Prof.H.Abdul Djebbar Hapip, MA, Guru Besar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) Banjarmasin, mengajak, semua pihak atau kalangan mewaspadai gerakan komunisme dan demoralisasi generasi muda.
Ajakan mantan Pembantu Rektor III bidang kemahasiswaan dan alumni Unlam itu saat menjadi narasumber pada sarasehan memperingati 43 tahun gugurnya Pahlawan Ampera Hasanuddin bin Haji Madjedi (Hasanuddin HM), di Banjarmasin, Kamis [12/03] .
“Walau Partai Komunis Indonesia (PKI) telah tiada di persada nusantara ini, tapi gerakan komunis selalu ada dan merupakan bahaya laten bagi negara yang berdasarkan Pancasila ini,” ujar alumnus Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Negeri Malang, Jawa Timur (Jatim) tersebut.
Menurut mantan aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) itu, gejala gerakan komunisme dalam bentuk atau wajah baru, kini makin nampak, antara lain gigihnya kelompok masyarakat tertentu memperjuangkan agar Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) No.XXV Tahun 1966, dicabut.
Kelompok masyarakat yang memperjuangkan atau menginginkan pencabutan Ketetapan MPRS No.XXV/1966 tentang larangan komunisme di Indonesia itu, menggunakan dalih, bahwa pelarangan tersebut bertentangan dengan Hak Asasi Manusia (HAM).
“Gejala lain kembalinya komunisme di Indonesia, begitu mudahnya masyarakat yang merupakan elemen bangsa Indonesia teradu domba, seperti perkelahian antara perguruan tinggi, antara fakultas dalam satu perguruan tinggi, yang layaknya seperti mau perang, bahkan disertai pengrusakan kampus,” ungkapnya.
Begitu pula terhadap moral generasi muda bangsa Indonesia, belakangan ini nampaknya makin gencar dihancurkan melalui berbagai cara termasuk penyebaran pornografi.
Ia mencontohkan, dari hasil penelitian pada pelajar sekolah menengah pertama (SMP) di Padang, Sumatera Barat (Sumbar), 60 persen dari mereka yang mempunyai “hand phone” (HP), dengan isi telepon selular tersebut memuat gambar cabul (porno).
“Penyebaran gambar-gambar cabul kepada generasi muda melalui HP belakangan ini kelihatannya sudah merebak, bukan saja pada satu daerah dan masyarakat kota, tapi juga ke daerah-daerah lain serta sampai ke pedesaan. Ini tidak boleh dibiarkan,” katanya.
Sebelumnya, Ketua Pelaksana Sarasehan, Prof.DR.H.Yusran Salam, Lc, menerangkan, sarasehan dalam rangka peringatan 43 tahun gugurnya Pahlawan Ampera Hasanudin HM, mengambil tema, “Merajut Benang Merah Gerakan Perjuangan Angkatan 66 dengan Era Reformasi”.
Ia mengatakan, pelaksanaan sarasehan sengaja digelar di Masjid Hasanudin HM yang berada dekat Bundaran Kayu Tangi Banjarmasin, untuk mengingat dan sekaligus memperkenalkan kembali, bahwa nama tempat ibadah tersebut sebagai pengabadian yang monomental terhadap Pahlawan Ampera yang pertama gugur di Indonesia.
“Karena banyak masyarakat yang tidak tahu dan bertanya-tanya, kenapa nama masjid tersebut Hasanudin HM (nama orang) atau nama yang tak lazim dipakai bagi sebuah masjid pada umumnya,” demikian Yusran Salman.
Sementara Ketua Pengarah Ikatan Alumni Unlam, H.Gusti Rusdi Effendi AR, mengajak, masyarakat Kalsel, khusus keluarga besar civitas akademika perguruan tinggi negeri tersebut, dan lebih khusus lagi bagi mahasiswanya agar meneladani sikap perjuangan dan kejuangan para pendahulu, sepertai Angkatan 66.
“Kita boleh berbangga dari gerakan Angkatan 66 yang memperjuangan Amanat Penderitaan Rakyat (Ampera) tercatat seorang putra daerah Banjar sebagai Pahlawan Ampera, yang tak ada dimiliki provinsi lain, kecuali DKI Jaya, dengan gugurnya Arief Rahman Hakim sebagai Pahlawan Ampera kedua di Indonesia,” demikian Gt. Rusdi.
Pahlawan Ampera Hasanuddin HM yang juga mahasiswa Fakultas Ekonomi Unlam gugur 10 Februari 1966 dan Arief Rahman Hakim, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia gugur 24 Februari 1966.( ant )
0 Komentar