Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Ticker

6/recent/ticker-posts

Krisis dan Rindu Syariah Muslim Rusia


Krisis ekonomi global yang mampir ke Rusia ikut berdampak pada kondisi ekonomi kaum Muslim. Mereka merindukan ekonomi syariah

Tahun 2007 lalu, Damir Gizatullin baru merasa lega. Salah anggota Dewan Mufti Rusia ini merasakan adanya geliat Islam di negeri ini. Menurutnya, jumlah imigran Muslim yang berasal dari bekas wilayah Soviet, terutama dari wilayah utara Kaukasus dan Asia Tengah, terus meningkat.

Namun belakangan, ketika krisis ekonomi global ikut menghantam Rusia, nasib umat Islam juga ikut kena getahnya. Krisis keuangan Rusia yang menyebabkan jatuh saham hingga 60 persen. Rusiaprofile.org menyebut, akibat krisis global, paling tidak 1,5 juta orang di Rusia kehilangan pekerjaan dalam beberapa bulan terakhir.

Rima Yakupova, Direktur "Dom Obedova" di Kazan, terpaksa harus menjual beberapa unit usahanya. "Bisnis katering -- diantara teman saya-- menurun tajam, bahkan pengusah besar harus mengurangi biaya operasional dan tidak lagi melayani makan siang. Pelanggan saya semuanya berhenti memesan makanan," ujarnya.

Resesi juga dapat dilihat pada bisnis perhotelan. Kebanyakan hotel di Rusia tidak semata mengandalkan sewa kamar. Mereka juga menawarkan jasa jamuan makan, konferensi, dan acara-acara lainnya. Akibat krisis ekonomi, jumlah konferensi berkurang drastis dan biaya untuk penyelenggaraan acara juga dipangkas.

Krisis keuangan global berakibat sangat serius terhadap ekonomi negara Rusia yang bergantung pada impor sebagaimana negeri itu menghadapi gelombang PHK massal.

Pabrikan otomotif Rusia seperti VAZ yang beroperasi di kota Volzhsk baru-baru ini telah mem-PHK ribuan pekerjanya, dan menjalankan 2 minggu hari kerja dalam sebulan. Rata-rata 10 persen agen perjalanan ditutup karena permintaan paket perjalanan menurun hingga 40 persen dalam beberapa bulan terakhir.

Maskapai penerbangan Rusia terbesar S7 berada diambang kebangkrutan. Hingga saat ini lebih dari 28.000 organisasi mengumumkan pemberhentian para pekerja mereka.

PHK massal dialami oleh jutaan orang di penjuru Rusia. Menurut laporan resmi jumlah pengangguran sudah mencapai 2 juta. 2,6 persen diantaranya adalah pelaku ekonomi aktif dalam masyarakat.

Namun demikian, sumber tidak resmi memperkirakan ada sekitar 6 juta pengangguran di seluruh negeri. Menurut perkiraan yang dibuat Kementerian Pembangunan Ekonomi, rata-rata pengangguran meningkat 7,5 persen di tahun 2009. Jumlah total pengangguran akan mencapai 7 juta orang di akhir tahun 2009.

Muslim Rusia yang menjadi bagian cukup signifikakan dari Federasi Rusia, juga terkena dampak melemahnya ekonomi global.

Ketaatan Berkurang

Seperti warga Rusia lainnya, banyak Muslim -- yang berjumlah 15% dari total populasi Rusia -- kehilangan pekerjaannya karena PHK massal dan kebijakan penghematan oleh pemerintah federal. Sangat sulit untuk mendapatkan pekerjaan dengan bayaran yang layak pada masa krisis ini.

Hal itu menjadi sangat sulit untuk kebanyakan orang karena biasanya dalam keluarga Muslim hanya laki-laki yang bekerja mencari nafkah. Ketika ia tidak bekerja, maka keluarga kehilangan sumber penghasilan.

Ukuran keluarga Muslim lebih besar dari keluarga di Rusia lainnya. Jika tingkat fertilitas rata-rata di Federasi Rusia adalah 1,41 anak per keluarga di tahun 2009, maka keluarga Muslim biasanya memiliki 4 hingga 5 anak. Ini artinya dampak krisis terhadap keluarga Muslim akan terlihat lebih jelas dibandingkan dengan keluarga non Muslim yang jumlah keluarganya lebih kecil.

Karema (Ekaterina Sorokoumova) dari Moskow, seorang ibu berusia 23 tahun dengan 3 anak melihat adanya hubungan langsung antara krisis ekonomi dengan kesulitan keluarga, sebagaimana ia yakin krisis ekonomi memunculkan ketegangan dalam keluarga.

"Secara psikologis laki-laki menajadi stress karena kehilangan pekerjaannnya, atau cemas tentang bagaimana memberi makan semua anggota keluarga. Sementara istrinya mengkhawatirkan anak-anak. Mereka juga menghadapi masalah pendapatan yang minim," katanya.

