Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Ticker

6/recent/ticker-posts

Shahih Al Bukhari, Al Azhar dan Sultan Abdul Hamid II

Sorot lampu kamera yang berwarna kuning terang tertuju kepada sosok yang duduk di depan mihrab Dzallah Al Fathimiyah yang berada di tengah-tengah masjid Al Azhar Kairo. Kurangnya penerangan di ruangan itu, membuat laki-laki sepuh yang berada di depan kamera itu semakin terlihat jelas, meski dari jarak yang agak jauh. Sosok yang biasa mengenakan peci putih itu dikelilingi oleh para muridnya yang datang dari berbagai negeri di belahan dunia. Mereka menyimak dengan seksama dengan pandangan mata tertuju kepada orang yang sedang berbicara, selainnya diam dan tidak ada suara.

Pembicara itu tidak lain adalah Syeikh Ahmad Umar Hasyim, guru besar ilmu hadits Al Azhar yang sedang menjelaskan Shahih Al Bukhari yang mengacu kepada karyanya sendiri Faidh Al Bari fi Syarh Shahih Al Bukhari yang diterbitkan dalam 10 jilid. Majelis hadits ini sendiri rutin digelar selesai shalat dhuhur, setiap pekan sekali.

Kajian yang dilakukan anggota Hai’ah Kibar Ulama Al Azhar ini sendiri bagian dari halaqah ilmu di Al Azhar. Dimana Al Azhar sendiri memang mengajarkan banyak disiplin ilmu, sebagaimana ungkapan Al Allamah Syeikh Ahmad Ad Damanhuri dalam tsabatnya Al Lathaif An Nuriyah fi Al Minah Ad Damanhuriyah menyebutkan bahwa ia mengkaji 30 disiplin ilmu dari para ulama Al Azhar.

Dengan demikian, Al Azhar juga memiliki perhatian mendalam terhadap Hadits dan ilmunya, termasuk di dalamnya perhatian terhadap Shahih Al Bukhari.

Seperti yang dilakukan Prof. Dr. Ahmad Umar Hasyim, para ulama besar sebelumnya telah melakukan langkah yang sama, yakni melakukan kajian terhadap Shahih Al Bukhari, termasuk pembacaan Shahih Bukhari dengan periwayatan bersambung kepada Imam Al Bukhari juga penjelasan terhadap kitab hadits ini.

Diantara para ulama Al Azhar yang telah menempuh jalan itu adalah Syeikh Al Islam Ali As Sha’idi Al Adawi yang membaca dan menjelaskan Shahih Al Bukhari di masjid Al Azhar selama 10 tahun. Dan yang ikut hadir dalam pembacaan itu adalah Al Imam Al Amir Al Kabir.
Al Allamah Syeikh Hasan Al Idwi Al Himzawi juga mensyarah Shahih Al Bukhari dalam 10 jilid yang diterbitkan Hijr.

Dari ulama Al Azhar yang juga mensyarah Al Bukhari adalah Syeikh Muhammad Muhammad Abu Syuhbah yang diberi nama At Taufiq Al Bari dalam 15 jilid, namun ia belum diterbitkan.
Sedangkan Syeikh Zaqiyuddin Abu Qasim menjelaskan hadits-hadits yang telah disepakati oleh Imam Al Bukhari dan Muslim yang bernama Jami’ Al Bayan fi Syarh Ma Ittafaqa alaihi As Syaikhan yang telah diterbitkan dalam 15 jilid.

Dalam berkhidmat kepada Shahih Al Bukhari, disamping memberi penjelasan, ulama Al Azhar lainnya melakukan pembacaan Shahih Al Bukhari. Diantara para ulama yang mengambil jalan ini adalah Al Allamah Syeikh Yusuf Ad Dijwi. Pembacaan Shahih Al Bukhari ini sendiri amat fenomenal hingga peristiwa itu dicatat oleh beberapa ulama seperti Syeikh Abu Hasan Zaid Al Faruqi dalam Maqamat Khair yang berbahasa Urdu juga Syeikh Ahmad Al Harawi Al Maghribi dalam Rihlah Al Hajj wa Ash Shiyahah serta Syeikh Abdul Wasi’ Al Yamani dalam tsabatnya Ad Dur Al Farid Al Jami’ Al Mutafariqat Al Asanid. Dalam catat oara ulama itu disebutkan bahwa mereka yang hadir di majelis Shahih Al Bukhari Syeikh Ad Dijwi lebih dari 1000 penuntut ilmu.

