Satu lagi fakta terungkap, bahwa Barat menjajah Dunia Islam tidak hanya menginginkan kekayaan dan mengganti ideologi, akan tetapi khazanah keilmuan milik umat Islam pun “dicuri”. Kali ini, kasus pencurian sebuah manuskrip Al-Quran diakui terang-terangan, oleh salah satu perwira Inggris yang ikut serta menjajah tanah Palestina dari kekuasaan Khilafah Utsmaniyah.
Kisah ini dikenal di Palestina dan Yordania, yaitu tentang kembalinya mushaf Al Quran tulisan tangan yang telah dibawah ke Inggris oleh salah seorang parwira. Kisah ini bukan sekedar kisah, tapi peristiwa ini menunjukkan bahwa Barat memang mempunyai keinginan besar untuk memiliki “kekayaan umat Islam”.
Abdul Al Lathif Hisham, Direktur Bidang Manuskrip yang bernaung di bawah Kementrian Wakaf Palestina menceritakan kembali kisah ini, dengan merujuk beberapa dokumen, termasuk pengakuan si palaku yang ditulis dengan tangan.
Katika terjadi Perang Dunia I, pasukan Inggris datang ke Palestina. Mareka mendatangi Masjid Jami’ ‘Umari di Ghaza yang dibangun pada 1271 H. Masjid itu yang memiliki perpustakaan yang terdapat di dalamnya sekitar 20 ribu jilid manuskrip. Tempat itu sebelumnya dijadikan markas militer olah pasukan Turki Utsmani, yang telah meninggalkan wilayah itu. Lalu salah seorang anggota pasukan mengambil sebuah mushaf Al-Quran, dan dibawanya kitab suci itu ke Inggris. Peristiwa terjadi pada bulan Desember tahun 1917. Baru, tahun 1964 mushaf itu dikembalikan ke tempat semula, melalui Kedutaan Inggris yang berada di Kairo.
Pihak kedutaan mengembalikan mushaf tersebut beserta sepucuk surat yang ditujukan kepada Hakim Ghaza: ”Kepada yang kami hormati, Hakim Ghaza. Tuan, Kolonel T.N. Lord dari Armada Laut Inggris dulu, memita anda untuk bisa membantu mengembalikan manuskrip Al-Quran Al Karim ini. Kolonel Lord menyatakan bahwa salah satu temannya telah mengambil Al-Quran ini dari Masjid Besar di Ghaza, pada tahun 1917, setelah pasukan Turki meninggalkan kota itu. Dan mushaf itu bersamanya selama ini. Kini, ia ingin mengembalikannya di tempat, dimana ia diletakkan dulu”.
Mushaf itu ditulis oleh Al ‘Allamah As Syeikh Ahmad Sya’sya’ah Al ‘Ilmi Al Ghazi, pada tahun 1271 H. Sesuai dengan rasm utsmani. Mushaf itu dimiliki oleh Abdul Qadir Afandi Al Ghashin yang diwaqafkan atas nama almarhum ayahnya, As Syeikh Afandi.
Kini manuskrip yang terdiri dari 215 halaman dengan khat naskhi itu tersimpan perpustakaan Masjid Jami’ Umari yang tersimpan di dalamnya 132 menuskrip lainnya.
Dan saat ini di Perpustakaan Museum Inggris masih tersimpan 23500 manuskrip umat Islam dan Timur, hingga tak heran jika Prof. Dr. M. Isa Shalihiyah menyebutkan bahwa lebih dari 30 dari 72 ruangan di Museum Inggris berisi peninggalan sajarah milik Mesir. [tho/dar/www.hidayatullah.com]
0 Komentar