Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Ticker

6/recent/ticker-posts

Flu Burung, untuk Senjata Kimia AS?

Menteri Kesehatan (Menkes) RI, Siti Fadilah Supari, meluncurkan buku berjudul “Saatnya Dunia Berubah! Tangan Tuhan di Balik Virus Flu Burung’ pada 6 Februari 2008 lalu. Beberapa bagian tulisannya membuat Amerika Serikat kebakaran jenggot.

Menkes Siti Fadilah Supari terkenal vokal berbicara ketidakadilan dalam pertukaran sampel virus penyebab penyakit mematikan, termasuk flu burung. Dalam buku yang baru saja diluncurkannya, dia menuduh Amerika Serikat (AS) dan WHO terlibat konspirasi melawan negara berkembang dalam menguasai sampel virus flu burung.

AS menyangkalnya. Sebagaimana dilansir harian terbitan Australia, The Age, edisi Kamis (21/2/2008), Jubir Deplu AS Susan Stahl membantah klaim Bu Menkes bahwa sampel virus flu burung Indonesia telah dikirim ke laboratorium senjata biologi di Los Alamos, New Mexico, AS.

Buku ini menarik perhatian media Barat karena dalam buku itu Menkes menulis konspirasi AS dan WHO dalam penguasaan sampel virus flu burung yang dianggap Menkes tidak adil dan tidak transparan. Negara penyumbang sampel virus, termasuk Indonesia, kesulitan mengakses sampel yang telah disumbangkannya dan tidak tahu apa yang terjadi pada virus itu.

Vaksin yang didapat dari virus flu burung made in Indonesia tersebut, lalu dikembangkan negara-negara maju yang tidak menjadi korban flu burung dan menjualnya kepada negara berkembang yang menjadi korban. Dari koran asing yang dibacanya, Menkes mendapatkan informasi bahwa virus flu burung dikirim ke Los Alamos National Laboratory di New Mexico, AS.

Los Alamos ternyata berada di bawah Kementerian Energi AS. Di lab inilah duhulu dirancang bom atom Hiroshima. Lalu untuk apa data itu, untuk vaksin atau senjata kimia?

The Age menulis, Fadilah pada Rabu kemarin kembali menyatakan bahwa sampel virus flu burung Indonesia yang diberikan pada WHO telah dikirimkan ke laboratorium senjata biologi di Los Alamos.”Apakah mereka menggunakan itu sebagai vaksin atau mengembangkan senjata kimia, semuanya tergantung pada kebutuhan dan kepentingan Pemerintah AS,” kata Siti. “Ini sungguh situasi yang sangat berbahaya bagi kemanusiaan,” imbuhnya. DETIKCOM

Posting Komentar

0 Komentar