Anggota DPR RI, Joko Susilo mengemukakan, kualitas anggota DPR hasil Pemilu 2009 diperkirakan akan lebih buruk dibandingkan dengan periode sebelumnya."Sekarang ini banyak calon anggota DPR yang diajukan oleh partai dari kalangan selebritis dan orang terkenal yang hanya menjual nama dan popularitas," kata politikus dari Partai Amanat Nasional (PAN) itu ketika dihubungi dari Surabaya, Minggu.
Ia mengemukakan, selain itu saat ini banyak calon anggota DPR periode 2004-2009 yang berkualitas buruk diajukan kembali oleh partai. Misalnya, selama lima tahun mereka itu tidak pernah masuk ke gedung dewan, apalagi mengikuti sidang.
"Ada sejumlah tokoh yang selama lima tahun itu masuk ke kantor dewan tidak lebih dari 10 kali, tapi ketika kampanye di Surabaya dielu-elukan seperti pahlawan saja. Ini akan menjadi masalah, karena yang dirugikan adalah rakyat juga," kata mantan wartawan itu.
Menurut dia, terhadap sejumlah kasus itu, ternyata Badan Kehormatan (BK) DPR saat ini tidak berani untuk memberikan tindakan, karena yang bermasalah itu adalah tokoh-tokoh dari partai politik.
"Saya kira ini juga merupakan kegagalan dari pers kita yang tidak mengungkap hal-hal yang seperti ini. Karena itu, yang dirugikan adalah masyarakat dan negara juga. Coba ada yang mempermasalahkan anggota dewan yang seperti itu," katanya.
Karena itu, ia pesimistis bahwa DPR periode mendatang akan mampu melaksanakan fungsi legislasi dan fungsi lainnya secara maksimal.
Ia mengemukakan, di DPR itu ada empat tipe anggota. Kelompok pertama adalah, anggota yang vokal, kreatif, idealis dan dinamis. Kelompok ini hanya sebagian kecil dari seluruh anggota dewan, yakni hanya sekitar lima hingga 10 persen di setiap komisi.
"Sayangnya, kelompok ini tidak mendapatkan apresiasi dari masyarakat. Padahal kami selalu bersuara keras menyoroti masalah dan bersikap tegas, tapi tidak pernah mendapatkan dukungan," katanya.
Kelompok kedua adalah, mereka yang banyak mengeluarkan pernyataan, namun tidak didukung dengan data dan analisa. Kelompok ini merupakan mayoritas di DPR, yakni sekitar 40 hingga 50 persen.
"Ketiga adalah kelompk 4D, yakni datang, duduk, dengar dan duit. Ini komposisinya lebih kecil dari yang lain. Kelompok keempat adalah yang sebutkan tadi, kelompok pemalas. Kelompok pemalas ini banyak yang tokoh terkenal dan selama lima tahun hanya mengikuti sidang satu atau dua kali," katanya mengungkapkan.
Ia mengemukakan, menghadapi kenyataan seperti ini, diperlukan BK DPR yang kuat, sehingga berani mengontrol secara tegas terhadap anggota dewan yang pemalas tersebut. Demikian juga dengan partai, harus memiliki komitmen untuk mengontrol anggotanya. - ant
0 Komentar