Ibrani, mengungkap pencurian yang dilakukan rezim ini atas sumber-sumber tambang uranium Mesir dari Gurun Sina dan penggunaan hasil curian tersebut di instalasi Dimona untuk membuat bom nuklir di dekade 1950.
Profesor Aruyl Bakhrakh yang berumur 83 tahun dalam bukunya yang berjudul "Kekuatan Sains", menjelaskan pengalamannya bekerja dengan Rezim Zionis Israel di bidang sains dan teknologi.
Dalam bukunya, profesor itu mengaku ikut serta dalam riset di lapangan Gurun Sina. Dia bersama dengan rekan-rekannya yang bergabung dalam tim riset milik Rezim Zionis Israel mengaku sebagai tim dari Jerman yang melakukan riset di bidang geologi.
Ia menambahkan, timnya setelah beberapa kali melakukan riset, menemukan kekayaan alam uranium yang luar biasa di semenanjung Sina. Dengan penemuan tersebut, Tel Aviv mengeluarkan instruksi untuk menghentikan riset tersebut. Setelah itu, Israel membangun instalasi nuklir Dimona, yang berlandaskan pada uranium yang melimpah di Gurun Sina, Mesir.
Pengakuan terang-terangan profesor asal Zionis Israel menunjukkan bahwa rezim ini sejak lama mengembangkan teknologi senjata nuklir. Dengan bantuan negara-negara Barat yang ikut mendukung pendudukan Zionis di kawasan, Israel dapat membangun instalasi nuklir militer Israel, termasuk reaktor Dimona.
Dengan cara memberikan teknologi nuklir kepada rezim ini, negara-negara Barat mempunyai peran luar biasa dalam mengaktifkan instalasi nuklir militer Zionis di kawasan
Poin yang patut diperhatikan dalam catatan profesor Zionis tersebut mengenai aktivitas nuklir rezim ini, adalah pencurian sumber-sumber kekayaan Arab oleh Rezim Zionis Israel. Dalam buku tersebut secara gamblang disebutkan bahwa Rezim Zionis Israel mencuri sumber-sumber tambang yang mengandung uranium dari Gurun Sinai yang beberapa tahun terakhir ini menjadi kawasan pendudukan Israel.
Langkah Barat yang membantu aktivitas nuklir militer Zionis, menjadikan rezim ini sebagai ancaman serius bagi keamanan di tingkat kawasan dan dunia. Rezim Zionis Israel kini memiliki lebih dari 300 hulu ledak nuklir. Dengan demikian, Palestina pendudukan menjadi gudang senjata destruksi massal yang setiap saat dapat mengancam penduduk dunia.
Tentu saja, kondisi semacam ini mengkhawatirkan dunia. Pada saat yang sama, Tel Aviv tidak mengizinkan Tim Inspeksi Badan Tenaga Atom Internasional meninjau instalasi-instalasi rezim ini. Selain itu, Rezim Zionis adalah satu-satunya pihak yang tak bersedia menandatangani Traktat Non Profilerasi Nuklir (NPT)./Irb/sbl
0 Komentar