Adapun Syaikh Hasunah An Nawawi, Syeikh Al Azhar yang sekaligus menjabat sebagai mufti Mesir ini telah telah datang kepadanya perintah khusus dari Sultan Abdul Hamid II khalifah Daulah Utsmaniyah untuk membentuk tim dalam melakukan studi terhadap naskah-naskah manuskrip Shahih Al Bukhari. Akhirnya dipilihlah 31 ulama dari Al Azhar untuk melakukan studi mansukrip, hingga akhirnya diterbitkanlah Shahih Al Bukhari pada tahun 1311 H. Terbitan ini juga disebut sebagai Shahih Al Bukhari cetakan As Sulthaniyah, penisbatan terhadap Sultan Abdul Hamid II. Cetakan ini sendiri dinilai sebagai cetakan Shahih Al Bukhari paling valid.

Sedangkan Syeikh Salim Al Bisyri Imam Masjid Al Azhar selama 30 tahun konstrasi dalam pembacaan kitab-kitab Hadits, Shahih Bukhari diantaranya.

Sedangkan Syeikh Muhammad Al Makkawi yang menyimak Shahih Al Bukhari dari Syeikh Salim Al Bisyri juga memiliki perhatian khusus terhadap Shahih Al Bukhari, hingga ia memberikan catatatan terhadap Shahih Al Bukhari Sulthaniyah.

Syeikh Ahmad Mahjub Ar Rifa’i juga menghabiskan sebagian umaurnya untuk membaca Shahih Al Bukhari  selama bertahun-tahun. Ulama yang memiliki sanad Shahih Al Bukhari, dimana setiap dilakukan penghataman maka dilakukan pula pembukaan pembacaan Shahih Al Bukhari.

Dinatara para ulama Al Azhar yang memiliki perhatian terhadap pembacaan Shahih Al Bukhari Al Allamah Syeikh Ulama Hadits Al Azhar Abu Hurairah Dawud Al Qal’I, dimana majelisnya dihadiri salah satunya oleh Syeikh Islam Hasan Al Quwaisni. Kemudian Al Quwaisni pun membuka pembacaan Shahih Al Bukhari, dimana salah satunya yang hadir adalah Syeikh Al Azhar Musthafa Al Arusi. Selanjutnya Al Aursi pun membuka pembacaan Shahih Al Bukhari, demikian sanad Shahih Al Bukhari bersambung hingga ulama-lama setelah mereka.

Pembacaan Shahih Al Bukhari terus berkesinambungan, sampai akhirnya pada gilirannya Syeikh Ali Jum’ah yang kala itu menjabat sabagai mufti Mesir membacakan Shahih Al Bukhari beserta kitab-kitab induk hadits lainnya. Dimana di saat penghataman, pembacaan kitab hadits dihadiri banyak penuntut ilmu, kemudian Syeikh Ali Jum’ah memberikan ijazah periwayatan kepada siapa yang hadir. Syeikh Ali Jum’ah sendiri telah mencatat mengenai majelis ini yang diterbitkan koran Al Ahram 1/10/2005.
*Penulis merujuk kepada buku Al Hadits wa Al Muhadditsun fi Al Azhar As Syarif karya Syeikh Usama Sayyid Al Azhari sebagai sumber data dalam tulisan ini.
http://www.hidayatullah.com/feature/catatan-dari-mesir/read/2015/03/08/40197/shahih-al-bukhari-al-azhar-dan-sultan-abdul-hamid-ii.html

Posting Komentar

0 Komentar