Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Ticker

6/recent/ticker-posts

Sanad Al Arba’in An Nawawiyah Mesir Melalui 7 Ulama Indonesia

AKHIRNYA di bulan Rabi’ul Awal tahun ini, jerih payah sekitar 40 penuntut ilmu di Al Azhar asal Indonesia yang mengikuti majelis pembacaan dan penjelasan hadits Al Arbain An Nawawiyah secara berkesinambungan di Wisma Nusantara Kairo akhirnya terbayar. Disamping memperoleh pengetahuan mengenai makna dan penjelasan hadits, Syeikh Hisyam Al Kamil As Syafi’i Al Azhari selaku pensyarah hadits bersedia memberikan ijazah, untuk kitab Al Anwar Al Muhammadiyah Syarhi Al Arbain An Nawawiyah karyanya, juga untuk matan haditsnya yang bersambung hingga Imam An Nawawi As Syafi’i.

Sanad 7 Ulama Indonesia
Dan yang menarik dari ijazah perwiyatan ini, bahwa Syeikh Hisyam Al Kamil sampai kepada Imam An Nawawi melalui 7 ulama Nusantara. Murid dari Syeikh Ali Jum’ah ini mengambil periwayatan Al Arba’in dari Syeikh Ibrahim bin Muhammad Mufti Al Hasakah Suriah dari Syeikh As Sayyid Muhammad Al Alawi Al Maliki dari Syeikh Muhammad Yasin Al Fadani (Indonesia) dari Syeikh Baqir bin Nur Al Jukjawi (Indonesia) dan Syeikh Wahyuddin bin Abdil Ghani Al Falimbani (Indonesia) keduanya dari Syeikh Mahfudz bin Abdillah AtTarmasi (Indonesia) dari ayahnya Syeikh Abdullah bin Abdil Mannan AtTarmasi (Indonesia) dari ayanya Syeikh Abdul Mannan At Tarmasi (Indonesia) dari Al Mu’ammar Syeikh Abdushamad bin Abdirrahman Al Falimbani (Indonesia) Syeikh As Shafi As Sayyid Ahmad bin Muhammad Syarif Maqbul Al Ahdal dari Syeikh Abdurrahman bin Ahmad An Nakhli dari ayahnya Syeikh Al Musnid Al Hafidz Ahmad bin Muhammad An Nakhli Al Makki dari Syeikh As Syams Muhammad bin Al Ala’ Al Babili dari Syeikh Salim bin Muhammad As Sanhuri dari Najm Muhammad bin Ahmad Al Ghaiti dari Syeikh Al Islam Zakariya Al Anshari  dari Syeikh Al Khatib Muhammad bin Abdillah ArRasyidi dari Al Qadhi Majduddin Ismail bin Ibrahim Al Hanafi dari Syeikh Muhammad bin Ismalil yang dikenal dengan sebutan Ibnu Habbaz dari penulisnya yakni Al Imam Syeikh Al Islam Abu Zakariyah Yahya bin Syarafuddin An Nawawi.

Ulama Nusantara dan Sanad
Bagi para ulama sendiri, baik salaf maupun khalaf periwayatan ilmu melalui para ulama mu’tabar adalah perkara yang sangat penting, demikian juga bagi para ulama Nusantara. Syeikh Mahfudz At Tarmasi dalam mukadimah Kifayah Al Mustafid li ma A’la min Al Asanid (hal. 2) menyampaikan bahwa isnad bagi para ahli lmu merupakan kemuliaan yang tidak bisa diingkari, dimana Ad Dailami meriwayatkan dari Ibnu Umar secara marfu’ yang artinya,”Ilmu adalah dien dan shalat adalah dien maka lihatlah kalian kepada siapa kalian mengambil ilmu dan bagaimana kalian melaksanakan shalat ini, sesungguhnya kalian ditanya pada hari kiamat”. Demikian pula di awal Shahih Muslim, Imam Ibnu Mubarak menyampaikan,”Isnad adalah bagian dari dien, kalau tidak karena isnad, maka berkatalah siapa saja mengenai apa saja”. Juga Yahya bin Ma’in menyatakan,”Isnad yang pendek dekat dengan Allah dan Rasul-Nya”.

Sebab itulah, para ulama menulis kitab khusus yang menyebutkan para guru dari ulama yang telah diambil periwayatannya, yang biasa disebut dengan “tsabat”. Syeikh Yasin Al Fadani dalam komentarnya di Kiyafah Al Mustafid menyebutkan bahwa bahwa “tsabat” sepertinya diambil dari kata “tsabt” yang bermakan hujjah. Seakan-akan kitab itu merupakan hujjah bagi bagi penulisnya, karena dalam kitab itu tertulis periwayatannya dari para syeikh yang telah diambil periwayatannya. Namun istilah “tsabat” biasanya digunakan di wialayah timur, sedang untuk wilayah barat disebut dengan istilah “fahras”.

Kumpulan Sanad Ulama Indonesia
Jika para ulama dari kalangan Arab menulis kitab periwayatan mereka semisal Imam Ibnu Hajar menulis Al Mu’jam Al Muassis yang mencantumkan 700 guru, maka ulama Indonesia pun tidak ketinggalan. Syeikh Mahfudz At Tarmasi membukukan periwayatannya dalam Kifayah Al Mustafid li ma A’la min Al Asanid, Syeikh Abdushamad Al Falimbani menulis periwayatannya dalam An Nur Al Ahmad, demikian pula anak perempuannya yang juga menjadi ulama besar Syeikhah Fathimah binti Abdishamad Al Falimbani menulis periwayatannya dalam Al Faharis Al Qaimah, sedangkan periwayatan Syeikh Yasin Al Fadani bisa diperoleh dalam Bulugh Al Amani yang dikumpulkan oleh muridnya Syeikh Muhammad Muhktaruddin Al Falimbani.

Posting Komentar

0 Komentar