Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Ticker

6/recent/ticker-posts

Thalhah bin Ubaidillah, Pengusaha Muda yang Tajir Beramal

Ada satu saudagar dan pengusaha muda yang begitu terkenal. Dia juga salah satu pengusaha yang ringan tangan dalam beramal. Nama pengusaha tajir itu adalah anak muda yang bernama Thalhah bin Ubaidillah. Ayahnya bernama Ubaidillah bin Utsman, dan ibunya bernama al-Sha’bah binti Abdullah bin Imad al-Hadhrami, berkebangsaan Yaman, saudari kandung al-Ala’ al- Hadhrami. Nasabnya bertemu dengan Nabi Muham­mad pada Murrah bin Ka’ab dan bertemu Abu Bakar pada Taim bin Murrah.

 

Dari sisi strata sosial, nasab Thalhah sangat istimewa. Dia adalah keturunan Quraisy yang merupakan kabilah terbesar dan dikenal di Mekah dan keturunan Bani Taim yang memiliki kedudukan terhormat di tengah-tengah kabilah-kabilah Arab lain, bahkan mendapat julukan Mashabih al-Zhalam (Pelita saat gelap).

 

Thalhah tumbuh dan besar di bawah asuhan orangtuanya. Dari orangtuanya itulah, dia banyak mengenyam pendidikan, terutama tentang akhlak dan karakter. Sehingga, ketika sudah menginjak dewasa, dia dinikahkan dengan Hamnah binti Jahsy, saudari Zainab binti Jahsy, istri Rasulullah. Dari pernikahannya dengan Hamnah, Thalhah dikarunia dua orang anak yang diberi nama Muhammad dan Imran. Ada kabar bahwa ketika Rasulullah masih hidup, dia menikahi empat perempuan yang semuanya saudari dari istri-istri Rasulullah. Mereka adalah Ummu Kultsum binti Abu Bakar kakak Aisyah, Hamnah binti Jahsy saudari kandung Zainab, Fari’ah binti Abu Sufyan saudari Ummu Habibah, dan Ruqayyah binti Abi Umayyah saudari Ummu Salamah.

 

Thalhah besar di Mekah. Memasuki usia remaja, dia memilih berwirausaha sebagai pedagang, sebuah profesi yang digeluti oleh mayoritas orang Quraisy. Meskipun masih terbilang muda, Thalhah memiliki keahlian yang tinggi dalam berwirausaha. Dia mampu mengalahkan pengusaha-pengusaha lain yang umurnya jauh di atasnya. Berawal dari itulah, akhirnya semua pedagang di pasar Bushra dan Syam pasti mengenalnya. Mereka mengenalnya sebagai pengusaha yang jujur dan loyal. Usaha Thalhah berkembang pesat.

 

Semenjak menjadi muslim, Thalhah masih beraktivitas seperti biasa sebagai pengusaha. Dikabarkan bahwa ketika Rasulullah hendak pulang dari al-Harrar untuk hijrah ke Madinah, beliau bertemu dengan Thalhah di jalan yang baru pulang dari Syam. Thalhah menghadiahkan kepada Rasulullah dan Abu Bakar beberapa setel pakaian dari Syam dan memberi tahu bahwa penduduk Madinah sudah menunggu kedatangan mereka. Rasulullah segera mempercepat perjalanannya ke Madinah, sementara Thalhah sendiri meneruskan perjalanannya ke Mekah untuk menyelesaikan urusan bisnisnya.

 

Thalhah dikenal sebagai pekerja keras, ulet, dan pantang menyerah. Dia memulai bisnisnya sewaktu masih muda dan berlanjut sampai masuk Islam dan menjadi pejabat di pemerintahan. Bisnisnya berkembang pesat dan menjadi besar hingga mampu melakukan ekspor-impor ke beberapa negara, seperti Irak, Syam, dan Bushra. Di samping itu, Thalhah memiliki banyak tanah yang dimanfaatkan untuk dijadikan perkebunan, disewakan, dijualbelikan, dan dia mengembangkan hartanya dalam banyak bentuk bisnis.

 

Thalhah sering melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri, masuk ke pasar-pasar, melakukan bisnis properti, menginvestasikan hartanya ke beberapa tempat, memiliki banyak karyawan untuk menjalankan perusahaannya, hingga omzet per harinya mencapai seribu wafi. Uang pun mengalir sehingga beliau berhasil menjadi salah satu orang terkaya pada masa itu.

 

 

Allah benar-benar memberkahi harta Thalhah, melapangkan rezekinya, dan memuliakan jiwanya yang dermawan dan peduli terhadap sesama. Hal itu karena dia senang menyumbangkan hartanya untuk kepentingan-kepentingan Islam dan membantu orang yang membutuhkan tanpa perhitungan.

 

Sungguh kekayaan yang tiada duanya. Meskipun kaya, Thalhah tidak pernah sombong dan lupa daratan. Sebaliknya, kekayaannya yang begitu banyak diifakkan untuk Islam dan membantu orang-orang yang membutuhkan. Bahkan, setiap kali Thalhah menyimpan uang di rumahnya, dia selalu gelisah dan tidak tenang sehingga uang tersebut dibagi-bagikan kepa-da fakir miskin. Inilah figur seorang sahabat Rasulullah yang mendapatkan pendidikan langsung dari beliau selama kurang lebih delapan belas tahun.

 

1. Dikabarkan oleh Musa bin Muhammad bin Ibrahim, omzet bisnis Thalhah di Irak per hari adalah 1.000 wafi, dan pertahunnya bisa mencapai 400.000-500.000 dirham (Rp78.540.000.000 sampai Rp98.175.000.000), di Sarat mencapai 10.000 dirham (Rp 1.963.500.000), dan di A’radh juga mendapat omzet tak kalah besarnya. Untuk memenuhi kebutuhan keluarganya di Madinah setiap tahun, dia memperoleh penghasilan dari perkebunan gandumnya di Qanah. Untuk mengelola perkebunan tersebut, dia mempekerjakan dua puluh karyawan dan dialah orang pertama yang menanam gandum di Qanah.

 

2. Menurut hitungan Ibrahim bin Muhammad bin Thalhah, salah satu cucunya, jumlah kekayaan yang ditinggalkan Thalhah dari properti dan hartanya yang berupa perhiasan sebanyak 30 juta dirham (Rp5.890.500.000.000). Dia juga meninggalkan uang sebanyak 2.200.000 dirham (Rp431.970.000.000) dan 200.000 dinar (Rp480 miliar). Sisanya adalah ur-udh (selain dirham dan dinar). Jadi, jumlah seluruh kekayaannya adalah 32.200.000 dirham atau Rp 6.322.470.000.000 (enam triliun tiga ratus dua puluh dua miliar empat ratus tujuh puluh juta rupiah), ditambah 200.000 dinar senilai dengan Rp 471.750.000.000 (empat ratus tujuh puluh satu miliar tujuh ratus lima puluh juta rupiah). Menurut kabar dari Suda binti Auf, salah satu istri Thalhah, bahwa pada saat suaminya wafat, di tangan bendaharanya ada uang sebesar 2.200.000 dirham, serta tanah dan properti yang ditaksir bernilai 30 juta dirham. Ibnu Saad menuturkan sebuah kabar dari Amru bin Ash bahwa Thalhah meninggalkan 100 buhar (kantong dari kulit sapi jantan), setiap buhar berisi 3 kuintal emas. (Disarikan dari buku Jejak Bisnis Sahabat Rasul)

 

Posting Komentar

0 Komentar