Sorot lampu kamera yang berwarna kuning
terang tertuju kepada sosok yang duduk di depan mihrab Dzallah Al
Fathimiyah yang berada di tengah-tengah masjid Al Azhar Kairo. Kurangnya
penerangan di ruangan itu, membuat laki-laki sepuh yang berada di depan
kamera itu semakin terlihat jelas, meski dari jarak yang agak jauh.
Sosok yang biasa mengenakan peci putih itu dikelilingi oleh para
muridnya yang datang dari berbagai negeri di belahan dunia. Mereka
menyimak dengan seksama dengan pandangan mata tertuju kepada orang yang
sedang berbicara, selainnya diam dan tidak ada suara.
Pembicara itu tidak lain adalah Syeikh
Ahmad Umar Hasyim, guru besar ilmu hadits Al Azhar yang sedang
menjelaskan Shahih Al Bukhari yang mengacu kepada karyanya sendiri Faidh
Al Bari fi Syarh Shahih Al Bukhari yang diterbitkan dalam 10 jilid.
Majelis hadits ini sendiri rutin digelar selesai shalat dhuhur, setiap
pekan sekali.
Kajian yang dilakukan anggota Hai’ah Kibar
Ulama Al Azhar ini sendiri bagian dari halaqah ilmu di Al Azhar. Dimana
Al Azhar sendiri memang mengajarkan banyak disiplin ilmu, sebagaimana
ungkapan Al Allamah Syeikh Ahmad Ad Damanhuri dalam tsabatnya Al Lathaif
An Nuriyah fi Al Minah Ad Damanhuriyah menyebutkan bahwa ia mengkaji 30
disiplin ilmu dari para ulama Al Azhar.
Dengan demikian, Al Azhar juga memiliki
perhatian mendalam terhadap Hadits dan ilmunya, termasuk di dalamnya
perhatian terhadap Shahih Al Bukhari.
Seperti yang dilakukan Prof. Dr. Ahmad
Umar Hasyim, para ulama besar sebelumnya telah melakukan langkah yang
sama, yakni melakukan kajian terhadap Shahih Al Bukhari, termasuk
pembacaan Shahih Bukhari dengan periwayatan bersambung kepada Imam Al
Bukhari juga penjelasan terhadap kitab hadits ini.
Diantara para ulama Al Azhar yang telah
menempuh jalan itu adalah Syeikh Al Islam Ali As Sha’idi Al Adawi yang
membaca dan menjelaskan Shahih Al Bukhari di masjid Al Azhar selama 10
tahun. Dan yang ikut hadir dalam pembacaan itu adalah Al Imam Al Amir Al
Kabir.
Al Allamah Syeikh Hasan Al Idwi Al Himzawi juga mensyarah Shahih Al Bukhari dalam 10 jilid yang diterbitkan Hijr.
Dari ulama Al Azhar yang juga mensyarah Al
Bukhari adalah Syeikh Muhammad Muhammad Abu Syuhbah yang diberi nama At
Taufiq Al Bari dalam 15 jilid, namun ia belum diterbitkan.
Sedangkan Syeikh Zaqiyuddin Abu Qasim
menjelaskan hadits-hadits yang telah disepakati oleh Imam Al Bukhari dan
Muslim yang bernama Jami’ Al Bayan fi Syarh Ma Ittafaqa alaihi As
Syaikhan yang telah diterbitkan dalam 15 jilid.
Dalam berkhidmat kepada Shahih Al Bukhari,
disamping memberi penjelasan, ulama Al Azhar lainnya melakukan
pembacaan Shahih Al Bukhari. Diantara para ulama yang mengambil jalan
ini adalah Al Allamah Syeikh Yusuf Ad Dijwi. Pembacaan Shahih Al Bukhari
ini sendiri amat fenomenal hingga peristiwa itu dicatat oleh beberapa
ulama seperti Syeikh Abu Hasan Zaid Al Faruqi dalam Maqamat Khair yang
berbahasa Urdu juga Syeikh Ahmad Al Harawi Al Maghribi dalam Rihlah Al
Hajj wa Ash Shiyahah serta Syeikh Abdul Wasi’ Al Yamani dalam tsabatnya
Ad Dur Al Farid Al Jami’ Al Mutafariqat Al Asanid. Dalam catat oara
ulama itu disebutkan bahwa mereka yang hadir di majelis Shahih Al
Bukhari Syeikh Ad Dijwi lebih dari 1000 penuntut ilmu.
