Undip, dan Sekolah Tinggi Olahraga.
Keterlibatan AR Fachruddin di pusat Muham¬madiyah mengantarkan beliau menjadi Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Yogyakarta, kemudian menjadi Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DIY, selanjutnya menjadi anggota Dzawil Qurba Pimpinan Pusat Muhammadiyah, sampai akhirnya dipercaya memimpin Muham¬madiyah selama kira-kira 22 tahun (1968-1990).
Pak AR menjadi Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah sejak tahun 1968 setelah di-fait accomply untuk menjadi Pejabat Ketua PP Muhammadiyah sehubungan dengan wafatnya KH Faqih Usman.
Dalam Sidang Tanwir di Ponorogo (Jawa Timur) pada tahun 1969, Pak AR akhirnya dikukuhkan menjadi Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah sampai Muktamar Muhammadiyah ke-38 di Makassar pada tahun 1971.
Sejak saat itu ia terpilih secara berturut-turut dalam empat kali Muktamar Muhammadiyah berikutnya untuk periode 1971-1974, 1974-1978, 1978-1985, dan terakhir 1985-1990.
Pada Muktamar ke-42 Muhammadiyah di Yogyakarta, tahun 1990, Pak AR yang terpilih sebagai 13 besar anggota PP Muhammadiyah, menolak jabatan ketua. Ia memberikan alternatif penggantinya kepada KH Ahmad Azhar Basyir MA. Dengan demikian, genaplah 22 tahun ia menjadi ketua PP Muhammadiyah.
KH AR Fachruddin meninggal dunia pada 17 Maret 1995 dalam usia 80 tahun, dengan meninggalkan tujuh anak. Jenazahnya dimakamkan di TMP Kuncen, Yogyakarta.
Anggota DPA
KH AR Fachruddin berkali-kali ditawari untuk menjadi anggota DPR RI. Akan tetapi, karena khawatir tersita waktunya, ia menolak tawaran anggota DPR tersebut dan lebih memilih mengurus Muhammadiyah.
Namun kemudian, ia menerima jabatan sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA) dan dilantik pada 14 Agustus 1988.
Karya Tulis
Selain dikenal sebagai seorang mubaligh yang sejuk, ia juga dikenal sebagai penulis yang produktif.
Karya tulisnya banyak dibukukan untuk dijadikan pedoman, antara lain Naskah Kesyukuran; Naskah Enthengan, Serat Kawruh Islam Kawedar; Upaya Mewujudkan Muhammadiyah sebagai Gerakan Amal; Pemikiran dan Dakwah Islam; Syahadatain Kawedar; dan Tanya Jawab Entheng-Enthengan.
Selain itu, Pak AR juga menulis Muhammadiyah adalah Organisasi Dakwah Islamiyah; Al-Islam Bagian Pertama; Menuju Muhammadiyah; Sekaten dan Tuntunan Sholat Basa Jawi; Kembali kepada Al-Qur‘an dan Hadis; Chutbah Nikah dan Terjemahannya; Pilihlah Pimpinan Muhammadiyah yang Tepat; Soal-Jawab Entheng-enthengan; Sarono Entheng-enthengan Pancasila; Ruh Muhammadiyah; dan lain-lain.
—-
Sumber:
http://www.muhammadiyah.or.id/id/content-165-det-kh-abdur-rozak-fachdrudin-1971–1985.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Abdul_Rozak_Fachruddin
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/07/23/m7m6pm-kh-ar-fachruddin-sosok-teladan-pemimpin-umat-2
http://profil.merdeka.com/indonesia/a/abdul-rozak-fachruddin/
0 Komentar