Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Ticker

6/recent/ticker-posts

Arab Saudi, NU dan Muhammadiyah Idul Qurban Bersama


Penetapan awal Zulhijjah 1432 Hijriyah di tanah suci diperkirakan akan sesuai dengan penghitungan kalender Ummul Qura. Awal bulan Zulhijjah diperkirakan jatuh Jumat depan (28/10) sehingga hari Arafah akan jatuh pada sabtu (5/11) mendatang.

Analisis ini disampaikan Pakar Astronomi dan Kimia Arab Saudi Dr Ali Asy Syukri. Dia menjelaskan bahwa fase sebelum kemunculan bulan sabit (hilal) akan terjadi pada pukul 10.57 malam Rabu, 28 Zulqaidah mendatang sesuai dengan penghitungan kalender Ummul Qura.

Menurutnya bulan sabit diperkirakan muncul setelah berlalunya fase tersebut yang tidak lebih dari setengah hari berdasarkan pada posisi bulan terhadap matahari, waktu menetapnya serta tingkat cahayanya.

“Menurut penghitungan falak, bulan sabit akan dapat dilihat, namun dengan menggunakan teleskop dari daerah Selatan dan Barat Kerajaan (Saudi)," katanya.

Dia menambahkan terbitnya bulan sabit bisa dilihat dengan mata telanjang. Jika dari Makkah, terbítnya bulan akan terjadi pada saat-saat tenggelamnya matahari dari kiri sekitar 9 derajat, sedangkan tingginya 5 derajat dari ufuk, agak condong ke kiri. "Hanya saja untuk melihat dengan mata telanjang harus dengan syarat berada di daerah yang gelap, jauh dari bangunan, dan kondisi cuaca dalam keadaan cerah tanpa ada mendung, debu, asap atau polusi lain yang mengotori langit," katanya.

Sementara itu Kepala Satuan Operasional Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armina) Letkol CAJ Abu Harris Mutohar mengatakan persiapan puncak haji terus dilakukan. Sosialisasi tugas dan kewajiban masing-masing personel di tiga daker telah disampaikan. "Kami juga telah melakukan orientasi lapangan untuk memantau lahan yang disiapkan otoritas Arab Saudi untuk calhaj Indonesia," ujarnya.

NU-Muhammadiyah sama
Kementerian Agama akan menggelar sidang itsbat guna menetapkan tanggal 1 Dzulhijjah 1432 Hijriyah pada Jumat (28/10/2011) nanti. Keputusan yang dihasilkan nantinya sekaligus akan digunakan sebagai acuan menentukan Idul Adha, 10 Dzulhijjah 1432 H.
Demikian disampaikan Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kementerian Agama (Kemenag), Ahmad Jauhari, kepada wartawan di Jakarta. Ia mengatakan sebelum sidang digelar pada hari itu, tepatnya pada Kamis (27/10), pihaknya bersama sejumlah pakar hisab rukyat yang tergabung dalam Badan Hisab Rukyat (BHR) Kemenag melakukan rukyatul hilal atau pengamatan bulan baru di sejumlah titik.

Adapun hasil rukyat akan menjadi bahan rujukan utama isbat. “Laporan rukyat dihimpun sehari sebelumnya,” jelas Jauhari yang juga Kepala BHR itu.

Pengamatan itu, kata Jauhari, dilangsungkan di beberapa titik yang tersebar di sejumlah wilayah Tanah Air. Di antaranya Observatorium Hilal Lhok Nga, Aceh; Pekan Baru, Riau; Menara Timur Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung; Observatorium Bosscha, Lembang, Bandung, Jawa Barat; Pos Observasi Bulan (POB) Bukit Bela-belu, Bantul, Yogyakarta; Mataram, Nusa Tenggara Barat; SPD LAPAN, Biak, Papua; Makassar, Sulawesi Selatan; Samarinda, Kalimantan Timur; Nusa Tenggara Barat; Pantai Gebang, Madura; SPD LAPAN Pameungpeuk, Garut, Jawa Barat.

Kepala Seksi Hisab Rukyat Kemenag, Nurkhazin, menambahkan berbeda dengan sidang awal Ramadlan, penetapan awal 1 Dzulhijjah tidak dilaksanakan h-1 dari hari yang diprediksikan oleh perhitungan hisab. Diperkirakan, sesuai dengan prediksi hisab, 27 Oktober ialah akhir dari Dzulqa`dah dan Jumat (28/10) merupakan awal Dzulhijjah. Hal ini karena penentuan awal bulan Dzulhijjah tidak berkaitan langsung dengan perintah berpuasa, seperti Ramadlan. “Jadi tidak terburu-buru,” katanya.

Ia mengemukakan secara emprik, dari perhitungan posisi hilal akhir Dzulqa`dah, posisi bulan cukup tinggi yaitu 04 derajat 25 menit hingga 06 derajat 34 menit. Artinya, potensi perbedaan hari raya Idul Fitri kemungkinan tipis terjadi. Mengingat hilal dengan ketinggian tersebut, kemungkinan besar terdapat peluang terlihat kasat mata. Tetapi, ia menegaskan hasil keputusannya masih menunggu hasil sidang itsbat.
Sementara itu Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) dan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur memprediksi Idul Adha 1432 Hijriah akan jatuh pada tanggal yang bersamaan yakni 6 November 2011. “Berdasarkan perhitungan dengan sistem Hisab Haqiqi dengan markas Tanjungkodok, Lamongan, insya-Allah Hari Raya Idul Adha 1432 Hijriah akan bareng (bersamaan),” kata Sekretaris PWM Jatim H Nadjib Hamid di Surabaya, baru-baru ini. Senada dengan itu, Wakil Ketua PWNU Jatim H Sholeh Hayat mengatakan Idul Adha 1432H memang ada peluang besar untuk bersamaan antara NU, Muhamadiyah, dan pemerintah.

“Salah satu indikasinya adalah ijtimak akhir Dzulqa`dah terjadi pada hari Kamis 27 Oktober 2011 pada jam sekitar 02.56 WIB sampai dengan 04.11 WIB sesuai hitungan Hisab Khulashoh Al Wafiyah atau Hisab Haqiqi, sedangkan ketinggian hilal terjadi sekitar 6`27 sampai 7`23 derajat,” tuturnya. Karena 1 Dzulhijjah 1432H jatuh pada 28 Oktober, maka 10 Dzulhijjah 1432 H atau Idul Adha 1432H akan jatuh pada hari Ahad 6 November 2011. “Insya-Allah, kita akan berlebaran Idul Adha bersamaan,” kata Sholeh.
Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt) Sekjen PB Aljam`iyatul Washliyah (PB Al Washliyah), Drs Haris sambas, menyatakan Badan Hisab dan Rukyat PB Al Washliyah sudah memiliki perhitungan, namun demikian, sebagai mana lazimnya untuk menjaga keutuhan dan kekompakan antar ulama Islam, maka PB Al Washliyah akan menunggu pengumuman hasil sidang itsbat yang digelar pemerintah di Kantor Kemenag, Jakarta. “Kami akan mengirim utusan untuk mengikuti sidang tersebut,” kata Haris Sambas via telepon genggamnya.

Ketua Badan Hisab dan Rukyat PB Al Washliyah, Drs,H,Arso MA, menjelaskan bahwa tanggal 1 Zulhijjah 1342 H jatuh pada hari Jumat (28/10/2011), sedangkan Idul Adha 10 Zuhijjah 1432 H jatuh pada hari Minggu (6/10/2011). Menurut dia, tidak ada khilaf dalam penentuan perhitungan ini.

Posting Komentar

0 Komentar