Komitmen keIslaman seseorang yang mempunyai latar belakang pendakwah (Da'i), tak jarang menjadi luntur akibat terjun kekancah perpolitikan, karena itu komitmen penegakan syariah Islam diharapkan tetap ada di dalam jiwa seorang politisi itu.
Demikian pernyataan Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia KH. Syuhada Bachri dalam 'Seminar refleksi Seabad M. Natsir Pemikiran dan Perjuangannya', di Aula Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Kamis(15/11).
Syuhada mencontohkan, komitmen keIslaman mantan Perdana Menteri M. Natsir sebagai seorang negarawan muslim, ulama intelektual, dan juga politikus muslim Indonesia belum bisa digantikan oleh siapapun, ketika beliau yang juga pernah menjabat sebagai Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII)berpulang ke rahmatullah.
"Pak Natsir adalah sosok yang unik, pemahaman terhadap pendidikan Islam sangat baik, namun ketika beliau berada di antara politisi, dia seperti seorang politisi yang handal, "ujar Syuhada.
Lebih lanjut Ia menuturkan, banyak teladan yang dapat diambil dari kiprah M. Natsir sebagai politisi yang bersih, karena berbagai keputusan politik yang diambilnya selalu dikonsultasikan dalam Istiqarahnya kepada Allah.
"Kalau politisi yang dai saat ini lebih sering melakukan sujud syahwi, kalau ada kebijakan yang salah seperti dalam sholat bisa dibenarkan dengan sujud itu, "tukasnya.
Sementara itu, Ketua Panitia Peringatan Satu Abad M. Natsir, Laode M. Kamaluddin membantah, bahwa rangkaian acara dimulai hari ini hingga Juli 2008 sebagai protes atas keputusan pemerintah yang tidak memberikan gelar pahlawan kepada perdana menteri pertama Indonesia.
"Kegiatan ini bukan untuk protes belum diberikannya gelar pahlawan kepada M. Natsir, "ungkap Laode.
Ia menambahkan, acara ini sudah dicanangkan jauh hari sebelum pengumuman gelar pahlawan yang ditetapkan oleh pemerintah.
Laode menegaskan, tujuan peringatan ini agar masyarakat bisa mengambil teladan dan mendapatkan informasi yang benar tentang sejarah PM pertama Indonesia.
Acara seminar itu selain dihadari oleh Ketua Umum DDII, juga tampak Ketua Mahkamah Konstitusi Jimly Asshiddiqie, Menteri Sosial Bachtiar Chamsyah, Wakil Ketua MPRRI AM. Fatwa, dan juga mahasiswa dari Sekolah Tingi Islam Dakwah M. Natsir. (novel)
0 Komentar