Kareema juga menyebutkan bahwa, "Mereka yang kehilangan pekerjaan, yang gajinya dikurangi, terpaksa harus mencari pekerjaan tambahan yang menguras waktu dan tenaga. Akibatnya, Muslim mulai berkurang perhatiannya untuk membaca buku-buku agama atau datang ke masjid. Mereka jadi tidak punya waktu."

Aslambek Ezhaev, Direktur "Ummah" percetakan Muslim terbesar di Rusia dan kepala bagian percetakan di Badan Keagamaan Rusia, menegaskan pandangan Kareema. Ia mengatakan jumlah buku yang dicetak berkurang selama tahun 2008. Menurut perkiraan Ezhaev, penjualannya berkurang hingga 30 persen. "Tapi ini rata-rata," katanya. "Jika kita melihat item-item tertentu, maka terjemahan Al -Quran dan buku-buku tafsir tidak terpengaruh, buku kumpulan doa berjudul Hisnul Muslim contohnya, dicetak setiap 3 bulan, yang artinya permintaan atas buku itu bertambah."

"Kami terpaksa berhenti mencetak ulang buku yang penjualannya lambat di tahun lalu. Kebanyakan buku-buku tentang perbandingan agama. Dengan demikian menurut saya adalah jenis bukunya yang berkurang, bukan jumlah cetakannya," tegas Ezhaev.

Lebih lanjut ia mencatat ada dampak negatif krisis terhadap sponsorsip. "Pemasukan kami cukup untuk terus berproduksi tanpa adanya sponsor. Namun demikian sulit untuk mencetak buku-buku pilihan tanpa sponsor," katanya. Banyak sponsor yang potensial mengalami kesulitan keuangan, jadi mencari tambahan dana semakin sulit sehingga menyita waktu dari urusan yang lebih penting yaitu yang berhubungan dengan percetakan.

Mengenai sponsor pendidikan di luar negeri, jumlah beasiswa yang ada tidak berkurang sebagaimana dinyatakan oleh Medina Kalimullina dari Departemen Hubungan Internasional di Badan Keagamaan Muslim Rusia.

Namun, Yayasan Pendidikan Al Bukhari Malaysia tidak mengalokasikan beasiswa untuk pelajar Rusia tahun ini, meskipun sebelumnya mereka setiap tahun memberikan 5 tempat bagi pelajar Rusia yang ingin belajar di Malaysia.

Kalimullina menyatakan, jumlah Muslim yang berminat belajar di luar negeri menurun. Bahkan beberapa orang yang akan berangkat ke Malaysia untuk belajar bahasa Inggris pada bulan Desember 2008 membatalkan kepergian mereka.

Rushan Abbyashov kepala Departemen Hubungan Internasional di Badan Keagamaan Muslim Rusia, menyatakan bahwa krisis tidak mempengaruhi mereka yang ingin pergi haji dan umrah, karena biayanya relatif sama. Rata-rata biaya paket umrah USD 500 dan haji USD 3.000 (100 ribu Rubel) di tahun 2008. 25.838 Muslim Rusia berangkat haji di tahun 2008, dan di tahun 2007 berjumlah 26.500.

Abbyashov juga menyebutkan bahwa bidang bisnis yang paling menderita di Rusia adalah industri keuangan dan properti. Lebih sulit lagi bagi para pengusaha baik bisnis skala besar , menegah maupun kecil.

Krisis dan Bisnis Halal

Beberapa tahun terakhir, pasar dan restoran halal banyak dibuka di Rusia. 10 tahun lalu di Kazan, ibukota Tatarstan, cukup sulit untuk menemukan sebuah tempat yang menyediakan makan siang halal. Sekarang ini jumlah restoran halal dalam tingkatan harga dan layanan yang berbeda tumbuh pesat.

Namun demikian, krisis ekoomi memaksa banyak restoran halal untuk tutup karena berkurangnya pelanggan. Rima Yakupova, terpaksa menjual sebagaian usaha bisnisnya di tahun 2008. " Orang-orang yang bekerja di bisnis restoran harus mengencangkan ikat pinggang, terutama pengusaha kafe kecil."

Krisis juga melanda usaha perhotelan. Natalya Kirilina, Kepala Resepsionis di Suleiman Palace Hotel di Kazan mengatakan dalam beberapa bulan terakhir para penyelenggara acara mulai mengurangi biaya-biaya acara atau bahkan tidak mau menyelenggarakan acara.

Krisis ekonomi sekarang ini berdampak serius pada bisnis halal di Rusia. Ini berarti pendapatan pengusaha Muslim berkurang.

