Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Ticker

6/recent/ticker-posts

Penarikan Milter AS Dari Irak; Benarkah Terjadi?


Presiden AS, Barack Obama telah mengonfirmasi bahwa 31 Agustus merupakan akhir dari semua operasi tempur AS di Irak.

Sekitar 50.000 dari 65.000 pasukan AS masih berada di Irak saat ini. Mereka dijadwalkan tetap di Irak sampai akhir tahun 2011, untuk membimbing pasukan Irak dan melindungi kepentingan AS.

Obama menyatakan bahwa akhir operasi akan tiba "seperti yang dijanjikan dan sesuai jadwal."

Sementara itu, sengketa tengah mencuat antara Amerika Serikat dan Baghdad sehubungan dengan angka korban terakhir di Irak.

Inti dari pidato Obama adalah pemenuhan janji kampanyenya untuk mengakhiri perang Irak.

Obama membuat pengumuman dalam pidatonya di konvensi nasional the Disabled American Veterans in Atlanta, Georgia.

Menurut Obama, 50.000 pasukan yang tersisa di Irak dimaksudkan untuk melatih pasukan keamanan Irak, operasi kontraterorisme dan melindungi warga sipil Irak.
Perjanjian negosiasi dengan Irak pada tahun 2008 menyatakan bahwa pasukan asing harus pergi dari Irak akhir tahun depan.

"Jangan salah, komitmen kami di Irak saat ini sedang berubah, dari militer yang dipimpin oleh pasukan tentara menjadi upaya sipil yang dipimpin oleh diplomat."
Sementara itu, menurut militer AS, 222 orang tewas dalam serangan bulan lalu. Baghdad mengatakan 535 orang telah tewas dan menjadikan Juli 2010 sebagai bulan paling mematikan dalam dua tahun terakhir.

"Klaim bahwa Juli 2010 adalah bulan paling mematikan di Irak sejak Mei 2008 adalah tidak benar," kata pernyataan militer AS.

AS tidak memberikan penjelasan lengkap tentang mengapa terjadi perbedaan angka ini.

Gay di Irak
Irak tak pernah berhenti menderita. Enam tahun setelah pendudukan pasukan asing di negara ini, kaum gay bermunculan dan menjadi persoalan besar. Entah bagaimana mulanya, tetapi sekarang ini seolah-olah menjadi gay adalah sesuatu yang biasa bagi sebagian warga Irak.

Disinyalir, perilaku dari tentara asing, dan juga permisifnya ajaran Syiah yang kini mengangkangi Irak ikut memicu hal ini. Padahal, walaupun ada, di zaman Saddam Hussein dulu, kaum homo sama sekali tidak pernah diberi tempat.

Akibatnya, sekarang warga Irak bisa dibilang telah terpecah menjadi dua. Warga yang sama sekali tidak menyetujui adanya kaum gay, memburu lelaki yang "dianggap berpenampilan mencurigakan." Karena Irak saat ini benar-benar dalam kondisi yang rusak, maka tidak heran jika terjadi main hakim sendiri.

Bulan lalu, Gay Middle East Timur Tengah mengumpulkan kompilasi serangan terhadap "kaumnya" di Irak yang dipukuli, menghilang dan dibunuh.

Laporan Human Rights Watch tahun lalu menjelaskan bahwa serangan-serangan ini tidak hanya dilakukan karena berkaitan dengan "perilaku berdosa" seksual seseorang, tapi juga karena kaum gay mengingkari gender mereka sendiri.

Dalam satu insiden di Al-Kut pada tanggal 8 Juli lalu, "dua orang yang dikenali sebagai gay dikepung dan dipukuli oleh sekelompok preman karena diduga mengenakan pakaian trendi," rilis Gay Middle East.

Pada tanggal 22 Juli, pasangan lelaki lain dipukuli dan ditangkap oleh polisi di Najaf.

Padahal, seperti kita tahu, Irak, terutama di Baghdad dulunya merupakan salah satu simbol kebesaran dan keagungan Islam, dimana peradaban dunia juga berkibat ke wilayah ini. (sa/albab)

Posting Komentar

0 Komentar