Adapun Syaikh Hasunah An Nawawi, Syeikh Al
Azhar yang sekaligus menjabat sebagai mufti Mesir ini telah telah
datang kepadanya perintah khusus dari Sultan Abdul Hamid II khalifah
Daulah Utsmaniyah untuk membentuk tim dalam melakukan studi terhadap
naskah-naskah manuskrip Shahih Al Bukhari. Akhirnya dipilihlah 31 ulama
dari Al Azhar untuk melakukan studi mansukrip, hingga akhirnya
diterbitkanlah Shahih Al Bukhari pada tahun 1311 H. Terbitan ini juga
disebut sebagai Shahih Al Bukhari cetakan As Sulthaniyah, penisbatan
terhadap Sultan Abdul Hamid II. Cetakan ini sendiri dinilai sebagai
cetakan Shahih Al Bukhari paling valid.
Sedangkan Syeikh Salim Al Bisyri Imam
Masjid Al Azhar selama 30 tahun konstrasi dalam pembacaan kitab-kitab
Hadits, Shahih Bukhari diantaranya.
Sedangkan Syeikh Muhammad Al Makkawi yang
menyimak Shahih Al Bukhari dari Syeikh Salim Al Bisyri juga memiliki
perhatian khusus terhadap Shahih Al Bukhari, hingga ia memberikan
catatatan terhadap Shahih Al Bukhari Sulthaniyah.
Syeikh Ahmad Mahjub Ar Rifa’i juga
menghabiskan sebagian umaurnya untuk membaca Shahih Al Bukhari selama
bertahun-tahun. Ulama yang memiliki sanad Shahih Al Bukhari, dimana
setiap dilakukan penghataman maka dilakukan pula pembukaan pembacaan
Shahih Al Bukhari.
Dinatara para ulama Al Azhar yang memiliki
perhatian terhadap pembacaan Shahih Al Bukhari Al Allamah Syeikh Ulama
Hadits Al Azhar Abu Hurairah Dawud Al Qal’I, dimana majelisnya dihadiri
salah satunya oleh Syeikh Islam Hasan Al Quwaisni. Kemudian Al Quwaisni
pun membuka pembacaan Shahih Al Bukhari, dimana salah satunya yang hadir
adalah Syeikh Al Azhar Musthafa Al Arusi. Selanjutnya Al Aursi pun
membuka pembacaan Shahih Al Bukhari, demikian sanad Shahih Al Bukhari
bersambung hingga ulama-lama setelah mereka.
Pembacaan Shahih Al Bukhari terus
berkesinambungan, sampai akhirnya pada gilirannya Syeikh Ali Jum’ah yang
kala itu menjabat sabagai mufti Mesir membacakan Shahih Al Bukhari
beserta kitab-kitab induk hadits lainnya. Dimana di saat penghataman,
pembacaan kitab hadits dihadiri banyak penuntut ilmu, kemudian Syeikh
Ali Jum’ah memberikan ijazah periwayatan kepada siapa yang hadir. Syeikh
Ali Jum’ah sendiri telah mencatat mengenai majelis ini yang diterbitkan
koran Al Ahram 1/10/2005.
*Penulis merujuk kepada buku Al Hadits wa
Al Muhadditsun fi Al Azhar As Syarif karya Syeikh Usama Sayyid Al Azhari
sebagai sumber data dalam tulisan ini.
http://www.hidayatullah.com/feature/catatan-dari-mesir/read/2015/03/08/40197/shahih-al-bukhari-al-azhar-dan-sultan-abdul-hamid-ii.html
0 Komentar