Pulang Kampung atau Menjadi Kriminal

Bagaimanapun, krisis juga bedampak pada kaum imigran. Ada ada 8 juta pekerja imigran yang terdaftar resmi di Rusia. Ditambah perkiraan Federal Imigration Service bahwa ada lebih dari 5 juta penduduk ilegal yang tinggal di negeri itu. Jumlah ini bisa saja lebih sebagaimana sumber tidak resmi mengatakan ada 15 - 18 juta orang asing yang tidak terdaftar. Populasi pekerja imigran di Moskow saja -- sebagaimana dilansir surat kabar Jerman Frankfurter Randschau -- ada sekita 4 juta, sementara total populasi Moskow 10,5 juta.

Menurut Ravil Gainutdin, Mufti Besar Federasi Rusia, 80 persen pekerja imigran di Rusia adalah Muslim. Mereka berasal dari negara bekas Uni Sovyet di Asia Tengah, seperti Kyrgystan, Uzbekistan dan Tajikistan. Mereka kebanyakan bekerja di perusahaan konstruksi.

Karena kesulitan kredit sekarang ini, banyak perusahaan konstruksi tidak dapat beroperasi penuh. Banyak proyek yang dihentikan. Akibatnya pekerja imigran kehilangan pekerjaan , yang mana satu-satunya sumber penghasilan keluarga.

"Mereka hanya punya 2 pilihan," kata Vissrion Pak, pakar masalah Eropa-Asia di Novosibirsk Center, "Apakah kembali ke negeri asal atau menjadi kriminal."

Reshad, deputi manajer proyek di salah satu perusahaan konstruksi terbesar di Moskow mengatakan bahwa 10% pekerja di tempatnya di-PHK dan gaji mereka dikurangi 20% akibat krisis.

"Meskipun krisis, pekerja di Rusia masih kurang. Sementara pekerja imigran kehilangan pekerjaan mereka. Hal ini karena kebijakan pemerintah yang memprioritaskan warganegaranya sendiri untuk mendapat pekerjaan," kata Reshad.

Minati Keuangan Islam

Masa depan perbankan Islam di Rusia tergantung banyak faktor. Krisis keuangan global dan resesi ekonomi menantang pakar ekonomi di seluruh dunia untuk mencari solusi alternatif. Di banyak negara Barat termasuk Rusia, perhatian terhadap perbankan Islam mulai diberikan sebagai model alternatif.

Rushan Abbyasov, Kepala Departemen Hubugnan Internasional di Badan Keagamaan, mencatat adanya peningakatan minat terhadap perbankan Islam di lingkungan perbankan Rusia, begitu juga dikalangan manufaktur.

"Hal ini sebagaimana diungkap pada konfernsi internasioanl 'Islamic Banking: Specificities and Perspectives' yang diadakan pada 17-18 Maret 2008 di Moskow," kata Abbyasov.

Linar Yakupov, Pendiri dan Direktur Russia Center for ISlamic Ecomomics and Finance (RCIEF), yang diresmikan pada Oktober 2008 di Kazan menyatakan bahwa kemungkinan pendirian bank Islam di Tatastan telah dibahas sebelumnya, khususnya di tahun 2006. Karena keanehan sistem hukum di Rusia dan ketidaksiapan pasar Rusia untuk sistem keuangan Islam, maka ide itu tidak dapat terlaksana.

"Krisis sekarang ini yang secara sempurna menunjukan kegagalan sistem perbankan konvensional, memberikan sumbangsih terhadap meningkatnya minat terhadap instrumen keuangan Islam di Rusia," kata Yakupov.

"Sekarang adalah waktunya untuk mempertimbangan sistem alternatif yang berharga, berupa bank Islam, yang secara hukum lebih konservatif, sehingga lebih stabil. Dunia Arab sudah mengapresiasi perbankan Islam sejak lama. Secara bertahap instrumen ini akan merambah Rusia."

Menurut Yakupov, masa depan perbankan Islam di Rusia tergantung banyak faktor utama. Harus ada kesepahaman dimasyarakat akan pentingnya sistem tersebut dan kemauan pemerintah untuk mempertimbangan tuntutan masyarakat."

"Perlu dipahami bahwa kita berada dipersimpangan jalan dalam memikirkan kembali sistem ekonomi konvensional. Krisis memaksa kita untuk mempertimbangkan kembali banyak hal," kata Yakupov.

Tidak diragukan lagi, orang tidak dapat menganggap krisis ekonomi sekarang sebagai satu-satunya sumber kerusakan. Meskipun dampak negatifnya dirasakan sehari-hari oleh jutaan orang di banyak tempat. Adanya harapan itu [sistem ekonomi Islam], dapat membawa perubahan positif terhadap manusia dalam jangka panjang. [di/io/dari berbagai sumber/www.hidayatullah.com]

Posting Komentar

0 Komentar