Dunia bisnis sudah menjadi bagian terpenting dalam kehidupan masyarakat Arab. Salah satu saudagar dan pengusaha sukses itu adalah 'Abdullah bin Abu Quhafah atau yang lebih dikenal dengan Abu Bakar Ash-Shiddiq. Abu Bakar demikian nama kerennya, dikenal dari keluarga pedagang. Setelah ayahnya wafat, Abu Bakar diminta untuk meneruskan bisnis kain dan pakaian yang sudah dirintis ayah dan leluhurnya.
Ibnu Hisyam menggambarkan
dalam Sirahnya sebagaimana dikutip Husain Haekal mengatakan bahwa Abu Bakar
adalah laki-laki yang akrab di kalangan masyarakatnya, disukai karena dia tidak
ribet.
Setiap pagi sebelum
matahari terbit, Abu Bakar membawa gulungan pakaian di atas kepalanyamenuju
pasar Baqi di Madinah untuk menjual pakaian. Jika barang dagangannya terbeli
oleh pembeli, Abu Bakar tak segan untuk saling bertepukan (mushafaqah) sebagai
isyarat telah terjadi akad dan kesepakatan antara penjual dan pembeli.
Saat selesai dilantik
menjadi khalifah, Abu Bakar terlihat memanggul segulungan kain di pundaknya
untuk menuju pasar untuk melakukan muamalah jual beli. Hal ini dilakukan untuk
menafkahi kebutuhan keluarganya. Karena tugas-tugas resmi Negara telah menyita
banyak waktunya untuk berdagang di pasar hingga tak tersisa waktunya. Maka
dewan muslimin, diantaranya adalah Umar bin Khattab dan Abu Ubaidah menetapkan
gajinya sebesar 250 dinar setiap tahunnya (ada yang mengatakan 6 ribu dirham)
yang diambilkan dari Baitul Maal dan seekor kambing untuk memenuhi kebutuhan
Abu Bakar dan keluarganya setiap hai plus lemak dan susu. Kambing atau domba
itu dimaksudkan untuk sajian para tamu Negara.
Imam Jalaluddin al Suyuti
dalam salah satu kitab menyebutkan bahwa ketika masuk Islam, jumlah uang tunai
simpanan dari hasil bisnis Abu Bakar berjumlah 40.000 dinar atau setara dengan 9.350.000.000
rupiah. Dan uang tersebut dia infakkan untuk kepentingan dakwah, membiayai
perang, kegiatan social, menebus budak-budak serta orang-orang lemah yang
disiksa majikannya karena telah memeluk Islam.
Adapun ketika Nabi
Muhammad memerintah hijrah ke Madinah, Abu Bakar membawa seluruh kekayaannya
yang berjumlah 5.000 dirham atau 6.000 dirham.
Semenjak jadi rang nnomer
satu di Madinah, Abu Bakar digaji oleh Baitul Maal sebesar 300 dinar, tetapi
ada yang mengatakan 6.000 dirham setiap tahun. Adapun pendapatan Negara saat
itu mencapai 200.000 dirham (Rp 39.270.000.000). sumber pendapatan Negara
berasal dari hasil pengolahan tambang di Juhainah dan milik Bani Sulaim. Dia
menghabiskannya untuk disedekahkan dan dibagi-bagikan kepada rakyat dengan
jumlah yang sama. Dikutip Akbar Muzakki dari buku Jejak Bisnis Sahabat Rasul
0 Komentar