AKHIRNYA di bulan Rabi’ul Awal tahun ini,
jerih payah sekitar 40 penuntut ilmu di Al Azhar asal Indonesia yang
mengikuti majelis pembacaan dan penjelasan hadits Al Arbain An Nawawiyah
secara berkesinambungan di Wisma Nusantara Kairo akhirnya terbayar.
Disamping memperoleh pengetahuan mengenai makna dan penjelasan hadits,
Syeikh Hisyam Al Kamil As Syafi’i Al Azhari selaku pensyarah hadits
bersedia memberikan ijazah, untuk kitab Al Anwar Al Muhammadiyah Syarhi
Al Arbain An Nawawiyah karyanya, juga untuk matan haditsnya yang
bersambung hingga Imam An Nawawi As Syafi’i.
Sanad 7 Ulama Indonesia
Dan yang menarik dari ijazah perwiyatan
ini, bahwa Syeikh Hisyam Al Kamil sampai kepada Imam An Nawawi melalui 7
ulama Nusantara. Murid dari Syeikh Ali Jum’ah ini mengambil periwayatan
Al Arba’in dari Syeikh Ibrahim bin Muhammad Mufti Al Hasakah Suriah
dari Syeikh As Sayyid Muhammad Al Alawi Al Maliki dari Syeikh Muhammad Yasin Al Fadani (Indonesia) dari Syeikh Baqir bin Nur Al Jukjawi (Indonesia) dan Syeikh Wahyuddin bin Abdil Ghani Al Falimbani (Indonesia) keduanya dari Syeikh Mahfudz bin Abdillah AtTarmasi (Indonesia) dari ayahnya Syeikh Abdullah bin Abdil Mannan AtTarmasi (Indonesia) dari ayanya Syeikh Abdul Mannan At Tarmasi (Indonesia) dari Al Mu’ammar Syeikh Abdushamad bin Abdirrahman Al Falimbani (Indonesia)
Syeikh As Shafi As Sayyid Ahmad bin Muhammad Syarif Maqbul Al Ahdal
dari Syeikh Abdurrahman bin Ahmad An Nakhli dari ayahnya Syeikh Al
Musnid Al Hafidz Ahmad bin Muhammad An Nakhli Al Makki dari Syeikh As
Syams Muhammad bin Al Ala’ Al Babili dari Syeikh Salim bin Muhammad As
Sanhuri dari Najm Muhammad bin Ahmad Al Ghaiti dari Syeikh Al Islam
Zakariya Al Anshari dari Syeikh Al Khatib Muhammad bin Abdillah
ArRasyidi dari Al Qadhi Majduddin Ismail bin Ibrahim Al Hanafi dari
Syeikh Muhammad bin Ismalil yang dikenal dengan sebutan Ibnu Habbaz dari
penulisnya yakni Al Imam Syeikh Al Islam Abu Zakariyah Yahya bin
Syarafuddin An Nawawi.
Ulama Nusantara dan Sanad
Bagi para ulama sendiri, baik salaf maupun
khalaf periwayatan ilmu melalui para ulama mu’tabar adalah perkara yang
sangat penting, demikian juga bagi para ulama Nusantara. Syeikh Mahfudz
At Tarmasi dalam mukadimah Kifayah Al Mustafid li ma A’la min Al Asanid
(hal. 2) menyampaikan bahwa isnad bagi para ahli lmu merupakan
kemuliaan yang tidak bisa diingkari, dimana Ad Dailami meriwayatkan dari
Ibnu Umar secara marfu’ yang artinya,”Ilmu adalah dien dan shalat
adalah dien maka lihatlah kalian kepada siapa kalian mengambil ilmu dan
bagaimana kalian melaksanakan shalat ini, sesungguhnya kalian ditanya
pada hari kiamat”. Demikian pula di awal Shahih Muslim, Imam Ibnu
Mubarak menyampaikan,”Isnad adalah bagian dari dien, kalau tidak karena
isnad, maka berkatalah siapa saja mengenai apa saja”. Juga Yahya bin
Ma’in menyatakan,”Isnad yang pendek dekat dengan Allah dan Rasul-Nya”.
Sebab itulah, para ulama menulis kitab
khusus yang menyebutkan para guru dari ulama yang telah diambil
periwayatannya, yang biasa disebut dengan “tsabat”. Syeikh Yasin Al
Fadani dalam komentarnya di Kiyafah Al Mustafid menyebutkan bahwa bahwa
“tsabat” sepertinya diambil dari kata “tsabt” yang bermakan hujjah.
Seakan-akan kitab itu merupakan hujjah bagi bagi penulisnya, karena
dalam kitab itu tertulis periwayatannya dari para syeikh yang telah
diambil periwayatannya. Namun istilah “tsabat” biasanya digunakan di
wialayah timur, sedang untuk wilayah barat disebut dengan istilah
“fahras”.
Kumpulan Sanad Ulama Indonesia
Jika para ulama dari kalangan Arab menulis
kitab periwayatan mereka semisal Imam Ibnu Hajar menulis Al Mu’jam Al
Muassis yang mencantumkan 700 guru, maka ulama Indonesia pun tidak
ketinggalan. Syeikh Mahfudz At Tarmasi membukukan periwayatannya dalam
Kifayah Al Mustafid li ma A’la min Al Asanid, Syeikh Abdushamad Al
Falimbani menulis periwayatannya dalam An Nur Al Ahmad, demikian pula
anak perempuannya yang juga menjadi ulama besar Syeikhah Fathimah binti
Abdishamad Al Falimbani menulis periwayatannya dalam Al Faharis Al
Qaimah, sedangkan periwayatan Syeikh Yasin Al Fadani bisa diperoleh
dalam Bulugh Al Amani yang dikumpulkan oleh muridnya Syeikh Muhammad
Muhktaruddin Al Falimbani.
0 Komentar